Stockholm,
14 Maret 2006
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum
wr wbr.
MOSI INTEGRAL NATSIR MENJADI SENJATA MAKAN TUAN.
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.
AKHIRNYA MOSI INTEGRAL NATSIR MENJADI
SENJATA MAKAN TUAN.
"Pak Ahmad, keliru kalau PRRI
dan Permesta itu adalah upaya pemberontakkan, tetapi perjuangan PRRI lebih pada
perjungan agar Sukarno melaksanakan Undang-Undang secara benar, pembagian atas
pendapatan daerah dan Pusat yang berimbang dan membubarkan PKI (Partai Komunis
Indonesia). Tidak ada niat dari mereka untuk pisah dari NKRI. Hampir 90%
perjuangan PRRI telah dapat direalisasikan. antara lain bubarnya PKI dan
pembagian atas Pendapatan daerah dan Pusat yang berimbang yang sedang dalam
proses penyempurnaan. Natsir Cs, memiliki jalur untuk lari ke Luar negeri dan
sudah dijanjikan untuk dapat hidup enak di Swiss, tetapi mereka lebih rela
untuk memperjuangkan kemaslahatan umat Muslim di dalam penjara NKRI. Suburnya
Islam di Indonesia karena Natsir Cs berjuang dengan gigih untuk menegakkan
Syariah Islam melalui DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia)" ( Rasjid
Prawiranegara, rasjid@bi.go.id , 14 mars
2006 08:38:03)
Saudara Rasyid Prawiranegara di
Jakarta, Indonesia.
Jelas saudara Rasyid, itu
perjuangan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dibawah Sjafruddin
Prawiranegara dan Mohammad Natsir begitu juga Gerakan Piagam Perjuangan Semesta
atau Permesta dibawah pimpinan Kolonel H.N. Ventje Sumual adalah bukan
perjuangan pemberontakan, melainkan perjuangan dalam usaha penentuan nasib
sendiri bagi daerah-daerah dan bangsa-bangsa yang ingin berada dalam lindungan
satu pemerintahan yang menjalankan kebijaksanaan politik dalam bentuk negara federasi.
Dan itu Mohammad Natsir dengan
mosi integral model Soekarno-nya adalah merupakan usaha penipuan dari pihak
kelompok unitaris RI-Jawa-Yogya saja, mengapa ?
Karena terbukti bahwa Mohammad
Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Kolonel H.N. Ventje Sumual, Teungku Muhammad
Daud Beureueh, Letnan Kolonel Achmad Husein, Kolonel Simbolon, Kolonel Dachlan
Djambek, Kolonel Zulkifli Lubis, Sjarif Usman dan Burhanuddin Harahap telah
sepakat untuk membangun Negara Federal yang didalamnya bergabung NII-nya
Teungku Muhammad Daud Beureueh, PRRI dan Permesta yang diberi nama dengan
Negara Federasi Republik Persatuan Indonesia (RPI) yang didirikan pada tanggal
8 Februari 1960.
Jadi saudara Rasyid Prawiranegara,
Kalau memang benar alasan saudara
Rasyid bahwa Mohammad Natsir memperjuangkan unitaris RI-Jawa-Yogya dengan model
mosi integral-nya Soekarno pada 3 April 1950, mengapa justru akhirnya delapan
tahun kemudian itu Mohammad Natsir dan Sjafruddin Prawiranegara cs justru
membangun dan mendirikan Negara Federasi Republik Persatuan Indonesia (RPI) ?
Karena memang terbukti, bahwa yang
namanya negara unitaris RI-Jawa-Yogya jelmaan RIS pada tanggal 15 Agustus 1950
adalah merupakan sebuah negara yang berada dibawah dominasi kelompok unitaris RI-Jawa-Yogya
yang menganggap bahwa bangsa Jawa adalah bangsa mayoritas yang perlu semua
bangsa dan daerah yang ada di nusantara tunduk dan patuh dibawah telapak bangsa
Jawa dengan Soekarno dan PNI-sosialis-nya. Dan adanya dominasi dari pihak
Soekarno terhadap bangsa dan daerah lainnya tidak mencerminkan apa yang
dicta-citakan oleh bangsa-bangsa yang ada diberbagai daerah untuk duduk sama
rendah dan berdiri sama tinggi, sebagaimana yang sebelumnya telah disepakati
dalam Negara Federal RIS.
