Stockholm, 24 September 2005

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalamu'alaikum wr wbr.


JENDERAL-JENDERAL PENSIUNAN OMPONG TNI SEHARUSNYA MENDUKUNG BUKAN MENENTANG PERDAMAIAN DI ACHEH

Ahmad Sudirman

Stockholm - SWEDIA.

 

 

ITU PARA JENDERAL-JENDERAL PENSIUNAN OMPONG TNI & POLRI SEHARUSNYA MENDUKUNG BUKAN MENENTANG PERDAMAIAN DI ACHEH, IKUT-IKUTAN MEGAWATI DAN GUS DUR

 

"bekas Kabais ABRI Ian Santoso mengatakan, MoU Helsinki bukan kemauan GAM, melainkan lahir atas desakan kekuatan asing yakni Uni Eropa dan AS yang sengaja ‘numpangi’ untuk kemudian mengacak-acak Indonesia. Sementara dengan gaya bicara yang ceplas-ceplos dan kocak, bekas Pangkostrad Bibit Waluyo mengajak semua yang hadir bicara blak-blakan dan menolak perjanjian Helsinki. Ia minta penolakan itu jangan lama-lama, karena kalau terlambat, GAM akan konsolidasi lagi." (Rakyat Merdeka Online, HPS, 14 September 2005)

 

Itu, sebenarnya sebagian besar para jenderal pensiunan ompong TNI dan Polri ini masih mau menunjukkan kaki politik lumpuh-nya TNI dan Polri, dengan cara menunjukkan akrobat ondel-ondel model Jawa ketopraknya dihadapan Komisi I DPR, dengan model akrobat menentang perdamaian, keamanan dan kemakmuran di Acheh.

 

Seharusnya, itu para jenderal pensiunan ompong TNI, seperti bekas Wakasad Kiki Syahnakri dan bekas  Pangdam Jaya dan Mendagri Suryadi Sudirdja orang Sunda satu itu; Juga bekas Assospol Kassospol ABRI Sutoyo NK, bekas Kabais ABRI Ian Santoso, bekas Pangkostrad Bibit Waluyo, bekas Kassospol ABRI Haryoto PS, dan bekas Kasad  Widjojo Sujono orang-orang Jawa itu; Begitu juga bekas Pangkostrad Kemal Idris kelahiran Singaraja Bali, dan bekas Kasau Saleh Basarah dan bekas Buta Besar di Inggris tahun 1978 – 1981, bukan menentang MoU Helsinki, melainkan harus mendukung dan menyokong penuh penyelesaian konflik Aceh secara damai, menyeluruh, berkelanjutan dan bermartabat bagi semua.

 

Tetapi memang dimaklumi, karena itu para jenderal pensiunan TNI dan Polri yang sudah ompong ini ingin menunjukkan kepada umum bahwa walaupun kaki politik-nya sudah lumpuh, masih punya kekuatan untuk bercuap didepan anggota Komisi I DPR dari kelompoknya PDI-P mbak Mega yang juga anti MoU, seperti  Tjahjo Kumolo, Sidharto, Permadi, Effendi MS Simbolon, Gayus Lumbuun, Panda Nababan, dan Radja Kami Sembiring Meliala. Begitu juga para jenderal pensiunan ompong ini menampilkan kepandaiannya nari kuda kepang model ondel-ondel betawinya, seperti dihadapan Effendy Choirie dan AS Hikam dari partai PKB-nya mbah Gus Dur, Andi Ghalib dari PPP-nya Hamzah Haz lumpuh, Afifuddin Thaib dan Yudi Chrisnandy dari Golkar-nya daeng Jusuf Kalla, Jeffry Masie dari Partai Damai Sejahtera, Indra Bambang Utoyo dan Bahriyun Sutjipto dari FKPPI.

 

Nah, itulah kelompok oposan terhadap MoU Helsinki. Pensiunan jenderal-jenderal Jawa ompong dan lumpuh politik, ditambah dengan secuil dari PDI-P-nya mbak Mega, ditambah segelintir dari PKB-nya mbah Gus Dur yang merayap, dicampur dengan seules dari PPP-nya Hamzah Haz yang kedodoran, dikocek oleh sebagian kecil Golkar-nya daeng Jusuf Kalla, dan dibumbui dengan sekeprul orang-orang dari Partai Damai Sejahtera.

 

Sebenarnya kelompok oposan jenderal-jenderal pensiunan TNI ini sudah tidak ada lagi kerjaannya yang penting lainnya, dimana mereka lebih senang melihat di Acheh terus bergejolak dan timbul perang. Mereka para jenderal ompong pensiunan TNI ini masih senang melihat dan mendengar berita di Acheh bangsa Acheh dibunuhi oleh para serdadu pasukan non-organik dan organik TNI dan Polri.

 

Mereka masih memiliki kecurigaan yang besar kepada negara-negara anggota Uni Eropa yang telah membantu, menyokong, menjalankan pelaksanaan MoU di Acheh. Padahal itu negara-negara anggota Uni Eropa hanya ingin melihat di Acheh timbul perdamaian, keamanan dan kemakmuran. Bukan pembunuhan. Negara-negara anggota Uni Eropa tidak memerlukan Acheh. Acheh adalah untuk bangsa Acheh. Di Acheh harus timbul perdamaian, keamanan dan kemakmuran.

