Stockholm,
25 Februari 2006
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum
wr wbr.
KELOMPOK ABDURRAHMAN WAHID,
MEGAWATI, FITJA DAN HALLEFORS ADALAH SATU SUARA SAMA-SAMA ANTI MOU HELSINKI.
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.
DALAH
HAL MOU ITU KELOMPOK ABDURRAHMAN WAHID, MEGAWATI, FITJA DAN HALLEFORS ADALAH
SATU SUARA SAMA-SAMA ANTI MOU HELSINKI.
"Saya bukan menolak DPRD.
Yang saya tolak kemungkinan keluarnya Aceh dari NKRI. Ini yang pokok yang
lainnya nomor dua. Perjanjian itu adalah masalah kepercayaan. Kepercayaan saya
tidak ada sama GAM. Kenapa tidak ada kepercayaan? Karena tidak
ada keikhlasan. Menurut salah seorang anggota DPRD yang ikut perundingan
Helsinki yang tidak perlu saya sebutkan namanya, GAM itu memiliki ribuan
senjata. Tapi kenapa yang diserahkan hanya 900 pucuk" (Abdurrahman Wahid,
Jumat 25 februari 2006).
"Itu tidak perlu Paya Bujok
menanggapinya perdebatan antara Jawa Gusdur dengan Jawa Ahmad Sudirman, Biarlah
kolompok Fitja dan Hällefors menjadi pegamat yang budiman sahaja. Itupun kalou
kami mau menonton sebab karna wayang golek sangat tidak sesuai dengan selera
kami, Bukankah itu lebih puas untuk anda jadikan sebagai bahan bicara
dilembaran yang akan datang? Sebab hal itu lebih memuahkan anda lagipun saya
rasa anda sebagai seorang dalang dan juga sangat mehendaki hal yang demikian
bukan duduk diam dengan mulut tergangga, Sebagai mana halnya si pemuja mu di
Norge dan Geng India mamak di Alby Sweden, Simanusia belang bertangan hitan yang
sanggup menukar marwahnya demi Rupiah" (Paya Bujok, bujok_paya@yahoo.com , 24
februari 2006 22:34:09)
Nah, ternyata kelompok saudara
Paya Bujok alias Abu Syawal di Fitja, Stockholm, Swedia, sudah mendeklarkan untuk
duduk diluar gelanggang sebagai pengamat yang budiman saja, atau dengan kata
lain bahwa saudara Paya Bujok dari kelompok Fitja dan Hallefors tidak mampu dan
tidak memiliki konsep tentang dasar argumentasi yang berisikan fakta, bukti,
sejarah dan dasar hukum tentang jalur proses pertumbuhan dan perkembangan Acheh
dihubungkan dengan RI, PBB dan NKRI, sehingga kalau pihak penjajah NKRI
menantang kelompok Fitja dan Hallefors untuk bertanding tentang konsep fakta,
bukti, sejarah dan hukum tentang Acheh, maka secepat kilat mereka lari keluar
gelanggang sambil berteriak kami adalah sebagai pengamat yang budiman.
Contohnya ketika Abdurrahman Wahid
menantang untuk mengadu konsep tentang Acheh, langsung saja pihak saudara Paya
Bujok bersama kelompok Fitja dan Hallefors serta cabang New York-nya angkat
kaki sambil mengucapkan: "Biarlah kolompok Fitja dan Hällefors menjadi
pegamat yang budiman sahaja. Dan Gus Dur itu kan gila". Suatu alasan yang
sangat dangkal dan hanya untuk berkelit saja.
Nah sekarang, ketika sejumlah
perwakilan rakyat Acheh pada hari Jumat
24 Fabruari 2006 menemui Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dengan PKB-nya untuk
meminta dukungan Gus Dur dalam hal RUU Pemerintahah Acheh yang sedasng dibahas
oleh DPR RI, dimana Gus Dur justru secara langsung menolak untuk memberikan
dukungannya karena dia tidak percaya kepada keikhlasan pihak GAM dalam
perjanjian damai ini.
Nah, jelas kelihatan itu
Abdurrahman Wahid memang tidak menghendaki di Acheh itu tercipta perdamaian,
keamanan dan kebebasan yang bermartabat bagi semua pihak. Itu alasan bahwa GAM
tidak ikhlas dalam perdamaian adalah alasan yang dicari-cari saja. Kalau memang
perjanjian yang tertuang dalam MoU Helsinki itu tidak didasarkan salah satunya
oleh keikhlasan, mana mungkin bisa disepakati dan ditandatangani. Tetapi,
sebenarnya karena memang pihak Abdurrahman Wahid ini adalah sebelumnya sudah
menunjukkan sikap negatif terhadap MoU yang juga dipekuat oleh pihak Megawati
dengan PDI-P. Sebagaimana yang ditunjukkan mereka ketika masih berlangsungnya perundingan
di Helsinki, kedua orang ini sudah menyatakan sikap negatif-nya terhadap
perundingan antara GAM dan pemerintah RI, dengan alasan berunding diluar negeri
dengan orang-orang yang berkewarganegaraan asing, suatu alasan yang lemah dan
keropos.
Dan tentu saja, sebenarnya menurut
Ahmad Sudirman, itu pihak perwakilan
rakyat Acheh tidak perlu meminta-minta segala kepada Abdurrahman Wahid
dukunghan, karena memang orang ini dari sejak awal sudah negatif terhadap perundingan
Helsinki, sama dengan orang-orang dari kelompoknya Fitja dan Hallefors serta
cabangnya di New York.
Jadi sebenarnya dalam hal MoU
Helsinki antara Abdurrahman Wahid, Megawati dan kelompok Fitja serta Hallefors dan
cabang New York adalah satu suara, yaitu mereka adalah kelompok yang anti MoU
Helsinki.
