Stockholm, 20 Februari 1999

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

CONTOH ORANG MURTAD YANG MEMERANGI ALLAH DAN RASULNYA.
Ahmad Sudirman
Modular Ink Technology Stockholm - SWEDIA.

 

Memang sekarang baru terbongkar bahwa saudara  Awang Burhanuddin Baharuddin yang telah menukar agama Islam dengan Kristen kemudian secara terus terang dan terbuka membuka konfrontasi terhadap Allah dan RasulNya Muhammad SAW.

Dimana saudara Awang pada tanggal 19 Februari 1999 telah mengirimkan kembali tulisannya dengan subject "Islam dan Masalah Kawin Tidak Seagama" dengan disertakan sedikit riwayat hidupnya sebagai berikut "Ir.Awang Burhanuddin Baharuddin, MEng. Graduate Student (Doctoral Program) University of Missouri-Rolla, USA. Lahir: Palembang, 4 April 1960. Ayah: Haji Abdul Isya Baharuddin. Ibu: Hajjah Siti Chodijah. Agama: Kristen (dulu Islam). Pendidikan: -SD, SMP,SMA di Palembang. -S1 dari Jurusan Teknik Elektro ITB (lulus 1983). -S2 dari Texas A&M-College Station (lulus 1992 -S3 University of Missouri-Rolla (1997- ). Pengalaman kerja: Freeport McMoran (1983-1984). Caltex-Duri (1984-88). Dosen disalah satu universitas di Indonesia (1988-now)

Baiklah saudara Awang Burhanuddin Baharuddin, agama apapun yang saudara anut, ternyata tidak memberi bekas kedalam hati saudara. Terbukti, tidak ada setetespun ajaran agama saudara yang dianut sekarang ini dalam hati saudara. Dengan adanya sikap saudara yang secara terang-terangan menghina dan merendahkan Islam, yang sebenarnya tidak pantas diucapkan oleh seorang yang beragama dan perpendidikan tinggi seperti orang yang bernama Awang Burhanuddin Baharuddin ini.

Saya menganggap bahwa saudara Awang Burhanuddin Baharuddin telah keluar dari Islam dan secara terbuka dan terang-terangan melakukan konfrontasi terhadap Allah dan RasulNya Muhammad SAW.

Pertanyaan-pertanyaan yang saudara ajukan adalah sama sekali bukan pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari seorang yang telah mengecap pendidikan tinggi, melainkan keluar dari manusia yang memang sudah mempunyai hati yang negatif terhadap Islam.

Al Qur'an bukanlah dibuat oleh Rasulullah, melainkan itu adalah yang datang dari Allah. Rasulullah adalah hanya penyampai risalah yang telah diberikan Allah untuk disampaikan kepada ummatnya. Jadi apa yang dikatakan saudara Awang "saya sampaikan pula jenis ketololan lain Nabi Muhammad (atau mungkin juga sikap diskriminasi Nabi Muhammad Saw terhadap kaum perempuan)". Dimana saudara Awang menganggap bahwa apa yang ada dalam Al Qur'an itu di buat oleh Rasulullah, sehingga berani mengatakan bahwa "sikap diskriminasi Nabi Muhammad Saw terhadap kaum perempuan".

Allah telah melarang "Janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman...Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman....Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke syurga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran" (Al Baqarah: 221). Jelas disini disebutkan bahwa laki-laki muslim tidak boleh menikah dengan perempuan yang musyrik (yang menyekutukan Allah), begitu juga perempuan mu'min tidak boleh kawin dengan laki-laki musyrik.

Adapun laki-laki muslim boleh menikah dengan perempuan dari golongan ahli kitab (golongan ahli kitab yang mengikuti ajaran Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa AS, yang mengikuti ajaran kitab injil yang diturunkan kepada Nabi Isa AS dan dan yang mengikuti ajaran kitab Jabur yang diturunkan kepada Nabi Daud AS), sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an "Pada hari ini dihalalkan bagi kamu yang baik-baik. Makanan orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal bagi mereka. Wanita-wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan diantara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak menjadikan sebagai gundik-gundik. Barang siapa yang kafir sesudah beriman, maka hapuslah amalannya dan ia di hari akherat termasuk orang-orang merugi". (Al Maaidah: 5).

