Stockholm,
6 November 2006
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum
wr wbr.
YUSRA HABIB ABDUL GHANI BERMODALKAN
HUKUM PERDATA DARI UMJ & UI BELUM CUKUP UNTUK PERTAHANKAN ACHEH DARI
PENJAJAHAN RI.
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.
YUSRA
HABIB ABDUL GHANI YANG INGIN PERJUANGKAN ACHEH MEMAKAI MODAL HUKUM PERDATA DARI
UMJ & UI BELUM CUKUP UNTUK DIPAKAI MERTAHANKAN ACHEH DARI PENJAJAHAN RI.
Ketika
pada tahun 1981 Ahmad Sudirman siap menghadapi Jenderal Soeharto, ternyata
Yusra Habib Abdul Ghani dua tahun kemudian baru mendapat ilmu hukum perdata-nya
dari Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta. Setahun kemudian setelah
itu Yusra Habib Abdul Ghani baru mendapatkan tambahan ilmu hukum perdata-nya
lagi dari Universitas Indonesia.
Nah,
dengan modal ilmu hukum perdata dari Universitas Muhammadiyah Jakarta dan
Universitas Indonesia yang notabene kedua universitas itu tidak pernah
mengajarkan sampai mendetail bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan RI
dihubungkan dengan Acheh yang dilihat dari sudut hukum yang digali oleh Yusra
Habib Abdul Ghani.
Ahmad
Sudirman yakin bahwa Yusra Habib Abdul Ghani tidak tahu dan tidak mengenal
bagaimana sebenarnya Acheh itu dianeksasi dan dijajah oleh RI, dan bagaimana
proses pertumbuhan dan perkembangan RI yang ada sekarang dilihat dari jalur
sejarah pertumbuhan dan perkembangan negara-negara yang ada diluar RI, serta
bagaimana proses timbulnya RI yang ada sekarang ini.
Mengapa
Yusra Habib Abdul Ghani tidak tahu masalah tersebut?
Karena
di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Fakultas Hukum
Universitas Indonesia tidak pernah para dosen hukum dan tatanegara membahas dan
menggali bagaimana sebenarnya proses pertumbuhan dan perkembangan RI dihubungkan
dengan Acheh dan negara-negara lainnya serta dikaitkan dengan negara federasi
yang pernah berdiri dan diakui oleh PBB.
Oleh
sebab itu memang masuk akal kalau Yusra Habib Abdul Ghani selepas mendapatkan
ilmu hukum perdata dari Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta dan
Fakultas Hukum Universitas Indonesia ketika ditanya tentang hukum yang
menyangkut proses penganeksasi Acheh oleh RI dan proses pertumbuhan dan
perkembangan RI dihubungkan dengan Acheh bungkam saja. Paling dibuatlah cerita ”Mengapa Sumatera menggugat”.
Isinya mana menjelaskan secara mendetil bagaimana proses pertumbuhan dan
perkembangan RI dihubungkan dengan penganeksasian Acheh kedalam tubuh RI
dilihat dari sudut fakta dan bukti hukum.
Jadi, memang bisa diterima oleh
akal, mengapa Yusra Habib Abdul Ghani ketika membaca apa yang dikembangkan oleh
Ahmad Sudirman yang menyangkut proses pertumbuhan dan perkembangan RI
dihubungkan dengan Acheh, langsung menyatakan itu ilmu Acheh cangkokan.
Sehingga wajar dan bisa diterima
oleh akal apabila Teungku Omar Puteh menyatakan bahwa ”Apa yang telah
dipaparkan Tengku Ahmad Hakim Sudirman sudah tentu diluar kemampuan jangkauan
"Ria Ananda" SH @ X"Y"Z SH” (omar puteh, om_puteh@yahoo.com
,5 Nov 2006 00:17:00 -0000)
Kalau Teungku Omar Puteh yang pernah
sebelumnya menggali tentang sejarah dan perjuangan GAM bersama-sama dengan
Yusra Habib Abdul Ghani waktu di Malaysia, tetapi mengapa Teungku Omar Puteh
tidak mengerti dan tidak memahami jalur proses pertumbuhan dan perkembangan RI
dihubungkan dengan Acheh yang dikaitkan dengan penganeksasian Acheh kedalam RI
melalui Sumatera Utara dilihat dari sudut hukum yang dibeberkan oleh Yusra
Habib Abdul Ghani.
Alasannya adalah mudah, karena
Yusra Habib Abdul Ghani yang bermodalkan ilmu hukum perdata dari Universitas
Muhammadiyah Jakarta dan Universitas Indonesia tidak cukup untuk dijadikan
modal untuk menggali dan mendalami serta menganalisa tentang jalur proses
pertumbuhan dan perkembangan RI dihubungkan dengan Acheh yang dikaitkan dengan
penganeksasian Acheh kedalam RI melalui Sumatera Utara.
