Stockholm, 9 Desember 1998
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
MASIH TENTANG PANCASILA SEBAGAI SUMBER DARI
SEGALA HUKUM
GAGAL MENJADIKAN KAUM INDONESIA SEBAGAI KAUM YANG BERTOLERANSI.
Ahmad Sudirman
Modular Ink Technology Stockholm - SWEDIA.
Jawaban untuk Saudara Saut Situmorang (Auckland, NZ).
Tulisan ini dibuat untuk menjawab kepada Saudara Saut Situmorang yang telah menyampaikan tanggapannya kepada saya pada tanggal 9 Desember 1998 terhadap tulisan " Pancasila sebagai sumber segala hukum gagal menjadikan kaum Indonesia sebagai kaum yang bertoleransi" yang merupakan tanggapan dan jawaban saya kepada Saudara G Dewanto dan Saudara Hartono. Dimana tulisan tersebut dipublisir pada tanggal 28 Nopember 1998.
Baiklah Saudara Saut Situmorang.
Dibawah ini saya tulis kembali tanggapan Saudara Saut Situmorang dan tanggapan saya kepada Saudara G. Dewanto, Saudara Hartono dan Saudara Saut Situmorang.
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada G Dewanto:
"Memang inilah menurut saya sebagian hasil pembinaan manusia dalam suatu negara
yang mendasarkan negaranya kepada dasar yang lemah, semu dan kabur yang disebut dengan
limasila atau pancasila, dan membuat peraturan-peraturan negara-nya yang bersumberkan
dari UUD'45.
Saya tidak menutup mata, bahwa sebagian pelaku-pelaku dalam "pembakaran dan
perusakan beberapa gereja di Jakarta oleh warga yang diberitakan termakan isu adanya
mesjid yang terbakar" sebagaimana yang Saudara Dewanto katakan diatas, adalah muslim.
Namun disini, saya perlu mempertanyakan lebih dalam lagi, yaitu
benarkah mereka yang dianggap pelaku-pelaku pengrusakan tersebut adalah benar-benar
muslim, yang telah mengetahui tentang Islam, peraturan Islam, hukum-hukum Islam secara
cukup baik atau mereka adalah hanya kebetulan lahir didalam keluarga yang mengatasnamakan
muslim, tetapi tidak mengenal Islam, tidak pernah belajar hukum Islam, dan tidak pernah
melaksanakan ajaran Islam ?."
Tanggapan Saut Situmorang kepada Ahmad Sudirman:
"Terlalu banyak basa-basi tulisan ini dan saya tidak sabar. Saya mau bilang pada
anda," Jangan macam-macam memberikan alasan. Siapakah di bumi ini yang sudah
melakukan semua hal yang anda anggap sebagai ciri seorang Muslim sejati itu? Anda?
Bullshit! Fakta yang ada adalah memang orang Muslim Indonesia yang membakari gereja
di Indonesia, bukan kaum Kristen atau Hindu atau Buddha. Kalau anda menyangsikan
kemusliman mereka itu, itu persoalan anda. Yang pasti mereka itu memang Muslim makanya
hanya membakar Rumah Suci bukan orang Muslim! "
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada Saut Situmorang:
Kalau Saudara Situmorang tinggal di negara yang tanpa hukum maka tuduhan saudara
tersebut bisa diterima, tanpa fakta, hanya melihat luarnya saja. Sayangnya Saudara
sekarang tinggal di negara yang maju (NZ) yang menjunjung tinggi nilai-nilai hukum, tetapi
pikiran saudara tidak dipergunakan, yang diturut hanya emosi saudara saja. Inilah penyebab
dari timbulnya perpecahan antar agama. Saya tidak memberikan macam-macam alasan kepada
Saudara G Dewanto, melainkan perlu diteliti secara mendalam dan perlu diajukan semua para
pelaku pembakaran dan pengrusakan gereja-gereja tersebut ke meja hijau untuk di putuskan
dan dijatuhi hukuman secara adil menurut hukum pancasila (karena Indonesia bukan negara
Islam).
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada G Dewanto:
"Untuk melihat kebenaran dari para penganut agama ini, dapatlah dilihat dari
perilakunya. Apakah para penganut agama ini telah menunjukkan perilaku agama-nya sesuai
dengan apa yang telah ada dan diajarkan dalam agama-nya atau tidak?. Apabila jawabannya
adalah belum atau tidak sesuai dengan apa yang telah ada dan diajarkan dalam agama-nya,
maka timbullah pertanyaan selanjutnya, yaitu bagaimana ini bisa terjadi ?.
