Stockholm, 6 Juli 1999

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

PERBEDAAN PENAFSIRAN ADALAH BAIK.
Ahmad Sudirman
Modular Ink Technology Stockholm - SWEDIA.

 

Masih tanggapan untuk saudara Dr Hasan Arifin (Indonesia).

Setelah beberapa kali saudara Hasan Arifin menyampaikan tanggapannya terhadap tulisan-tulisan saya, maka saya menyimpulkan bahwa antara saudara Hasan Arifin dan saya ada perbedaan dalam penafsiran Khilafah Islam. Menurut saya perbedaan penafsiran ini bukanlah suatu hal yang prinsipil. Saya tahu bahwa saudara Hasan Arifin telah melontarkan diskusi tentang U.S.I.R (Islamic State of Islamic Republic) pada tahun delapan puluhan, sebagaimana yang pernah diakui dalam tanggapannya kepada saya yaitu, "Beberapa pemikiran bapak Ahmad Sudirman bisa sejalan dengan saya karena pada 80 an saya pernah melemparkan  isu U.S.I.R (Islamic State of Islamic Republic) dalam berbagai forum diskusi tentang kepemimpinan dalam Islam" (Hasan Arifin, 14 Juni 1999).

Dibawah ini ada beberapa hasil pemikiran dari saudara Hasan Arifin yang telah disampaikan kepada saya yaitu,

"Bila ingin mencontoh Rasulullah dalam menjalankan pemerintahan yang Islami, maka pemimpinnya haruslah pilihan Allah dan bukan pilihan manusia. Dan Pemerintahan Islami hanya terjadi pada masa Rasulullah, sedangkan sesudahnya pemerintahan atau negara Islam yang manakah yang Islami, yang memegang kedaulatan Allah sepenuhnya dengan menjalankan hukum-hukum Allah dibumi. Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah penuh dengan pesta pora, mabuk-mabukan, pembunuhan, perkosaan, penindasan, penyiksaan terhadap orang-orang yang tidak bersalah. Bahagialah orang yang hidup sekarang ini di dunia belahan manapun juga, termasuk di Indonesia dengan Pancasila dan UUD 45 nya dibandingkan hidup pada masa kejayaan kerajaan Islam" (Hasan Arifin, 1, 3 Juli 1999).

"Harusnya kan dibedakan antara Penguasa dan Khalifah. Penguasa itu kebanyakan dzalim, sedangkan Khalifah Islam wajib adil. Abubakar bukan Khalifah Islam, Ia adalah Raja Islam I, sesudah Nabi yang pengangkatannya tergesa-gesa kata Umar, Raja Islam ke II ". (Hasan Arifin, 4 Juli 1999).

Kemudian baca tulisan saudara Hasan Arifin yang dikirimkan sebulan sebelumnya, pada tanggal 5 Juni 1999, dimana saudara Hasan Arifin menulis "Waktu menafsirkan Q.S.2 : 30, Dan ingatlah ketika Allah berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah dimuka bumi .." dan mengutip Q.S. 38 : 26 "Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan mu Khalifah dibumi...". Departemen Agama Republik Indonesia dalam Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid I hal 92, menulis " Ayat ini merupakan dalil tentang wajibnya kaum muslimin memilih dan mengangkat seorang pemimpin tertinggi sebagai tokoh pemersatu antara seluruh kaum muslimin yang dapat memimpin ummat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah dibumi ini. Para Ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh tokoh pemimpin yang dimaksudkan itu, antara lain ialah ; adil serta berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacad jasmaniah, serta berpengalaman cukup, dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah SWT. Mungkinkah ummat Islam sedunia, bahkan diruang angkasa yang jumlahnya lebih dari 1 milyar dan terpecah belah ini mampu memilih pemimpin yang demikian ? Apakah kita kaum muslimin yang lebih banyak tidak tahunya dapat mengenal tokoh semacam itu yang pasti akan dipilih oleh Allah SWT dan memimpin ummat Islam didunia ini ?" (Hasan Arifin, 5 Juni 1999).