Terakhir, jadi sekarang sudah bisa
dimengerti dan dipahami mengapa Yusra Habib Abdul Ghani tidak sanggup dan tidak
berani untuk menampilkan fakta dan bukti hukum dan sejarah tentang jalur proses
pertumbuhan dan perkembangan RI dihubungkan dengan Acheh yang dikaitkan dengan
penganeksasian Acheh kedalam RI melalui Sumatera Utara di mimbar bebas ini.
Paling hanya bisa berkelit dengan mengatakan:
”Sekarang, kau suruh Ria melayani
bahasa binatang [anjing Boldok" A. Sudirman], yang seakan-akan Ria
sekandang dengan "anjing Boldok" itu. Ria tak mampu memahami bahasa
binatang ["anjing Boldok" A. Sudirman], yang kau bilang lulusan
Gunong Alimon University. Kenapa? Kita bilang gelang, si boldok itu kira
galang, kita bilang air liur, si boldok pikir air kencur, kita bilang keumah,
si boldok itu pikir kèmah, kita bilang udah, si boldok itu pahami
tambah. Soalnya binantang, susah! Lagi pula, "anjing Boldok" itu
makan dedak, sedangkan kita makan roti dan keju, "anjing Boldok" itu
tanpa alas kaki, sedangkan kita bersepatu Belli. "Anjing boldok"
rabun, sementara kita berkacamata merk GUCCI. "Anjing Boldok" itu
lenlanjang, sedang kita berbaju rapi.” (Ria Ananda, bayna9@yahoo.com
,[80.196.175.152], 6 Nov 2006 11:48:53 –0000)
Nah, itulah alasan yang paling
lemah yang dipakai oleh seorang yang katanya lulusan sarjana hukum bagian
perdata dari Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Universitas Indonesia.
Sehingga ia langsung lari pontang panting dari GAM Pimpinan Teungku Hasan
Muhammad di Tiro dan Staf-nya.
Bagi yang ada minat untuk
menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya
sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya
yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang
Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad
Hanya kepada Allah kita memohon
pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*
Wassalam.
Ahmad
Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se
----------
Received:
(qmail 82056 invoked by uid 60001); 6 Nov 2006 11:48:53 –0000
Received:
from [80.196.175.152] by web39106.mail.mud.yahoo.com via HTTP; Mon, 06 Nov 2006
03:48:53 PST
From: Ria Ananda bayna9@yahoo.com
Return
address: IACSF@yahoogroups.com
Date:
6 november 2006 12:48:53
To:
IACSF@yahoogroups.com, PPDI@yahoogroups.com, ACSA@yahoogroups.com, redaksi@acehkita.com,
lantak@yahoogroups.com, redaksinews@serambi.com
Subject:
[IACSF] "The Burning Boldog Love"
Omar Putéh di Tempat,
Tatap wajahku, biar
bintang-bintang, matahari dan rembulan cemburu akan cinta dan kesetiaan kita,
soalnya, Ria curiga dengan sinar-cahayanya yang selalu mengintip dan ingin tahu
tentang kita dari celah-celah jendela. Ria enggan dengan kepura-puraan dalam
hamparan cinta-kasih. Bisikan ayat-ayat cinta, agar hati ini gegap-gempita dan
selamanya merekah, kokoh bagaikan batu karang yang tak pernah lekang dan
bergeming oleh hempasan ombak-ombak yang nakal.
Usir rasa curiga dan cemburumu,
agar kemesraan ini selamat hidup dan hangat,
walau perjumpaan ini baru sesaat, tapi seribu tahun rasanya sudah kita
bersama. Masih ingatkah ketika kita melangkah di taman berbunga, kau petik
sekuntum bunga mawar merah dan menyuntingkan di rambutku, kicau burung camar
yang terbang melayang asik menatap cinta kita dari langit biru, genggaman
tanganmu yang halus, terasa bagaikan sutera menyelimuti kalbu buat mengusir
sepi. Enggan rasanya untuk tidak tak merapat dalam dekapanmu. Aapa daya, kini
bunga mawar itu kau selipkan di telinga "anjing Boldok" A. Sudirman.
Genggaman tangan yang dulu hangat dan mesra, kini kau berpeluk dengan
"anjing Boldok" A. Sudirman. Deburan cinta yang menderu yang dulu
pernah kau curahkan, kini kau bermandi debu dengan "anjing Boldok" A.
