Sandnes, 18 Agustus 2005
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
ORANG YANG ARIF BERFIKIR TETAP BERSATUPADU PADA SATU POROS
Muhammad Al Qubra
Sandnes - NORWEGIA.
APA ARTINYA DIA DULUAN MASUK GAM
KALAU DIA JUGA LEBIH DULUAN KELUAR DARI GAM
Patut kita renungkan dengan
pikiran yang dalam dan hati yang dingin agar kita tidak menyesal di akhirat
nanti, kehidupan yang tidak pernah berakhir (kekal selama-lamanya)
Berita
yang di forward Matius Dharminta ini perlu kita pertanyakan keabsahannya.
Persoalannya yang memakai email Matius Dharmita ini sering membuat propokasi
murahan di milis ini. Namun demikian andaikata benar apa yang di beritakan itu
saya juga tidak pernah merasa heran, kenapa ?
Berbicara
persoalan perjuangan, tidak boleh tidak kita "haq" meneladani sejarah
perjuangan Rasulullah sendiri, dimana kita di uji kemantapan iman dan
kesadarannya dalam perjuangan itu.
Justru
itu kalau ada orang yang membanggakan bahwa orang tersebut sudah menjadi GAM
sejak pertama sekali adalah keliru 180 derajat. Apa artinya dia duluan masuk
GAM kalau dia juga lebih duluan keluar dari GAM. Kalaulah kita tidak termasuk
dalam golongan baik di awal dan akhir, paling kurang termasuk baik di akhir.
Sementara orang yang baik diawal namun buruk di akhir adalah keliru 180
derajat.
Betapa
hebat nya Zubeir bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah di awal perjuangan Islam,
namun mereka mati dalam keadaan menentang Imam 'Ali Bin Abi Thalib, seorang
Khalifah yang diangkat Rasulullah dan juga kaum Muslimin sendiri, dalam perang
Jamal.
Namun
Hur bin 'Ady pada awalnya termasuk anggota pasukan Yazid bin Muawiyah yang
tugas nya untuk memusnahkan keturunan Rasulullah di Karbala, akhirnya sadar
akan kesalahannya ketika Imam Hussein biun 'Ali menjelaskan Shalawat yang
selalu dibacakan pada akhir setiap Shalat: "Allahumma shalli ala Muhammad
wa 'ala ali Muhammad, kama shallaita ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim. Wa barik
'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala ali
Ibramim fil 'alamina innaka hamidummajid"
Artinya:
Ya Allah berilah seselamatan/kesejahteraan kepada Muhammad dan atas keluarga
Muhammad sebagaimana engkau telah selamatkan Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Dan
berilah keberkatan atas Muhammad dan atas keluarga Muhammad sebagaimana engkau
telah berkati Ibrahim dan keluarga Ibrahim di setiap alam. Sesungguhnya Engkau terpuji lagi mulia.
Ketika
Imam husein bin 'ali menjelaskan kepada pasukan Yazid bin Muawiyah bahwa
keluarga Nabi Muhammad dalam selawat itu termasuk dia sendiri, Hur bin 'Ady
menangis dan memohon ma'af kesalahannya yang lalu kepada Imam Hussein,
sementara Imam menerima permohonannya dan singkat ceritanya Hur bin 'Ady shahid
bersama Imam ke III di Karbala.
Kembali
kepersoalan perjuangan bangsa Acheh - Sumatra (ASNLF / GAM) Patut kita
renungkan dengan pikiran yang dalam dan hati yang dingin agar kita tidak
menyesal di akhirat nanti, kehidupan yang tidak pernah berakhir (kekal
selama-lamanya) Orang yang 'arif berfikir tetap bersatupadu pada satu poros,
bukan membentuk poros lainnya yang membuat manusia itu terkutuk dalam pandangan
Allah subhanahu wata'ala.
"Yang benar "haq"
pasti menang, yang menang belum tentu benar". Artinya Apabila suatu
perjuangan itu benar pasti segenap personilnya akan masuk syurga kelak, tak
kisah apakah mereka menang di dunia ataupun kalah. Namun kalau kita berada
dipihak yang "bathil" di dunia ini pasti akan masuk neraka kelak (na'uzubillahi
min zalik) kendatipun kita menang sa'at di dunia)
Rasulullah menang dunia dan
akhirat. Imam husein kalah di dunia menang di akhirat. Yazid bin Muawiyah
menang di dunia namun kalah di akhirat (masuk neraka) disebabkan posisinya
didunia "bathil".
Billahi fi sabililhaq
Muhammad Al Qubra
acheh_karbala@yahoo.no
Sandnes, Norwegia
----------
Date:
Thu, 18 Aug 2005 00:23:15 -0700 (PDT)
From:
matius dharminta mr_dharminta@yahoo.com
Subject:
GAM MULAI RETAK
To:
Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, aiandani1107@yahoo.co.id,
azuar73@yahoo.com, aditamuda@yahoo.dk, airlambang@radio68h.com,
azi09@hotmail.com, abu_abdilhadi@yahoo.com, acehku_1@yahoo.com,
airlambang@yahoo.com, antara@rad.net.id,
apiaustralia@greenleft.org.au, ardiali@yahoo.com, allindo@yahoo.com
GAM
MULAI RETAK
Matius
Dharminta
mr_dharminta@yahoo.com
Jakarta,
Indonesia
GAM Mulai Retak
JAKARTA – Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) mulai retak. Tak semua elemen di dalamnya satu kata terhadap kesepakatan
damai yang ditandatangani di Helsinki 15 Agustus lalu. Sebagian kemudian
membentuk Komite Penyelamat Revolusi dan Konstitusi Negara Aceh.
