Stockholm,
14 Oktober 2006
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum
wr wbr.
KAMPANYE KPAMD MODEL PERJUANGAN TANPA KEKERASANNYA MARTIN
LUTHER KING & MAHATMA GANDHI.
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.
SEDIKIT
MENYOROT KAMPANYE KOMITE PERSIAPAN ACHEH MERDEKA DEMOKRATIK (KPAMD) TENTANG
MODEL PERJUANGAN TANPA KEKERASANNYA MARTIN LUTHER KING & MAHATMA GANDHI.
”Kepada veteran perang dan sivil bekas pejuang kemerdekaan Acheh yang
tidak pernah terlibat dalam kejahatan, dan masih setia pada perjuangan sesuai
deklarasi kemerdekaan tahun 1976, Komite sangat berbahagia menyambut saudara
sekalian kembali dalam kancah perjuangan bersama kami.” (Eddy L. Suheri, Spokesperson,
Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik, New York, 12 Oktober 2006)
Ada
pernyataan yang disebarkan oleh juru bicara Komite Persiapan Acheh Merdeka
Demokratik, saudara Eddy L. Suheri yang ditandatangani pada tanggal 12 Oktober
2006 dengan tempat New York dan disebarluaskan oleh saudara Yusuf Daud dari
Fittja, Norsborg, Swedia pada hari ini, Sabtu tanggal 14 Oktober 2006.
Dimana
isi pernyataan dari Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik isinya menyerukan
kepada “veteran perang dan sivil bekas pejuang kemerdekaan Acheh yang tidak
pernah terlibat dalam kejahatan“ untuk masuk kedalam perahu Komite Persiapan
Acheh Merdeka Demokratik dengan memakai alat dayung model Non-Violence atau
tanpa kekerasan seperti yang diperjuangkan oleh Luther Martin King di Amerika
dan Mohandas Karamchand Gandhi atau yang lebih dikenal dengan Mahatma Gandhi,
pemimpin perjuangan tanpa kekerasan untuk kemerdekaan India.
Nah,
dasar dan alasan dilambungkannya cara perjuangan model Komite Persiapan Acheh
Merdeka Demokratik dalam bentuk model perjuangan Mahatma Gandhi atau Martin
Luther King adalah tindakan yang sesuai dengan “akal yang sehat dalam
membebaskan diri dari penjajahan“ menurut juru bicara model Komite Persiapan
Acheh Merdeka Demokratik.
Dimana
“akal yang sehat dalam membebaskan diri dari penjajahan“ ini berpegang kepada
tali demokrat yang dipadukan dengan ajaran-ajaran para endatu di Acheh.
Nah,
ternyata kalau diteliti secara mendalam dasar pemikiran yang dipakai landasan
sikap dan perjuangan oleh kelompok Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokrati
adalah ternyata penuh keparadokan. Mengapa ?
Karena
disatu pihak, Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokrati mencontoh dan mengacu
kepada apa yang telah dicontohkan dan diajarkan oleh para endatu bangsa Acheh
dalam memperjuangkan pembebasan Acheh dari pendudukan dan penjajahan Belanda
dengan perjuangan kekuatan. Dilain pihak,
Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokrati meniru gaya model perjuangan
Mahatma Gandhi atau Martin Luther King dengan langkah Non-Violence atau tanpa
kekerasan-nya yang digabungkan dengan cara demokrasi barat-nya.
Nah,
keparadokan yang ditunjukkan oleh pihak Komite Persiapan Acheh Merdeka
Demokrati adalah merupakan adanya kelemahan dalam dasar kekuatan konsepsi
perjuangan penentuan nasib sendiri yang akan dijalankan oleh pihak Komite
Persiapan Acheh Merdeka Demokrati.
Dasar
pijakan ideologi perjuangan penentuan nasib sendiri yang telah digariskan oleh
Teungku Hasan Muhammad di Tiro dalam redeklarasi-Acheh-nya pada tanggal 4
Desember 1976 ternyata dalam realitanya oleh kelompok Komite Persiapan Acheh Merdeka
Demokrati telah dilanggarnya. Mengapa ?
Karena
pihak Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokrati telah keluar dan sekaligus
menghancurkan perjuangan penentuan nasib sendiri yang dipimpin oleh Teungku
Hasan Muhammad di Tiro dan Stafnya. Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokrati
tidak mengakui kebijaksanaan politik dan langkah perjuangan yang dijalan oleh
pihak Teungku Hasan Muhammad di Tiro dan Stafnya.
