Sandnes,
22 Februari 2006
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum
wr wbr.
PEMBEBASAN KAUM DHUAFA DAN PENDOBRAKAN
SYSTEM THAGHUT MELALUI IDEOLOGI, MIZAN DAN POWER.
Husaini Daud Sp
Sandnes - NORWEGIA.
USAHA PEMBEBASAN KAUM DHUAFA DAN
PENDOBRAKAN SYSTEM THAGHUT MELALUI IDEOLOGI, MIZAN DAN POWER.
Cat Stevens telah lama menjadi Yusuf
Islam. Proses dia masuk Islam berbeda dengan Muhammad Ali dan Tyson, dimana
kedua orang ini masih saja melanjutkan kerjanya yang bathil yaitu
"Tinju". Tinju jauh berbeda dengan Karate. Karate dapat digunakan untuk membela
diri dari perilaku keji kaum yang dhalim, sementara tinju terbatas pada
ketrampilan tangan saja. Tinju sering membuat laman mati diring tinju, namun
takmampu membuat mati lawannya yang dhalim dalam kehidupan sehari-hari
disebabkan hanya terbatas pada gerakan tangan saja sehingga dengan mudah
dibungkem oleh jagoan karate.
Yusuf
Islam meninggalkan kerjanya yang bathil itu yaitu "Penyanyi yang
berjingkrak-jingkrak" untuk menjadi "pendakwah". Dalam Islam
sebagaimana makanan perlu slektif mana yang halal dimakan, demikian juga
pekerjaan ada yang halal, haram dan bathil sebagaimana tinju. Lihatlah Muhammad
Ali akibat tidak meninggalkan pekerjaan dimasa "jahiliahnya" itu,
Laila anak gadisnya meneruskan pusakanya itu untuk mendedahkan auratnya dimata
publik.
Perlu
kita ingat setelah seseorang masuk Islam adalah "What next". Sungguh
baik sekali kalau kita mampu menempatkan diri sebagai pendakwah sebagaimana
Yusuf Islam itu, namun kita juga harus mampu bergabung dalam jamaah yang
bersungguh-sungguh untuk membela kaum dhu'afa kapanpun dan dimanapun kita
berada (Q.S, 7:157).
Secara
filosofis, siapapun yang bersatu padu dalam System Thaghut, kecuali
"Taqiyah" adalah kafir disisi Allah, kendatipun mereka mengaku diri
sebagai orang Islam, (Q.S,2:6-7). Shalat, puasa, zakat naik Haji dan latin-lain sebagainya
tak ada arti sama sekali.
Sungguh
ironis seseorang yang berbicara Islam namun bergabung dengan orang-orang yang
menganianya kaum dhu'afa. Jangankan bergabung dengan mereka, diam diri saja
untuk berkhusjuk sepi bertaqarrub kepada Allah (berhablum minallah) kita
tergolong dalam golongan orang-orang yang dhalim kecuali kita juga berhablum
minannas. Allah tidak redha kepada orang-orang
yang hanya berhablum minallah tanpa berhablum minannas. Berhablum minannas
tidak cukup dengan hanya berhari Raya kerumah kaum dhu'afa, sama-sama shalat
jum'at di mesjit atau bersama kaum dhu'afa dalam jamaah wirit. Itu hanyalah
kulit belum masuk dalam definisi berhablum minannas. Islam itu terdiri dari dua
dymensi, Ritual dan Soisial (Hablum minallah dan Hablum minannas). Adalah
keliru 180 derajat orang-orang yang hanya berhablum minallah tanpa berhablum
minannas, demikian juga sebaliknya merdaya upaya dalam berhablum minannas namun
melupakan hablum minallah.