Nah, untuk melihat dan menjawabnya, kita telusuri dari awal. Dimulai dari keluarga.
Bagaimana kehidupan beragama dalam keluarganya, bagaimana pendidikan agama dalam
keluarganya, apakah diterapkan dan dilaksanakan ajaran agama-nya, bagaimana peranan kepala
keluarganya dalam masalah agama, bagaimana pendidikan agama di sekolah-nya dan di
universitas-nya?. Kemudian kita telusuri lebih luas lagi, yaitu dalam masyarakatnya.
Apakah tercermin sikap perilaku keagamaan, saling bertoleransi terhadap penganut agama
lain, saling hormat menghormati terhadap sesama se agama dan terhadap mereka yang tidak
seagama ?.
Seterusnya kita telusuri kehidupan pemerintahannya. Apakah pemerintah telah menerapkan hukum-hukum yang berdasarkan kepada nilai-nilai agama atau tidak, apakah pemerintah sudah berusaha menerapkan dan melaksanakan nilai-nilai dan hukum-hukum agama dalam pelaksanaannya dan pekerjaannya secara menyeluruh?".
Tanggapan Saut Situmorang kepada Ahmad Sudirman:
"Salah besar. Sebuah pemerintahan dalam sebuah negeri seperti Indonesia TIDAK bisa
menerapkan hukum-hukum yang berdasarkan agama, agama apapun itu. Indonesia itu lahir jadi
sebuah negara Indonesia karena persetujuan di antara para Founding Fathers-nya bahwa
Indonesia adalah sebuah negara SEKULER, bukan negara agama".
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada Saut Situmorang:
Justru disinilah permasalahannya. Karena Indonesia mempunyai dasar pancasila dengan
UUD'45-nya yang menurut saya telah gagal menjadikan kaum Indonesia menjadi kaum yang
bertoleransi. Jadi sebenarnya manusia Indonesia adalah manusia yang hidup di negara yang
berdasarkan pancasila dan berundang undang Dasar UUD'45 yang kebetulan muslim dan tidak
mengenal hukum Islam, peraturan Islam, pemerintahan Islam dan khilafah Islam dalam
kehidupannya, sehingga mereka yang dianggap atau dituduh muslim melakukan
tindakan-tindakan yang menurut Islam dilarang dan berdosa, karena yang dikenal atau
diketahuinya adalah hanya hukum-hukum dan aturan-aturan yang bersumberkan dari pancasila
yang lemah, semu dan kabur ditambah dengan aturan-aturan dasarnya dari UUD'45.
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada G Dewanto:
" Kemudian yang terakhir kita lihat, apakah negara mempunyai dasar yang kuat, yang
bersumber dari hukum-hukum abadi yang datangnya dari Tuhan atau tidak, apakah negara
mempunyai peraturan-peraturan yang bersumberkan dari peraturan-peraturan yang kuat yang
datang dari Tuhan atau tidak ?".
Tanggapan Saut Situmorang kepada Ahmad Sudirman:
"Anda berbasa-basi lagi di sini. Konsep anda tentang "Tuhan" itu telah
menjajah konsep orang lain yang mungkin berbeda. "Tuhan" agama Islam,
Kristen, dan Jahudi itukan lain dari "Tuhan" agama-agama asli Asia. Kalau saya
bilang "Asia" maka itu mulai dari Indonesia, Asia Timur, ke India. Tapi ini
sebuah soal lain. Dalam bisnis politik Indonesia, negara itu tidak bisa punya hukum dan
peraturan yang "datang dari Tuhan"! Semuanya harus berdasar Hak-hak Asasi
Manusia. Dalam kehidupan bernegara, Manusia yang jadi Subjek sekaligus Objek. Dan Tuhan
itu dilarang ikut campur tangan. Dalam kehidupan pribadi, silahkan. Itu Hak Asasi Manusia.
Konsep ini adalah konsep keramat pendirian negara Indonesia".