Sudirman. Ingatkah, ketika kita duduk bersama di kursi taman Menara kota Paris,
kau sulang ke mulut Ria Genum Ice cream, terasa bagai makanan surga:
"manna" dan "salwa", kini Ice cream itu abang suapkan ke
mulut "anjing Boldok" kesayanganmu. Ingatkah ketika kusandarkan
harapan dan diriku ke bahumu dan terasa hangatnya saat rambutku kau belai, kini
"anjing Boldok" yang merebahkan diri ke pangkuanmu dan mengelus-elus bulunya. Kau bercumbu
dengan "anjing Boldok" di depanku. Ingatkah ketika kita meniti titian
gantung yang hampir-hampir diriku jatuh karena ayunannya, kau dekap daku dengan
kain selendang sutera, kini titian gantung itu digigit oleh "anjing
Boldok" A. Sudirman hingga meruntuhkan tali persahabatan. Ingatkah ketika
kita makan ranub yang memerahkan bibir-bibir mungil, kini abang berikan
reumpagoê [belati] untuk membelah dan memecah silaturrahmi sesama orang
Aceh. Ingatkah ketika kita menuruni lembah-lembah belukar yang diselimuti embun
putih yang kaki-kaki telanjang bebas kesana-sini bertandang, kini lembah
belukar itu telah berubah menjadi padang terik yang panasnya disembur dari
mulut beracun "anjing Boldok" A. Sudirman. Masihkah kau ingat, ketika
kita duduk bersama di pantai Pulau Tiga, di bawah rindangnya nyiur melambai,
sama-sama menatap riak dan ombak
memutih menghampiri, kini nyiur dan buah kelapa itu telah digerogiti oleh tupai
A. Sudirman dan tak bisa lagi mengusir dahaga. Terlalu sarat dengan kenangan
manis, sebab kita tahu bahwa matahari itu adalah matahari kita; bulan itu
adalah bulan kita; hutan belukar itu adalah hutan belukar kita; lembah itu
adalah lembah kita; laut itu adalah laut kita; daratan itu adalah daratan kita;
embun itu adalah embun kita; titian gantung itu adalah titian gantung kita;
pantai itu adalah pantai kita. Bukan milik "anjing Boldok" A.
Sudirman.
Ria bukan seorang pelatih dan
pemain sirkus, yang tak canggung bercanda dan berciuman di depan layar dengan
binantang, tak gugup bersapa dan mencambuk binatang. Sekarang, kau suruh Ria
melayani bahasa binatang [anjing Boldok" A. Sudirman], yang seakan-akan
Ria sekandang dengan "anjing Boldok" itu. Ria tak mampu memahami bahasa
binatang ["anjing Boldok" A. Sudirman], yang kau bilang lulusan
Gunong Alimon University. Kenapa? Kita bilang gelang, si boldok itu kira
galang, kita bilang air liur, si boldok pikir air kencur, kita bilang keumah,
si boldok itu pikir kèmah, kita bilang udah, si boldok itu pahami
tambah. Soalnya binantang, susah! Lagi pula, "anjing Boldok" itu
makan dedak, sedangkan kita makan roti dan keju, "anjing Boldok" itu
tanpa alas kaki, sedangkan kita bersepatu Belli. "Anjing boldok"
rabun, sementara kita berkacamata merk GUCCI. "Anjing Boldok" itu
lenlanjang, sedang kita berbaju rapi.
Anjing Boldok kekasihmu ini
keterlaluan, udah pacah masuk dapur kita, buka lemari dan laci kita, membuka
aurat kita, mengadu domba kita, menfitnah kita, menggonggong seenaknya.
Ajaibnya, ketika pemasok dedak [Muzakkir Hamid] bersumpah setia di Kedutaan RI
di Stockholm, si "anjing Boldok" ini tak bersuara, padahal udah lama
tahu. Kau pun
ikut "anjing boldok" itu membisu.
Kutahu,
cintamu pudar sudah, kasihmu fragile [rapuh] sudah. Ayat-ayat cinta yang dulu
kau tulis untukku, kini kau persembahkan untuk "anjing Boldok". Tapi
biarlah, kau cari kekasih walaupu "anjing Boldok" asalkan kau
bahagia, tokh nanti di suatu masa, kau kan merasa, bagaimana pahit dan sakitnya
karena cinta. Kuharungi bahtera luas yang ganas itu, layar sudah terkembang,
aku tegap bersila dan kukayuh bidukku walau dengan pelepah pinang, tokh aku
masih garang menantang gelombang dan pantang berpaling. []
RIA ANANDA
*Pemerhati di Kawasan Konflik
----------