Kemudian kalau saudara Rasyid
menyatakan bahwa perjuangan PRRI dan Permesta yang tergabung dalam Republik
Persatuan Indonesia (RPI) adalah agar Soekarno "melaksanakan Undang-Undang
(UUD Sementara 1950) secara benar, pembagian atas pendapatan daerah dan Pusat
yang berimbang dan membubarkan PKI", maka alasan tersebut adalah alasan
yang dicari-cari saja oleh saudara Rasyid, mengapa ?
Karena pihak RI masih tetap tidak
ingin melepaskan kekuasaannnya melalui cara pembagian atas pendapatan daerah
dan pusat yang berimbang, artinya antara Jakarta dengan bekas negara-negara
bagian RIS yang baru beberapa tahun dipaksa untuk melebur kedalam RI-Jawa-Yogya
melalui jalur RIS.
Kemudian, itu kalau menelusuri apa
yang ada dalam UUD Sementara 1950 maka akan ditemukan bahwa dalam UUD Sementara
1950 ini adalah UUD yang menganut sistem parlementer, artinya negara dipimpin
oleh presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan. Menurut UUD Sementara 1950 walaupun Presiden hanya berkedudukan
sebagai Kepala Negara (Pasal 45 ayat 1), tetapi pemerintah bisa membubarkan
parlemen, artinta Presiden memiliki kewenangan untuk membubarkan parlemen.
Sebaliknya parlemen dapat menjatuhkan pemerintah. Jadi memang antara Pemerintah
dan Parlemen (dalam hal ini DPR) sama-sama memiliki kekuasaan yang sama,
keduanya bisa saling menjatuhkan.
Seterusnya soal pembubaran PKI,
jelas itu PKI tidak bisa dibubarkan baik oleh Pemerintah ataupun oleh Parlemen,
karena memang PKI adalah merupakan partai politik nomor empat yang berhasil
mendapat suara dalam pemilihan umum pertama untuk DPR pada tanggal 29 September
1955. Dimana dari jumlah 272 orang anggota DPR terpilih, PKI memperoleh 32
kursi anggota dalam DPR, sedangkan NU memperoleh 47 kursi anggota, PNI mendapat
58 kursi anggota dan Masyumi memperoleh 60 kursi anggota. Adapun 72 sisa kursi lainnya diduduki
oleh 15 fraksi-fraksi dari partai-partai politik lainnya.
Jadi saudara Rasyid Prawiranegara,
Alasan saudara Rasyid yang
dilambungkan diatas adalah alasan yang lemah dan tidak kena sasaran.
Yang jelas dan benar adalah pihak
Mohammad Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Kolonel H.N. Ventje Sumual, Teungku
Muhammad Daud Beureueh, Letnan Kolonel Achmad Husein, Kolonel Simbolon, Kolonel
Dachlan Djambek, Kolonel Zulkifli Lubis, Sjarif Usman dan Burhanuddin Harahap
ketika membangun PRRI, Permesta, NII yang bergabung dalam bangunan Negara
Federasi RPI adalah untuk mendobrak dominasi kelompok unitaris RI-Jawa.-Yogya
yang telah mendomiasi kekuasaannya atas bangsa-bangsa dan daerah-daerah diluar
Yogyakarta untuk tunduk dan patuh kepada pihak kelompok unitaris RI-Jawa-Yogya.
Dan memang terbukti, itu Mohammad
Natsir setelah RPI-nya ditelan Soekarno, juga Partai Masyumi dan Partai
Sosialis Indonesia (PSI) dibubarkan dan dianggap sebagai partai politik terlarang
pada tanggal 17 Agustus 1960 dengan memakai Keputusan Presiden No. 200 Tahun
1960 dan No. 201 Tahun 1960.
Dukungan Mohammad Natsir dengan
mosi integral model Soekarno-nya akhirnya menjadi senjata makan tuan.
Terakhir saudara Rasyid
Prawiranegara,
Perjuangan Mohammad Natsir dan
Sjafruddin Prawiranegara cs dengan PRRI dan Permesta dibawah Negara Federasi
Republik Persatuan Indonesia (RPI) adalah untuk membebaskan dari ikatan
kelompok unitaris RI-Jawa-Yogya dibawah Soekarno. Dan perjuangan Mohammad Natsir
dan Sjafruddin Prawiranegara adalah bukan perjuangan pemberontakan sebagaimana
digembar-gemborkan oleh Soekarno cs dan kelompok unitaris RI-Jawa-Yogya,
melainkan perjuangan untuk penentuan nasib sendiri dibawah lindungan Negara
Federasi Republik Persatuan Indonesia (RPI).
Bagi
yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada
ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk
membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah
Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP
http://www.dataphone.se/~ahmad
Hanya
kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon
petunjuk, amin *.*
Wassalam.