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada Saut Situmorang:
Sekali lagi justru disinilah permasalahannnya. Saya mempertanyakan dalam tulisan
tersebut yaitu apakah Negara Indonesia mempunyai dasar yang kuat, yang bersumber dari
hukum-hukum abadi yang datangnya dari Tuhan atau tidak?. Karena menurut saya inilah jalan
pemecahannya. Karena Indonesia masih punya pancasila dan UUD'45 dan yang menurut Saudara
"Tuhan itu dilarang ikut campur tangan", maka akibatnya seperti yang terjadi
sekarang di Indonesia. Apakah dengan konsep Ketuhanan yang ada dalam Islam menjadikan
sebagai "penjajah konsep orang lain yang mungkin berbeda" sebagaimana yang
dikatakan oleh Saudara?. Pemikiran Saudara tersebut jauh dari apa yang ada dalam ajaran
Islam. Konsepsi tentang Kenegaraan dalam Islam yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
dengan Undang Undang Madinah-nya memberikan kebebasan beragama kepada warganya. Silahkan
kalau Saudara ada minat untuk membaca tulisan tentang khilafah Islam dan Undang Undang
Madinah di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada G Dewanto:
"Kalau kita mampu memberikan jawaban-jawaban kepada semua pertanyaan diatas dengan
jawaban "ya", maka sudah tentu tidak akan terjadi perilaku-perilaku sebagian
rakyat Indonesia sebagaimana perilaku mereka yang ditunjukkannya baru-baru ini yang
menurut norma-norma atau aturan-aturan Islam adalah sudah menyimpang.
Jadi sebenarnya jawabannya itu apa ?.
Menurut saya jawaban yang sebenarnya terhadap pertanyaan-pertanyaan diatas adalah Islam
belum dijadikan sebagai dasar dan sumber hukum, belum dijadikan sebagai kebutuhan hidup
sehari-hari, belum dijadikan sebagai suatu kesadaran, belum dijadikan sebagai suatu
pedoman hidup, belum dijadikan sebagai suatu amalan yang nyata dan belum dijadikan sebagai
sumber dari pendidikan".
Tanggapan Saut Situmorang kepada Ahmad Sudirman:
"Selama negara Indonesia itu masih bernama Republik Indonesia maka Islam atau
agama lainnya TIDAK AKAN boleh menjadi dasar dan sumber hukum kenegaraan. Islam walau jadi
agama mayoritas orang Indonesia tidak lebih ISTIMEWA dibanding agama dan kepercayaan
lainnya. Masukkan ini ke kepala anda! Kecuali kalau memang negara Indonesia mau
diberhentikan dan suku-suku bangsanya terutama yang tidak beragama Islam ingin membentuk
negara-negara merdeka sendiri, silahkan Islam itu dipakai dalam SEMUA hal di
Indonesia".
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada Saut Situmorang:
Saya sudah jawab diatas, yaitu karena Indonesia masih punya dasar pancasila dan undang
undang Dasar 1945. Jadi selama Indonesia masih menggunakan pancasila dan UUD'45, maka akan
terjadi sebagaimana kejadian-kejadian yang menyimpang dan keluar menurut ajaran Islam. Dan
selama itu Saudara tidak bisa mengatakan bahwa muslim yang membuat kerusakan tersebut
telah mengenal hukum Islam, aturan Islam dan undang undang Madinah. Yang dapat saudara
katakan yaitu bahwa manusia Indonesia yang kebetulan muslim yang hanya kenal hukum
pancasila dan aturan UUD'45 yang telah membuat keonaran dan pembakaran gereja.
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada G Dewanto:
"Jadi apa yang dikatakan oleh Saudara G Dewanto bahwa "Dengan banyaknya
orang-orang semacam ini, maka akan percuma saja usaha saudara Ahmad untuk menjadikan
Indonesia sebagai negara Islam. Pendapat saya, lebih baik kita memusatkan usaha kita untuk
memperbaiki orang-orang bejad ini yang jumlahnya sangat banyak
di Indonesia".
Tanggapan saya adalah karena inilah, maka kita bersama-sama untuk menerapkan nilai-nilai agama, hukum agama, peraturan agama yang bersumberkan dari hukum-hukum yang abadi didalam rangka usaha untuk memperbaiki orang-orang yang sudah mempunyai perilaku keagamaan yang menyimpang".
Tanggapan Saut Situmorang kepada Ahmad Sudirman:
"Salah lagi. Lihatlah negeri-negeri yang telah menerapkan mimpi anda itu, seperti
Iran, Afganistan, dan Pakistan. Manusia telah dihina habis-habisan di ketiga negeri agama
ini demi Tuhan. Hanya setelah Manusia dihormati sebagai Manusia saja, maka otomatis
"Tuhan" pun akan ikut dihormati".
