Pidië, 28 Juli 2005

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalamu'alaikum wr wbr.


TNI YON 726 LAKUKAN OPERASI MILITER SECARA SERENTAK DISELURUH WILAYAH PIDIE SEJAK 18 JULI 2005

Suadi Sulaiman Laweuëng

Pidië - ACHEH.

 

 

KEKERASAN PASCA HELSINKI PUTARA KE V SEMAKIN MENINGKAT DILAPANGAN

 

Kekerasan pasca perundingan Helsinki putaran ke V semakin meningkat di lapangan baik operasi militer dalam rangka mencari/ mengejar markas/ anggota TNA/ GAM yang juga bisa berimbas ke masyarakat sipil di Aceh, seperti contoh kasus di bawah ini.

 

Sejak tanggal 18 Juli 2005 operasi militer secara serentak dilakukan di seluruh wilayah Pidië, katakan saja TNI Yon 726 posko Tangsé-Pidië mengejar/ mencari markas/ anggota TNA/ GAM di wailayah tersebut, dan tanggal 22 Juli 2005 terjadi kontak tembak antara TNI dan TNA. Saat itu TNI mau mengepung TNA yang sedang di barak di pergunungan Blang Pandak dan Pulô Kawa-Tangsé yang mengakibatkan 1 anggota TNA syahid (Azhar bin Khaidir, 26 th, anggota TNA Sagoë Tangsé Daerah II Wilayah Pidië) dan 2 TNI luka-luka parah. Ketika TNA/ GAM mengelak kontak tembak dengan TNI malah TNI tetap mengejar TNA sehingga TNA harus melakukan serangan balik sebagai upaya untuk membela diri dari kepungan TNI.

 

Ekses dari kontak tembak pada tanggal 22 Juli 2005 itu dalam peyisiran skala besar yang dilakukan TNI Yon 726, TNI tersebut menyiksa masyarakat dengan cara memukul dengan broti dan popor senjata serta disetrum dengan listrik. Penyiksaan ini dikoordinir langsung oleh Kapten Inf. Permadi Azhari. Berdasarkan informasi yang diperoleh badan intelijen TNA/ GAM sampai sekarang kawasan Tangsé-Pidië sudah diisolir sejak operasi militer dijalankan pada 18 Juli 2005 yang lalu sampai sekarang, mayarakat setempat sekarang terancam kelaparan karena tidak bisa melakukan kegiatan hari-hari serta tidak berjalannya transportasi dan bahan makanan. Jika ada masyarakat melawan keputusan TNI itu maka akan disiksa seperti yang dialami oleh beberapa korban yang sudah terdeteksi namanya, korban masing-masing:

 

1.Sapiah

2.Laila binti Ahmad,

3.Rukiah,

4.Kartini binti Hasbi,

5.Tarmizi bin Hasbi (keduanya kakak-beradik),

6.Ti Sanah,

7.Marlina binti Umar,

8.Maidi bin Umar (keduanya kakak-beradik),

9.Nur Asiah,

10.Jamaluddin bin Abdullah,

11.Baharuddin,

12.Banta Laila binti Abdul Wahid,

13.Alamdi,

14.Jailani,

15.Safrizal,

16.Sayed,

17.Akmi,

18.Hanafi bin Ahmad,

19.Muhammad Yunus bin Muhammad Amin,

20.Abdullah bin Muhammad Amin ((keduanya kakak-beradik),

21.Keuchik Muhammad Gade,

22.Mukhtar bin Muhammad Kasim,

23.Muhammad Gade bin Muhammad Daud,

24.Rusli bin Nurdin,

25.Zulfikar,

26.Jailani bin Usman,

27.Alamsyah,

28.Mustafa bin Muhammad Nasir,

29.Kafron bin Ahmad,

30.Alamdi,

31.Jailani bin Muhammad Nasir,

32.Bakhtiar bin Puteh,

33.Iskandar bin Puteh (keduanya kakak-beradik),

34.Muhammad Nasir,

35.Saiful,

36.Muhammad Ali,

37.Rusli bin Mahmud,

38.Amiruddin bin Muhammad Kasim,

39.Laila binti Usman,

40.Khatijah binti Idris,

41.Rohani,

42.Hindon binti Abdul Wahab, dan

43.Abdullah bin Maneh,

 

semua korban adalah warga Kampung Blang Pandak-Tangsé, Pidië

 

Wilayah Berdaulat,

Pidië, 28 Juli 2005

 

Suadi Sulaiman Laweuëng

 

Jurubicara TNA Wilayah Pidië

suhadi_laweung@yahoo.com

----------