Ahmad
Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se
----------
From: Rasjid Prawiranegara rasjid@bi.go.id
Date:
14 mars 2006 08:38:03
To:
"Ahmad Sudirman" <ahmad_sudirman@hotmail.com>,
<PPDI@yahoogroups.com>, <oposisi-list@yahoogroups.com>,
<mimbarbebas@egroups.com>, <politikmahasiswa@yahoogroups.com>,
<fundamentalis@eGroups.com>, <Lantak@yahoogroups.com>,
<kuasa_rakyatmiskin@yahoogroups.com>, achehnews@yahoogroups.com
Subject:
RE: MOSI INTEGRAL NATSIR YANG MENJERAT NATSIR SENDIRI DIPAKAI ALAT UNTUK
MENIPU.....
Ass.
Wr Wb.
Pak
Ahmad bisa saja tidak mengakui Sukarno dan Bung Hatta sebagai Presiden dan
Perdana Menteri, sebagaimana upaya Pak Ahmad untuk tidak mengakui bahwa Wilayah
NKRI itu sampai dengan Wilayah Aceh, sehingga tidak perlu heran.
Dalam
bernegara tentu pergantian kekuasan itu adalah hal yang biasa, apalagi dinegara
yang demokratis. di NKRI sampai saat ini sudah lebih dari lima kali berubah dan
NKRI tetap utuh. Insya Allah untuk selama-lamanya.
Pertentangan
antara Pusat dan Daerah dan adanya PRRI dan RPI merupakan bagian dari irama
sebuah negara yang sedang mencari bentuk dan Natsir tetap dalam perjuangannya
untuk selalu dalam NKRI dan tiak akan membentuk negara yang terpisah dari NKRI.
Natsir yang mencetuskan Mosi Natsir, tidak ingin melihat NKRI itu pecah
sebagaimana dikehendaki Belanda atau sebagaimana orang-orang kumunis yang ingin
mendirikan negara komunis Indonesia. Mosi Natsir itu adalah upaya untuk NKRI
tetap satu.
Oleh
sebab itu dari awal pertentangan antara Pusat dan Daerah itu, PRRI atau pun
Permesta, tetap mengakui Sukarno sebagai Presiden NKRI, tetapi dalam
perjalanannya Sukarno menyerang kelompok Daerah (karena hasutan orang-orang
komunis), sehingga terjadilah peperangan antara Daerah dan Pusat. Peperangan
itu tidak mengarah pada upaya perpecahan, tetapi berupaya untuk berunding dalam
rangka NKRI. Dan kembalinya Natsir Cs ke Jakarta karena mereka mendapatkan
Amnesti dan upaya NKRI untuk menagih janji Belanda atas Irian Barat. Tanpa persatuan tentunya hal ini tidak akan terlaksana.
Pada awalnya Amerika mendukung
perjuangan PRRI, dengan harapan mereka tetap mendapatkan Ladang Minyak di Riau
dan daerah Sumatera lainnya. Tetapi karena perjuangan PRRI itu tetap dalam
rangka Negara kesatuan (NKRI), maka Amerika menjadi netral dan menunggu siapa
yang menang dalam pertentangan tersebut.
Pak Ahmad, keliru kalau PRRI dan
Permesta itu adalah upaya pemberontakkan, tetapi perjuangan PRRI lebih pada
perjungan agar Sukarno melaksanakan Undang-Undang secara benar, pembagian atas
pendapatan daerah dan Pusat yang berimbang dan membubarkan PKI (Partai Komunis
Indonesia). Tidak
ada niat dari mereka untuk pisah dari NKRI. Hampir 90% perjuangan PRRI telah
dapat direalisasikan. antara lain bubarnya PKI dan pembagian atas Pendapatan
daerah dan Pusat yang berimbang yang sedang dalam proses penyempurnaan
Natsir
Cs, memiliki jalur untuk lari ke Luar negeri dan sudah dijanjikan untuk dapat
hidup enak di Swiss, tetapi mereka lebih rela untuk memperjuangkan kemaslahatan
umat Muslim di dalam penjara NKRI. Suburnya Islam di Indonesia karena Natsir Cs
berjuang dengan gigih untuk menegakkan Syariah Islam melalui DDII (Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia).
Natsir
Cs tidak ingin melihat NKRI ini pecah karena Ambisi dari satu atau dua gelintir
orang, karena Natsir Cs telah memperjuangkan NKRI sejak Sumpah Pemuda di tahun
28 Oktober 1928, sebagai wakil dari kelompok Islam.
Wassalam
Rasyid
Prawiranegara
Jakarta, Indonesia
----------