Saat ditelepon wartawan Jawa
Pos melalui sambungan internasional
tadi malam, Razali, koordinator wilayah Aceh Timur, membenarkan hal itu. Lelaki
48 tahun yang lama mengangkat senjata di kawasan Aceh Timur tersebut kini
menyingkir ke Malaysia untuk menjalani pengobatan.
”Dari amanat wali negara kita,
memang ini (perjanjian damai, Red) menyalahi. Mereka tidak mau kompromi dengan
masyarakat Aceh. Jadi, itu hanya keputusan beberapa orang GAM,” katanya.
Bukankah Tengku Hasan Muhammad Di
Tiro yang menjabat ketua Angkatan Aceh,
Sumatera Merdeka, dan Wali Negara sudah bersepakat untuk damai? ”Menurut kami,
Tengku Hasan Di Tiro tidak terlibat langsung. Yang tanda tangan juga bukan
dia,” jawabnya.
Memang, yang menandatangani MoU
adalah PM GAM Malik Mahmud. ”Wali negara sekarang sedang sakit-sakit sehingga
berita yang disampaikan berlainan dengan yang dikerjakan,” lanjutnya.
Razali juga mengatakan, Komite
Penyelamat Revolusi berbeda dengan Majelis Pemerintahan (MP) GAM di bawah
pimpinan mantan Menteri Pendidikan GAM Dokter Husaini Hassan. MP sering disebut
sebagai sempalan GAM yang berpusat di Malaysia.
Jadi, merasa ditinggal? ”Bukan
merasa ditinggal saja. Tapi, sudah menyalahi amanat dan sejarah kita. Juga menyalahi konstitusi
negara kita (Aceh),” lanjutnya.
Mantan
anak buah Ishak Daud itu tetap menuntut kemerdekaan. ’’Itu saja, tak ada yang
lain. Di Malaysia, kini sudah ada sekitar 600
orang yang tergabung dalam komite ini,’’ tambahnya.
Wartawan Jawa Pos juga mengontak
Yusra Habib Abdul Gani yang saat ini tinggal di Denmark. Dia adalah koordinator
umum Komite Penyelamat Revolusi. ”Jangan kutip sebagai Komite Penyelamat
Revolusi dulu. Itu terlalu dini. Tapi, sebagai pribadi, saya mau berkomentar,”
katanya memulai pembicaraan.
Yusra pernah menjadi staf pengajar
Universitas Muhammadiyah Jakarta 1983–1990. Setelah itu, dia pindah ke Malaysia.
Di sana, Yusra bergabung dengan GAM dan dipercaya Hasan Di Tiro sebagai Pemred
Majalah Suara Aceh Merdeka. Lalu, dia menjadi ketua Komite Pelarian Politik
Aceh di Malaysia. ”Ini bukan sekadar kecewa. Ini soal prinsip,” ujar Yusra yang
sejak 15 Agustus lalu mengundurkan diri sebagai ketua redaksi
http://www.asnlf.com/ (situs resmi GAM).
”Saya bukan tidak cinta damai.
Semua cinta damai. Kita tidak ingin lagi ada pertumpahan darah. Sebelum
pertemuan Helsinki itu, kita secara organisasi sudah menyampaikan pokok pikiran
kepada pemimpin supaya kekerasan di Aceh dihentikan,” beber Yusra yang Desember
nanti menerbitkan bukunya, Aceh Bukan Indonesia.
Sejauh ini, dua petinggi GAM,
Hasan Di Tiro (sipil) dan Panglima GAM Muzakir Manaf (militer), memang belum
menyampaikan komentarnya langsung di depan publik. ”Yang jelas, banyak orang
Aceh tak paham apa itu self government.
Setelah
tahu, mereka kecewa.”
Yusra
lalu membeberkan beberapa studinya tentang self government. Mulai dari Tibet,
Hongkong, Quebec (Kanada), Bouganville (Papua New Guini), Palestina, Green
Land, Iceland (Denmark), Skotlandia, Tamil (Srilanka), dan Mindanao (Filpina).
Masing-masing mempunyai kekhasan.
”Namun, secara prinsip sama dengan
Aceh dan masalah semua self government itu tidak menciptakan kemerdekaan.
Inilah masalahnya.” Yang seprinsip dengannya, selain GAM di Malaysia, juga GAM
di Autralia, Belanda, dan USA. ”Beberapa GAM di lapangan juga setuju dengan
saya,” terangnya tanpa menyebut siapa saja yang dimaksudkannya itu.(*)
----------