Semua itu adalah Firman Allah, bukan yang dibuat-buat oleh Rasulullah, sebagaimana anggapan saudara Awang "Dikatakan dalam Al'Quran: haram (tidak boleh) seorang muslim untuk menikah dengan seorang non-muslim. Tapi kalaupun mereka yang berbeda agama ingin kawin (Islam dengan non-Islam), hanya pihak muslimin yang boleh menikahi seorang wanita non-muslim. Tidak boleh sebaliknya, seorang muslimah menikah dengan pria non-muslim.(Terlihat pula kepalsuan Al'Quran disini disatu pihak ia melarang secara absolut "haram", tapi ia buat pula pengecualian-pengecualian, dimana sampai sekarangpun belum ada kata sepakat diantara ahli-ahli agama Islam itu sendiri, aneh !!!). Alasan mengapa hanya pria muslim saja yang boleh menikah dengan wanita non-muslim, Al-quran mengatakan karena pria itu pemimpin keluarga sehingga dipastikan tidak akan mungkin anak-anaknya kelak akan ikut agama isterinya (dalam artian takut anaknya menjadi kafir/non-islam. Tapi anehnya, si suami  boleh kawin dengan kafir/non-islam, tapi tidak mau anaknya jadi kafir. Satu sisi ketidak jelasan Al'quran). Sedang seorang muslimah tidak boleh kawin dengan pria non-islam, juga dengan alasan serupa. Jadi dalam hal ini Islam tidak mementingkan istrinya itu agamanya apa, agama apa sajalah, yang penting anak saya nanti harus islam.Mungkin hal ini dilakukan Nabi Muhammada dulu sewaktu Arab sangat terbelakang. Dimana isteri/kaum wanita adalah kaum lemah yang selalu menerima apapun yang dikatakan sang suami. Nabi yang satu ini sama sekali tidak punya visi ke depan bila satu saat kelak dunia ini terbuka lebar dimana Islam tidak akan berada di Arab terus, tetapi menyebar keseluruh dunia, dimana perlakuan terhadap kaum perempuan jelas berbeda-beda. Di tanah Arab boleh-boleh saja perempuan tertindas tapi tidak di negara lain".

Saudara Awang Burhanuddin Baharuddin, laki-laki yang mengaku muslim kemudian menikah dengan perempuan non muslim, dimana akhirnya si laki-laki mengikuti agama yang dianut istrinya. Itu harus dipertanyakan, apakah si laki-laki tersebut benar-benar seorang muslim, atau hanya namanya saja, contohnya adalah ayah Theo Syafeii sebagaimana yang dicontohkan oleh Saudara Awang dan saudara Awang sendiri yang telah menukar agama Islam dengan agama Kristen, tidak sampai disitu saja, melainkan menyerang Allah dan RasulNya. Jadi kalau laki-laki yang muslim hanya namanya saja, itu memang mudah saja menukar agama, bahkan agama itu hanya simbol saja. Seperti apa yang saudara Awang katakan "Sekarang kaum wanita (terutama yang non-muslim) tidaklah sama seperti dulu lagi. Mereka lebih maju dan punya pendirian dan mereka juga lebih berani beradu pendapat dengan pihak pria. Nah, andaikan seorang muslim ketemu kaum wanita non-muslim yang berbudaya maju, tidak akan mudah pria non-muslim menyeret anank-anak mereka jadi muslim. Sang isteri mungkin saja mengakui si pria sebagai kepala keluarga, tapi masalah agama anak mereka...'ntar dulu....).Begitu banyak bukti dimana seorang pria muslim yang menikah dengan wantita non-muslim anak-anak mereka semua ikut agama ibunya.Contohnya: Theo Syafeii (bapak bugis/haji lagi, ibu Kristen ambon.Dan hebatnya malah sang suami yang orang bugis ini jadi Kristen pula), dan saya juga punya banyak teman dimana tidak sedikit dari mereka yang ikut agama ibunya yang non-Islam!!".

Terakhir dari saya, saudara Awang, bahwa dalam masalah wanita dan perkawinan, itu adalah bukan menurut kehendak Rasulullah sendiri, melainkan semuanya telah diFirmankan oleh Allah, Rasulullah hanyalah sebagai Nabi dan Rasul yang berkewajiban menyampaikan risalah yang diterima dari Allah kepada ummat manusia. Jadi salah benar apa yang dikatakan oleh saudara Awang "bahwa Nabi Muhammad sangat mengecilkan peran wanita. Dia yakin bahwa tidak mungkin seorang wanita mampu "melawan" kehendak suaminya. Dan juga dia tidak percaya bahwa seorang wanita muslim yang kawin dengan pria non-muslim ternyata mampu (seperti juga banyak terbukti) membawa anaknya menjadi muslim (tidak ikut agama bapaknya). Dalam hal ini pula Nabi Muhammad tidak percaya akan kemampuan wanita muslim sendiri. Hal lain yang bisa saya lihat dari perkawinan muslim dan non muslim ialah bahwa sebenarnya Islam tidak terlalu mementingkan agama pasangannya (walaupun dikatakan sebaiknya kawin dengan sesama muslim. Jadi ada flexsibilitas, yang justru mengakibatkan rendahnya nilai Al'quran. Kitab suci yang baik harus wajar tapi harus pula tegas)".

Berhati-hatilah dalam berbicara saudara Awang Burhanuddin Baharuddin.

Inilah tanggapan dari saya untuk saudara Awang Burhanuddin Baharuddin.

Sekian.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se