Sebaqhagian manusia Berkhusjuk
sepi untuk beribadah kepada Allah siang dan malam sementara kaum dhu'afa
merintih digubuk-gubuk reot, di bawah jembatan dan di tempat-tempat kumuh,
terlupakan sama sekali. Mereka mengambil Al Qura-an hanya bahagian ritull saja
sementara bagian Sosial, dilupakaqn. Orang-orang seperti itu dapat dipastikan
memfungsikan Al Qur-an hanya sebagai kitap suci untuk dibaca-baca saja. Mereka
itulah yang menggalakkan Musabaqah Tilawatul Qur-an dimana-mana hampir seluruh
dunia. Mereka sepertnya tak dapat memahami bahwa Al Qur-an itu merupakan
petunjuk hidup (Kompas) bagi manusia. (Q.S, 2:2). Kita di dunia ini bagaikan
seseorang yang berada dalam sebuah bahtera di samudera luas yang sudah barang
pasti membutuhkan kompas agar kita dapat dengan tepat menuju sasarannya (tidak
akan sesat). Selanjutnya kita juga harus mampu memahami bahwa Al Qur-an itu
bagaikan sebuah buku "Kesehatan" yang sudah barang pasti membutuhkan
sang doktor agar efektif penggunaannya.
Sebahagian manusia yang lain
bersungguh sungguh dalam berhablum minan nas, mereka mau menafkahkan sebahagian
rizki yang dianugerahkan Allah kepadanya sebagai infak dijalan Allah untuk
perjuangan Kemerdekaan. Ditinjau dari segi ini manusia tersebut memang lebih
bagus dari manusia yang saya sebutkan di alinia diatas, namun mereka ini juga
tergolong dalam golongan manusia yang rugi di akhirat kelak. Mereka melupakan
Ibadah Ritualnya. Mereka enggan melakukan shalat dan shaum kendatipun
berulang-ulang diberikan peringatan agar mereka tidak termasuk dalam golongan
yang rugi di Akhirat kelak. Mereka malah benci kepada orang-orang yang
memperingatan kepada mereka. Sesungguhnya orang-orang tersebut tidak berhablum
minan nas karena Allah, sebaliknya mereka berdaya upaya untuk memperlihatkan
pada manusia bahwa mereka itu termasuk dalam golongan pejuang kemerdekaan. Mereka
ini mirip dengan orang-orang sekuler. Mereka tidak senang kalau kita berbicara
tentang agama. Sesungguhnya mereka keliru dan tidak tau apakah agama yang
sebenarnya. Mereka tidak memahami bahwa perjuangan itu juga termasuk agama.
Artinya kalau kita tidak berjuang untuk membela kaum dhu'afa berarti kita juga
belum beragama. Bagi orang-orang Islam sejati tidak ada hal yang kitalakukan
didunia ini melainkan berdasarkan agama (petunjuk). Sementara petunjuk yang
benar disisi Allah adalah Islam (Innad dina 'indallahil Islam)
Kehidupan
di dunia menghadapkan manusia pada dua jalan. Jalan yang mendaki lagi sukar dan
jalan yang mulus lagi menyenangkan(QS,90:10). Jalan yang mendaki lagi sukar
adalah jalan yang membebaskan kaum dhuafa dari belenggu penindasan dan penjajahan,
yang menimpa kuduk-kuduk mereka, membebaskan manusia dari sistem perbudakan
baik perbudakan ortodok mahupun perbudakan modern (QS,7:157&QS,90:12-18)).
Untuk menempuh jalan ini tidak boleh tidak dituntut untuk mendirikan sistem
Allah. Untuk mendirikan sistem Allah membutuhkan kemantapan power dan Ideology
sebab pasti akan berhadapan dengan kekuatan system Thaghut, jelasnya pasti akan
berhadapan dengan medan tempur. Justru itulah
para Rasul dilengkapi dengan Ideologi, Mizan dan Power (QS Al-Hadid :25).
Setelah periode para Rasul berakhir, tugas mendirikan sistem Allah dilanjutkan
para Imam (ulama warasatul Ambiya). Andaikata di suatu negeri tidak ada ulama
warasatul ambiya, tugas tersebut akan diambil alih oleh penyeru-penyeru
kebenaran secara kolektif sebab tugas mendirikan sistem Allah adalah Haq lawan
kata daripada Bathil. Hal ini perlu digarisbawahi sebab banyak orang yang
terkecoh dengan pendapat klasik yang mengatakan hukumnya wajib. Haq dalam
konteks ini kedudukannya di atas wajib. Bila hukumnya wajib, andaikata tidak
didirikan paling-paling berdosa. Sedangkan perkara dosa masih ada jalan untuk
meminta ampun. Sedangkan perkara Haq, bila tidak didirikan hukumnya bathil.