 

Memang dasar pada ompong itu para jenderal pensiunan TNI ini, dan pada tidak ada kerjaan penting yang bisa dibuatnya, selain hanya bercuap yang ikut-ikutan mbak Mega dan mbah Gus Dur yang merayap dengan PKB-nya yang saling gebuk dengan Alwi Sihab orang keturunan Arab satu itu.

 

Jadi sebenarnya itu suara para jenderal pensiunan ompong TNI dan Polri itu tidak akan banyak pengaruhnya kepada jalannya MoU untuk mencapai perdamaian, keamanan dan kemakmuran di Acheh.

 

Biarkan saja itu para pensiunan jenderal ompong TNI bercuap bersama dengan para pengikut mbak Mega dari PDI-P dan para pengikut mbah Gus Dur dengan PKB-nya yang hanya bisa merayap itu. Karena suara mereka itu tidak akan menutupi keinginan seluruh bangsa Acheh untuk damai, aman dan makmur di Acheh.

 

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*


Wassalam.


Ahmad Sudirman


http://www.dataphone.se/~ahmad

ahmad@dataphone.se

----------

 

Rakyat Merdeka Online

Topik / NASIONAL

 

100 Jenderal Sepuh Bertemu Komisi I

Selasa, 14 Sep 2005 - by : HPS

Menolak MoU Damai Helsinki

 

Jakarta, Rakyat Merdeka. Sekitar 100 pensiunan jenderal tentara dan polisi yang tergabung dalam Keluarga Besar TNI dan Polri, kemarin ketemu sejumlah anggota Komisi I dan III DPR yang tak setuju dengan MoU Helsinki. Mereka berdiskusi selama empat jam dan kesimpulannya, sepakat menolak perjanjian Helsinki.

 

Langkah berikutnya yang akan dilakukan adalah menghadap Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Kapolri Jenderal Pol Sutanto, dan Pimpinan DPR. Secara khusus Keluarga Besar TNI dan Polri juga mengingatkan kepada presiden SBY supaya hati-hati dalam penerapan MoU Helsinki, karena ada indikasi kuat akhir 2006 Aceh akan lepas dari wilayah NKRI.

 

Dalam catatan Rakyat Merdeka, di antara 100 pensiunan jenderal TNI dan Polri yang hadir adalah Kiki Syahnakri (bekas Wakasad), Suryadi Sudirdja (bekas Pangdam Jaya dan Mendagri), Sutoyo NK (bekas Assospol Kassospol ABRI), Ian Santoso (bekas Kabais ABRI), Bibit Waluyo (bekas Pangkostrad), Haryoto PS (bekas Kassospol ABRI), Kemal Idris (bekas Pangkostrad), Saleh Basarah (bekas Kasau), Widjojo Sujono (bekas Kasad).

 

Sementara para anggota DPR antara lain Tjahjo Kumolo, Sidharto, Permadi, Effendi MS Simbolon, Gayus Lumbuun, Panda Nababan, Radja Kami Sembiring Meliala (PDIP); Effendy Choirie dan AS Hikam (PKB); Andi Ghalib (PPP); Afifuddin Thaib dan Yudi Chrisnandy dari Partai Golkar serta Jeffry Masie dari Partai Damai Sejahtera. Tampak juga hadir Indra Bambang Utoyo dan Bahriyun Sutjipto (Ketua Umum dan Sekjen FKPPI).

 

Yang menarik semua yang hadir dalam pertemuan itu dibagikan foto copy ucapan terima kasih Hasan Tiro yang ditujukan kepada Hamid Awaluddin, Sofyan Djalil, Widodo AS dan para delegasi Helsinki. Hampir semua peserta pertemuan terperanjat membaca foto copy surat Tiro tersebut.

 

Sementara dalam pertemuan itu, bekas Kabais ABRI Ian Santoso mengatakan, MoU Helsinki bukan kemauan GAM, melainkan lahir atas desakan kekuatan asing yakni Uni Eropa dan AS yang sengaja ‘numpangi’ untuk kemudian mengacak-acak Indonesia.

 

Sementara dengan gaya bicara yang ceplas-ceplos dan kocak, bekas Pangkostrad Bibit Waluyo mengajak semua yang hadir bicara blak-blakan dan menolak perjanjian Helsinki. Ia minta penolakan itu jangan lama-lama, karena kalau terlambat, GAM akan konsolidasi lagi.

 

Bekas Kasau Saleh Basarah mengatakan, jauh hari sebelum penandatanganan MoU Helsinki, pihaknya sudah mengingatkan pemerintah dan Menko Polkam bahwa GAM sampai kapanpun tetap sparatis.

 

“Saya khawatir, setelah penandatanganan MoU Helsinki, akan terjadi efek domino,” katanya.[R]

 

http://www.rakyatmerdeka.co.id/index.php?pilih=lihat&id=1589

----------