Stockholm, 17 Maret 2007
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
MANTAN KETUA PDRM ACHEH DI DENMARK MENCOBA BERKELIT DENGAN
ILMU "RAKYAT MISKIN"-NYA
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.
MASIH
SEDIKIT MENYOROT MANTAN KETUA PDRM ACHEH DI DENMARK YANG MENCOBA BERKELIT
DENGAN ILMU "RAKYAT MISKIN"-NYA
"Setelah
saya membaca ulasan atau pendapat anda mengenai perjuangan Aceh ternyata anda
belum memahami sepenuhnya tentang perjuangan Rakyat Aceh dan anda hanya membaca
perjuangan Aceh lewat koran koran made in Indonesia. Jadi saya minta maaf pada
anda jika saya tidak menjawab atau tidak
melayani anda lagi sebab saya lihat anda belum mengerti arti dari pada
politik dan berdemokrasi yang sebenarnya." (Nasir Usman,
yamiskin@yahoo.com , [85.24.13.227] ,
17 Mar 2007 09:43:10 -0000)
Nah,
rupanya mantan ketua PDRM (Persatuan Demokrasi
Rakyat Miskin) Acheh saudara Muhammad Nasir Usman setelah hampir dua tahun
berada di Kerajaan Denmark untuk mendapatkan perlindungan politik di Denmark.
Dengan alasan memperjuangkan nasib rakyat miskin di Acheh melalui PDRM dan
tekanan pihak TNI ketika berlangsungnya Darurat Militer dan Darurat Sipil di
Acheh dan tidak ada kaitan langsung dengan perjuangan GAM baik di Acheh ataupun
di Denmark, maka ketika menghadapi jalur pembahasan politik, sejarah, MoU dan
perjuangan GAM yang dikembangkan oleh Ahmad Sudirman langsung saja saudara
Nasir Usman menanggapi dengan ilmu "rakyat miskin"-nya: "saya
minta maaf pada anda jika saya tidak menjawab atau tidak melayani anda lagi sebab saya lihat anda
belum mengerti arti dari pada politik dan berdemokrasi yang sebenarnya."
Nah
disinilah, kelihatan kedok yang sebenarnya yang dipakai oleh saudara mantan
ketua PDRM Acheh ini yang menurut ceritanya ingin memperjuangkan rakyat miskin
Acheh melalui jalur demokrasi dan politik di Acheh melalui jalur referendum,
tetapi ketika dibongkar masalah referendum dikaitkan dengan GAM, perundingan
GAM-RI dan MoU Helsinki, bukan ia memberikan jalur argumentasinya yang jelas
dan terang, melainkan ia masuk kembali kedalam ruangan kamarnya, persis seperti
seekor belut yang masuk kembali masuk kedalam lubangnya ketika digebrak tanah
diatas lubangnya itu.
Memang
tidak gampang untuk memperjuangkan melalui jalur politik dan demokrasi dengan
membawa-bawa rakyat miskin sebagai landasan perjuangannya. Itu rakyat miskin hanya dipakai sebagai
alat politik dan kendaraan politik saja. Dan tentu saja, tanpa MoU Helsinki mana bisa
lahir itu yang namanya bayi lokal "Partai Rakyat Aceh" khusus hanya
di Acheh. Kalaupun saudara Muhammad Nasir Usman tidak ada kaitan politik dan
hubungan langsung secara politik dengan para bidan pelahir PRA yang sibuk dalam
kongres KP-PRA, tetapi secara moral ikut bertanggung jawab dengan wujudnya PDRM
yang dilahirkan 4 tahun yang lalu.
Nah
sekarang, kalau saudara Muhammad Nasir Usman membawa-bawa nama rakyat Acheh
dalam perjuangan PDRM bersama rakyat miskin-nya, lalu yang dipertanyakan rakyat
Acheh yang mana? Apakah rakyat Acheh yang hanya anggota PDRM atau anggota PRA
atau setiap rakyat Acheh yang miskin? Nah, dengan masih adanya kekaburan dalam
membawa nama rakyat Acheh inipun, akan makin sulit bagi saudara Muhammad Nasir
Usman untuk memperjuangkan politik dan demokrasi dengan membawa-bawa embel-embel
rakyat miskin di Acheh. Apalagi dengan menentang terhadap MoU itu sendiri,
kendatipun saudara Muhammad Nasir Usman hanya menyebutkan "Saya sendiri
sebagai rakyat Aceh merasakan keputusan yang di ambil di Helsinki tidak lah
adil" (Nasir Usman, yamiskin@yahoo.com , [85.24.13.102] , Date: Wed, 22
Nov 2006 09:15:13 -0800 (PST))
Begitu juga
dengan taktik referendum yang dikaitkan dengan perundingan GAM-RI dan MoU
Helsinki yang dinyatakan oleh saudara Muhammad Nasir Usman adalah masih terlalu
mentah untuk bisa diterapkan dan dilaksanakan dalam politik dan strategi
perjuangan PDRM yang masih berusia seumur jagung itu.
Jadi
masalah kebijaksaan politik dan penerapan demokrasi yang didengungkan oleh
saudara Muhammad Nasir Usman dengan PDRM yang membawa-bawa rakyat miskin Acheh
masih harus banyak belajar dan masih harus banyak menggali tentang politik dan
demokrasi itu sendiri. Dua tahun di Denmark masih belum cukup untuk mengerti
bagaimana membawa dan menjalankan politik dengan membawa-bawa rakyat miskin dan
bagaimana memakai alat demokrasi gaya dan model demokrasi Denmark-nya.
Terakhir,
sebenarnya saudara Muhammad Nasir Usman tidak perlu masuk lagi kedalam kamar,
kalau memang sudah bertekad untuk memperjuangkan rakyat miskin Acheh melalui
jalur PDRM-nya yang distir dari Jelling, Denmark.
Bagi
yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada
ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk
membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah
Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP
http://www.dataphone.se/~ahmad
Hanya
kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon
petunjuk, amin *.*
Wassalam.
Ahmad
Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se
----------