Jadi
secara politik dan hukum sebenarnya sikap dan langkah kebijaksanaan politik
yang dilancarkan oleh pihak Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokrati tidak ada
hubungannya dengan dasar atau pondasi ideologi perjuangan yang telah dipasang
oleh Teungku Hasan Muhammad di Tiro dengan GAM atau ASNLF-nya.
Pihak
Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokrati berusaha menghancurkan perjuangan GAM
dibawah pimpinan Teungku Hasan Muhammad di Tiro melalui cara pemenggalan antara
Pimpinan tertinggi dan Stafnya. Artinya melalui cara pemenggalan Kabinet
Pemerintahan Negara Acheh dan Pimpinan tertinggi Teungku Hasan Muhammd di Tiro.
Dimana
kelompok Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokrati telah berusaha menghilangkan
dan menghancurkan melalui cara pemenggalan pimpinan Tertinggi GAM dari
Kabinet-nya. Dengan dipisahkan dan dihancurkan Kabinet dalam Pemerintahan
Negara Acheh dari Pimpinan Tertinggi-nya mereka beranggapan GAM akan hancur dan
Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokrati bisa mengambil alih peranan
digelanggang arena politik dan hukum, sehingga tanpa segan-segan langsung saja
pihak Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokrati mengkampanyekan kepada pihak TNA
yang sekarang berobah statusnya menjadi KPA untuk masuk kedalam perahu Komite
Persiapan Acheh Merdeka Demokrati dengan alat pendayung buatan Martin Luther
King dan Mahatma Gandhi yang berlabel
Non-Violence atau tanpa kekerasan yang dicampur dengan demokrasi model
barat-nya atau kalau di Amerika model demokrasi-George W. Bush-nya.
Nah,
kalau kita mempelajari apa yang dipidatokan oleh Martin Luther King pada
tanggal 3 April 1968 di Memphis, yang dijadikan sebagai dasar perjuangan
Non-Violence atau tanpa kekerasan-nya yang diadopsi oleh pihak Komite Persiapan
Acheh Merdeka Demokrati berbunyi:
“I've been to the mountain top.
And I've looked over and I've seen the Promised Land.
I may not get there with you, but I want you to know tonight that we as
a people will get to the Promised Land.
So I'm happy tonight.
I'm not worried about anything, I'm not fearing any man.
Mine eyes have seen the glory of the company of the Lord.”
(Martin Luther King, Memphis, Tennessee 3 April 1968)
Nah kata-kata Martin Luther King inilah yang menjadi landasan perjuangan
politik dan hukum pihak Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokrati kalau
dihubungkan dengan kebijaksanaan politik perjuangan yang dinamakan dengan
Non-Violence-nya yang dilambungkan oleh pihak Yusuf Daud dan Eddy L. Suheri cs.
Dengan mengadopsi Non-Violence-nya Mahatma Gandhi dan Martin Luther
King, maka pihak Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokrati mendeklarkan bahwa
“Tiada pembenaran yang diperoleh untuk menghentikan perjuangan tanpa kekerasan
yang sedang kita lakukan. Menentang perjuangan kita adalah tidak dibenarkan
oleh agama atau hukum manapun di muka bumi ini.”
Inilah model kampanye yang sedang dijalankan oleh pihak Komite Persiapan
Acheh Merdeka Demokrati dengan perahu Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik
yang mempergunakan alat dayung model Non-Violence atau tanpa kekerasan-nya
Mahatma Gandhi dan Martin Luther King yang tidak ada hubungannya dengan
ideologi perjuangan GAM yang dipimpin oleh Teungku Hasan Muhammad di Tiro.
Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada
ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk
membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah
Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP
http://www.dataphone.se/~ahmad
Hanya kepada Allah kita memohon
pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*
Wassalam.
Ahmad
Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se
----------
Siaran Press
Untuk disiarkan segera
Perhatikan Siasat Kolonialis dan
Bersatu Dalam Perjuangan Tanpa Kekerasan
Bismillahhirrahmanirrahim
Komite berserta seluruh anggota
dan pendukung mengucapkan selamat menunaikan Ibadah Puasa, semoga amal ibadah
saudara direstui Allah SWT. Setelah beberapa bulan komite disibukkan dengan
persiapan berbagai agenda, seperti konsolidasi di Nanggroe Acheh, penyusunan
program dan pemantapan organisasi, pada hari ini Komite ingin menyampaikan
beberapa informasi kepada bangsa Acheh.