Bagi
yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada
ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk
membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah
Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP
http://www.dataphone.se/~ahmad
Hanya
kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk,
amin *.*
Wassalam.
Ahmad
Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se
----------
From:
Paya Bujok bujok_paya@yahoo.com
Return
address: PPDi@yahoogroups.com
Date:
24 februari 2006 22:34:09
To:
Lantak@yahoogroups.com, ppdi@yahoogroups.com
Subject:
«PPDi» Re: [Lantak] TIDAK PERNAH MUNCUL KONSEPSI FITJA ATAU HALLEFORS UNTUK
MENGHANTAM KONSEPSI.....
Wa,alikumsalam.
Itu tidak perlu Paya Bujok
menanggapinya perdebatan antara Jawa Gusdur dengan Jawa Ahmad Sudirman, Biarlah
kolompok Fitja dan Hällefors menjadi pegamat yang budiman sahaja. Itupun kalou
kami mau menonton sebab karna wayang golek sangat tidak sesuai dengan selera
kami, Bukankah itu lebih puas untuk anda jadikan sebagai bahan bicara
dilembaran yang akan datang? Sebab hal itu lebih memuahkan anda lagipun saya
rasa anda sebagai seorang dalang dan juga sangat mehendaki hal yang demikian
bukan duduk diam dengan mulut tergangga, Sebagai mana halnya si pemuja mu di
Norge dan Geng India mamak di Alby Sweden, Simanusia belang bertangan hitan
yang sanggup menukar marwahnya demi Rupiah.
Dalam hal ini perlu Anda ketahui,
Bahwasanya kami tak sekeji itu, Kami sangat memahami tentang apa yang sepatut
nya kami lakukan pada saat sekarang ini,Kami rasa tidaklah perlu bantuan anda
lagi pula siapakah anda dalam hal perkara ini, Kami kira taklebih dari seorang
badut tua yang sedang beraksi di arena Circus India sahaja, Barang kali anda
juga pernah membaca nya bukan..? Nasib seorang Joker yang menerima padah di
hujung hayatnya.
Paya
Bujok
Fitja,
Stockholm, Swedia
----------
Berita
Jumat,
24 Februari 2006, 17:34 WIB
Perwakilan Rakyat Aceh Minta
Dukungan Gus Dur
Reporter
: Johanna
Jakarta,
acehkita.com. Setelah meminta dukungan dari bekas Presiden Megawati
Sukarnoputri, sejumlah perwakilan
rakyat Aceh, Jumat (25/2), melakukan pertemuan dengan bekas
Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Mereka meminta supaya Gus Dur dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendukung
terbentuknya Undang Undang Tentang Pemerintahan Aceh sesuai dengan draf yang
diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Aceh.
Sehari
sebelumnya, mereka juga meminta
dukungan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Dalam pertemuan dengan Gus Dur
tersebut, perwakilan rakyat Aceh menyatakan dukungan terhadap draf RUU PA versi
DPRD Aceh tersebut sangat dibutuhkan untuk menjaga perdamaian saat ini.
“Kami
perwakilan dari masyarakat Aceh kemarin sudah bertemu dengan Megawati. Sama
seperti saat ini kami, menyampaikan aspirasi masyarakat Aceh dan berharap Gus
Dur memberi dukungan terhadap RUU PA
yang sudah digodok sedemikian rupa oleh masyarakat Aceh,” kata Raihan Iskandar,
Wakil Ketua DPRD dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Anggota
DPRD Aceh dari Fraksi Partai Bintang
Reformasi (PBR) Amir Hamzah mengatakan, RUU PA yang dihasilkan oleh DPRD sama sekali tidak memiliki celah
untuk membuat Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) terpecah belah. “Kami yang mengawal RUU ini dan tidak ada sedikitpun peluang yang membuat negara
ini terpecah,” katanya.
Sedangkan,
anggota DPRD dari Partai Persatuan Pembangunan Abdullah Saleh mengatakan,
dukungan terhadap terbentuknya RUU PA
seperti keinginan daerah akan membuat tidak ada lagi pertumpahan darah di Aceh. ”Tidak perlu khawatir Aceh
lepas dari republik. Kami hanya ingin Aceh yang damai, tidak ada lagi pertumpahan
darah,” kata adik laki-laki (alm) Teungku
Bantaqiah itu.
Tidak
Percaya
Menanggapi
keinginan perwakilan tersebut, Gus Dur mengaku bahwa dirinya tidak keberatan
dengan RUU PA yang diajukan DPRD Aceh sepanjang substansinya tidak membuat
celah bagi lepasnya Aceh dari NKRI. “Saya
bukan menolak DPRD. Yang saya tolak kemungkinan keluarnya Aceh dari NKRI. Ini
yang pokok yang lainnya nomor dua,” tandasnya.
Gus Dur juga menambahkan, pihaknya
selalu mendukung terciptanya perdamaian
di Bumi Serambi Mekkah. Namun, yang menjadi
masalah saat ini, dirinya tidak dapat mempercayai komitmen Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) untuk melakukan
perdamaian dengan RI.
“Perjanjian itu adalah masalah
kepercayaan. Kepercayaan saya tidak ada
sama GAM. Kenapa
tidak ada kepercayaan? Karena tidak ada
keikhlasan. Menurut salah seorang anggota DPRD yang ikut perundingan Helsinki
yang tidak perlu saya sebutkan namanya, GAM itu memiliki ribuan senjata. Tapi
kenapa yang diserahkan hanya 900 pucuk,” katanya. [dzie]
http://www.acehkita.com/?dir=news&file=detail&id=649
----------