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada Saut Situmorang:
Darimana Saudara Situmorang mengetahui bahwa negara-negara Iran, Afganistan, dan
Pakistan telah menerapkan hukum Islam, peraturan Islam, pemeritahan Islam dan Khilafah
Islam serta Undang Undang Madinah secara menyeluruh?. Tolong beritahukan kepada saya.
Pernahkah Saudara melihat dan mendengar langsung dari penguasa-penguasa negara-negara
tersebut?. Tolong juga kasih tahu saya. Kalau belum, saya sarankan kepada Saudara
Situmorang yaitu Saudara jangan asal bunyi. Coba pikirkan dan teliti lebih dahulu, sebelum
saudara menuduh atau mengatakan sesuatu tentang negara lain.
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada G Dewanto:
"Terakhir Saudara G. Dewanto mengatakan bahwa "Saya ingin menyampaikan
salam damai bagi anda semua, tetapi kali ini saya rasa banyak orang yang tidak merasa
damai". Tanggapan saya adalah dengan kehendak Tuhan dan pertolongan serta petunjuk
Tuhan kita laksanakan semua perintah-perintah-Nya untuk dijadikan sebagi sumber hukum yang
abadi dalam segala kehidupan manusia di dunia sekarang ini. Semoga mereka yang merasa
tidak damai akan kembali merasakan kedamaian".
Tanggapan Saut Situmorang kepada Ahmad Sudirman:
"Apa itu "kehendak Tuhan"? Para bajingan yang membunuhi sesamanya juga
memakai alasan karena "kehendak Tuhan". Enggak lucu, kan. Yang benar adalah
"Kehendak Manusia".
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada Saut Situmorang:
Saudara salah penafsiran, saya katakan secara jelasnya yaitu bahwa agar banyak manusia
merasa damai kembali, maka dengan kehendak Tuhan (artinya disini Dengan izin, ridha dan
restu Tuhan) berusaha bersama-sama untuk menegakkan dan melaksanakan perintah-perintah
Tuhan, bukan melanggar perintah Tuhan. (Melanggar perintah Tuhan disini misalnya seperti
membakar gereja, membunuh manusia, menentang aturan-aturan Tuhan).
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada Hartono:
"Jawaban saya adalah menurut hati nurani saya kelakuan membakar gereja gereja
tempat ibadah orang orang pemeluk agama non Islam tanpa alasan dan dasar yang kuat
(misalnya ketika terjadi perang atau dalam keadaan darurat perang) adalah suatu kesalahan
yang besar. Kalau itu dilakukan oleh orang-orang yang mengaku muslim dan dilakukan bukan
dalam keadaan situasi perang agama, maka tindakannya adalah tindakan yang salah besar dan
tidak ada dalam aturan, hukum dan ajaran dalam Al Qur'an".
Tanggapan Saut Situmorang kepada Ahmad Sudirman:
"Saya bersyukur tidak seperti anda. Dalam satu pihak anda tidak setuju dengan
mereka-mereka yang membakari gereja, tapi di pihak lain anda menganggap itu oke-oke saja
asal "alasan dan dasar" nya kuat, "misalnya ketika terjadi perang atau
dalam keadaan darurat perang...dan dalam keadaan situasi perang agama"! Saya bilang
anda
itu Penipu! Munafik Akbar! Mulai hiduplah anda. Berhenti jadi katak dalam
tempurung!".
Tanggapan Ahmad Sudirman kepada Saut Situmorang:
"Kesalahan penafsiran lagi. Bagaimanapun apabila satu negara sedang berada dalam
perang apalagi perang agama, jelas apapun yang terjadi tidak bisa dikontrol. Lihat apa
yang terjadi di negara Yugoslavia ketika terjadi perang, apa yang terjadi di Bosnia ketika
terjadi perang?.
Coba Saudara buka mata dan pasang telingan besar-besar. Apa akibat dari perang tersebut?. Adakah semua gereja-gereja dan semua masjid-masjid masih tetap utuh?. Coba Saudara datang ke Bosnia, lihat apa yang terjadi disana. Jadi disini saya mengatakan apa yang dilarang oleh Islam dengan fakta yang terjadi apabila perang (baik itu perang antar agama, atau perang saudara) pecah dalam satu negara. Apakah dengan bukti yang saya katakan ini Saudara Situmorang sebut dengan orang yang "Munafik Akbar"?.
Inilah jawaban singkat saya untuk Saudara Saut Situmorang.
Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada
ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca
tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang khilafah Islam dan Undang
Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel
di HP http://www.dataphone.se/~ahmad
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*
Wassalam.
Ahmad Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se