Namun sebelumnya, kami ingin
menyampaikan rasa keprihatinan kami atas berita perpecahan yang terjadi di
tubuh GAM otonomi pimpinan Malik Mahmud yang baru saja kami terima. Kami
dipahamkan di mana kondisinya semakin parah ketika para pihak membuat
pernyataan di mass media yang bermakna penghancuran atas diri sendiri. Di sisi
lain kami ingin bangsa Acheh untuk mengkaji lebih dalam terhadap perkembangan
situasi terkini, termasuk apa yang sedang terjadi di tubuh GAM, lalu
menjadikannya sebagai hikmah. Kepada veteran perang dan sivil bekas pejuang
kemerdekaan Acheh yang tidak pernah terlibat dalam kejahatan, dan masih setia
pada perjuangan sesuai deklarasi kemerdekaan tahun 1976, Komite sangat
berbahagia menyambut saudara sekalian kembali dalam kancah perjuangan bersama
kami.
Kesadaran tidak pernah
terlambat. Ini suatu pertanda bahwa keputusan mereka untuk menyerahkan
kedaulatan bangsa Achah dalam MoU Helsinki adalah tidak direstui rakyat maupun
bumi Acheh, dan kita akan buktikan bahwa bangsa Acheh tidak pernah setuju atas
apapun namanya jika itu hanyalah penggadaian bangsanya ke tangan penjajah. Kedaulatan itu mutlak harus
direbut kembali.
Kolonialis
Indonesia yang mereka anggap sebagai kawan, telah berhasil merusak ideologi
nasionalisme bangsa Acheh yang menghendaki kita untuk bersatu. Secara taktikal
pihak kolonialis terus berusaha memecah belah antar sesama bangsa Acheh dan
memberi imej negative agar dikesampingkan oleh masyarakat internasional, dengan
menghembus pelbagai issue seperti agama atau pemurtadan, pemilihan gubernur
atau kaki tangan kolonialis (viceroy), yang kemudian diperluaskan media massa
sebagai peristiwa yang katanya sangatlah
penting.
Semua issue tersebut juga
berfungsi sebagai alat untuk menyumbat aspirasi arus bawah dan menutupi
kegagalan baik GAM dan kolonialis RI dalam memenuhi janjinya seperti usaha
membangun kembali kehidupan korban tsunami, korban perang, para anak
yatim-piatu, kaum
miskin, petani dan pedagang,
serta rehabilitasi tindakan amoral militer dan polis Indonesia terhadap rakyat
Acheh. Lebih tidak bermoral lagi ketika para kolonialis secara sah dan
meyakinkan telah mencoba menahan, menggelapkan dan menghabiskan bantuan
internasional untuk korban
tsunami yang jumlahnya trilyunan Dollar.
Kami serukan kepada bangsa
Acheh, masanya telah tiba untuk kita bergerak kembali dengan jalan baru yang
berbeda. Perjuangan yang kita pilih kali ini akan kita tandai sebagai kelahiran
kembali bangsa Acheh ke muka bumi ini. Kita mengetahui kejayaan para endatu di
medan perang dahulu, namun harus kita akui pada akhirnya Acheh ditundukkan di
arena politik. Kali ini, kita tidak dalam keadaan memaksa untuk menggunakan
senjata yang pada akhirnya hanya akan memakan tuannya. Komite akan melancarkan
strategi gerakan perjuangan kemerdekaan tanpa kekerasan atau Non-Violence.
Suatu cara untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa kita
memiliki tindakan dan akal yang
sehat dalam membebaskan diri dari penjajahan. Saudara sekalian, mari kita
tunjukkan kesantunan dan sikap demokrat, seperti yang telah diajarkan agama dan
para endatu kita, kepada bangsa Asing yang ada di Acheh. Mereka perlu terus
berada bersama kita sebagai saksi yang akan berbicara di dunia internasional.
Tiada pembenaran yang diperoleh
untuk menghentikan perjuangan tanpa kekerasan yang sedang kita lakukan.
Menentang perjuangan kita adalah tidak dibenarkan oleh agama atau hukum manapun
di muka bumi ini, apalagi oleh organisasi seperti negara, kerajaan, hukum
kolonial atau organisasi yang
lahir jauh hari setelah agama dilahirkan. Oleh karena itu kita perlu mengirim
pesan ini kepada para panganut agama manapun yang hidup dalam Negara kolonialis
Indonesia, untuk merujuk kepada agama dan kepercayaan mereka masing-masing,
jika kelak ingin mendukung
negaranya menggunakan kekerasan untuk menghentikan perjuangan bangsa Acheh.
Bangsa Acheh, dengan berbagai
arti adalah sebuah bangsa dan kita akan tetap berdiri sebagai suatu bangsa di
atas negara yang berdaulat untuk mewujudkan kemakmuran bagi rakyatnya dan
perdamaian di dunia.
New York, 12 Oktober 2006
(Signed)
Eddy L. Suheri
Spokesperson
----------