Nah, dari hasil pemikiran saudara Hasan Arifin diatas, saya menyimpulkan bahwa, Khalifah Islam yang menjalankan Pemerintahan Islami hanya terjadi pada masa Rasulullah SAW, sedangkan penerus Pemerintahan Islami yang telah dibangun dan diterapkan oleh Rasulullah SAW dari mulai Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib adalah bukan disebut Khalifah Islam, melainkan dinamakan Raja-Raja Islam yang tidak memegang kedaulatan Allah sepenuhnya dengan menjalankan hukum-hukum Allah dibumi. Berbahagia orang-orang yang hidup di negara-negara sekuler, termasuk daulah Pancasila dengan UUD'45-nya yang sekuler, dibandingkan dengan mereka yang hidup pada masa kejayaan kerajaan Islam (Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah). Wajib bagi kaum muslimin untuk memilih dan mengangkat seorang pemimpin (Raja, Presiden, Perdana Mentri, Imam, Sultan) tertinggi sebagai tokoh pemersatu seluruh kaum muslimin yang dapat memimpin ummat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah dibumi ini, yang berlaku adil, berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, yang tidak mempunyai cacad jasmaniah, berpengalaman cukup, dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah SWT. Dan selama ummat Islam masih terpecah belah tidak mungkin dapat memilih pemimpin (Raja, Presiden, Perdana Mentri, Imam, Sultan) yang demikian.

Sekarang, kalau saya tarik garis lurus dari kesimpulan yang merupakan hasil pemikiran saudara Hasan Arifin diatas, maka sampailah kepada suatu titik yang berisikan bahwa, bukan tugas dan kesanggupan serta wewenang manusia (kaum muslimin) untuk memilih dan mengangkat Khalifah yang akan memegang kedaulatan Allah sepenuhnya dengan menjalankan hukum-hukum Allah di muka bumi. Yang diwajibkan kepada kaum muslimin bukan untuk memilih dan mengangkat Khalifah Islam, melainkan untuk memilih dan mengangkat pemimpin, seperti Raja, Sultan, Imam, Presiden, Perdana Mentri sebagai tokoh pemersatu seluruh kaum muslimin yang dapat memimpin ummat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah dibumi ini dengan persyaratan harus adil, berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacad jasmaniah, berpengalaman cukup dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah SWT.

Setelah menelusuri hasil pemikiran saudara Hasan Arifin diatas mengenai kepemimpinan dalam Islam yang menyangkut Khalifah Islam, maka perlu saya tambahkan disini bahwa ada dua pokok kata dalam Al Qur'an, pertama khilafah (khalifah, chalaif dan khulafa), terdapat dalam surat Al Baqarah,2 : 30, Shad,38: 26, Al-An'am,6: 165, Yunus,10: 14 dan 73, Al-Fathir,35: 39, Al-A'raf,7: 69 dan 74, An-Namal,27: 62.  Kedua Istikhlaf (istakhlaf, yastakhlif, mustakhlif) terdapat dalam An-Nuur,24: 55, Hud,11: 57, Al-A'raf,7 :129 dan Al-Hadid,57: 7

Nah sekarang, menurut saudara Hasan Arifin bahwa Khalifah Islam di Khilafah Islam bukan kaum muslimin yang memilih dan mengangkat melainkan Allah SWTyang memilih dan mengangkatnya, seperti Khalifah Adam as dan Khalifah Daud as. Sedangkan yang dipilih dan diangkat oleh kaum muslimin adalah seorang pemimpin, seperti Presiden, Perdana Mentri, Imam, Sultan, Raja yang akan melaksanakan hukum-hukum Allah dibumi ini dengan persyaratan harus adil, berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacad jasmaniah, berpengalaman cukup dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah SWT.

Terakhir, setelah saya membaca, memikirkan dan menyimpulkan hasil pemikiran saudara Hasan Arifin diatas, maka sekarang saya ingin bertanya kepada saudara Hasan Arifin yaitu,

Daulah atau negara dengan pemimpin dan pemerintahan yang bersistem dan berstruktur apa dan bagaimana yang sesuai dengan contoh Rasulullah SAW dan ideal bagi kaum muslimin dan non muslim baik yang ada di Indonesia ataupun yang ada diluar Indonesia, yang didalamnya berlaku hukum-hukum Allah secara menyeluruh dan diterapkan dengan adil, yang melaksanakan kedaulatan Allah, yang menerapkan musyawarah, yang berdasar aqidah Islam, yang menerapkan persatuan seaqidah Islam, yang menghargai hak asasi manusia, yang menjamin kelompok minoritas, yang tidak mengenal nasionalitas, kebangsaan, kesukuan, ras dan dengan cara atau metode apa untuk membangun dan mendirikannya ?.

Saya menunggu jawabannya.

Inilah sedikit tanggapan dari saya untuk saudara Hasan Arifin.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se