Resiko berada dalam sistem yang batil adalah neraka. Andaikata kita tidak berada
dalam sistem Allah (Haq), otomatis kita berada dalam sistem Thaghut
(bathil)kecuali taqiah. Untuk kasus ini Allah berfirman; Qul Ja al Haqqu
wazahaqal Baathil, innal Bathila kana Zahuuqa)
Jalan yang mulus lagi menyenangkan
adalah jalan qabil, pembunuh manusia, jalan Namruz, Firaun, Jalan Kaisar-Kaisar
di Roma, Jalan Abu Sofyan, jalan Muawiyah, jalan Yazid, Jalan orang-orang yang
bersatu padu dalam system Thaghut Hindunesia-Jawa kecuali "Taqiah"
dan Basyar-basyar. Kesemuanya adalah jalan orang-orang yang mencari kebahagiaan
di dunia ini diatas penderitaan orang lain. Mereka itu umumnya baik secara
langsung mahupun tidak langsung, penentang ayat-ayat Allah. Mereka sekedar
bereksistensi dan tak pernah beresensi. Manakala berbicara tentang negara
Islam, Kedaulatan Allah, Sistem Allah sebagian mereka langsung menentangnya,
sementara sebagian yang lain merasa grogi, memperlihatkan sikap yang tidak
senang dengan mengemukakan berbagai dalih, tidak mungkinlah, mustahillah,
mimpilah, dsb. Mereka mengaku diri sebagai orang beriman, Islam. Mereka
sesungguhnya telah dinyatakan Allah dengan jelas dalam AlQuran Karim surat Al
Baqarah ayat 8-20. Hal ini juga terdapat dalam surah Surah yang lainnya seperti
Surah Al-Munafiqun dari ayat 1 sampai ayat 8 dan juga ayat-ayat di surah-surah
lainnya.
Allah disamping menurunkan
petunjuk (Wahyu) kepada manusia agar tidak tersesat di dalam hidupnya menuju
Akhirat, Dia juga menurunkan pengejawantahannya agar tepat sasaran (Rasul). Tanpa
rasul sebagai penterjemah pedoman hidup (wahyu), manusia akan sesat dan
terombang ambing dalam hidupnya. Bila Rasul kembali kehadhirat Allah, dia pasti
menunjukkan penggantinya sebagai pengejawantahannya (Para Imam) agar manusia
dapat terselamat dari api neraka. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas
disampaikan Rasulullah saww: "Kutinggalkan kepada kalian dua perkara yaitu
Al Qur-an dan Keluargaku, jika kalian berpegang teguh kepada keduanya tidak
akan sesat buat selamalamanya".
Hadist Tsaqalain tersebut
diucapkan berulang kali sebagaimana hadist Ghadir khum dan hadist-hadist
lainnya. Justru itu hadist tersebut sedikit berfariasi dengan pengertian yang
tidak berbeda, misalnya: Kutinggalkan kepada kalian dua perkara, yaitu Qur-an
dan Keluargaku. jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian tak akan
sesat sampai menemuiku di pancutan Kausar. Sayangnya hadist ini telah
dipalsukan sehingga orang ramai berselisih dikemudian hari. Perkataan
"Keluarga Rasul" diganti dengan "Hadist", akibatnya Filter
yang dibuat Allah dan Rasulnya sirna. Keluarga Rasul adalah
"filternya" untuk membendung orang-orang jahat dari memalsukan Hadist
Nabi.
Andaikata Hadist Tsaqalain tidak
dipalsukan sudah barang pasti orang-orang akan bersatu padu pada mengikuti para
Imam yang berasal dari keluarga Rasul. Mereka memiliki konsep yang satu dari
Imam pertama sampai Imam yang terakhir, tidak berbeda sedikitpun.
Billahi fi sabililhaq.
Husaini
Daud Sp
husaini54daud@yahoo.com
Sandnes,
Norwegia
----------