Stockholm, 22 Juni 2005
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
DHARMINTA JADIKAN GUYURAN HUJAN DI ACHEH ALASAN UNTUK PUKUL
GAM
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.
MATIUS DHARMINTA SUDAH KEHABISAN
AKAL, AKHIRNYA DITEMUKAN GUYURAN HUJAN DI ACHEH SEBAGAI ALASAN UNTUK PUKUL GAM
”Ada apa dengan Aceh ?? Kenapa
bencana demi bencana secara bertubi terus menghajarnya, seakan tak mau hengkang
dari bumi Aceh” (Matius Dharminta, mr_dharminta@yahoo.com , Tue,
21 Jun 2005 22:18:54 -0700 (PDT))
Baiklah
Matius Dharminta di Manado, Sulawesi Utara, Indonesia.
Wartawan
Jawa Pos Matius Dharminta budek ini kelihatannya masih kurang puas dan kurang
lengkap sebelum mengutip cerita model mbah-mbah Jawa yang suka membawa-bawa
ilmu kejawennya sambil mulut kunyam-kunyem menggumamkan bunyi: ”Ada apa dengan
Aceh ?? Kenapa bencana demi bencana secara
bertubi terus menghajarnya, seakan tak mau hengkang dari bumi Aceh”
Nah, bentuk pertanyaan yang tidak
perlu jawaban yang dilambungkan Dharminta ini ditimbulkan untuk mencari-cari
alasan gaya mbah-mbah kejawen-Jawa yang penuh mistik campuran Hindu, Budha dan
sedikit ramuan yang bau-bau Islam.
Padahal, kalau hanya cerita hujan
lah, banjir lah, lumpur lah, jalan tertimbun tanah lah, itu adalah semuanya
hukum alam, Allah SWT yang menciptakan itu semua.
Masalahnya terpulang kepada
manusianya. Kalau itu Negeri Acheh yang terus saja diduduki dan dijajah oleh RI
dan TNI budek-Jawa-nya Jenderal Djoko Santoso orang Jawa dan Mayjen TNI
Supiadin Yusuf Adi Saputra orang Sunda satu itu, dan jalan-jalan yang aspalnya
tidak baik, berlobang lagi. Ya, jelas, begitu hujan mengguyur, habislah
menggenangi jalan-jalan dan lumpurpun memenuhi jalan. Akibatnya terputuslah
jalur jalan antara Calang dengan daerah lainnya.
Itu terputusnya hubungan jalur
lalulintas antara Calang dengan daerah lainnya karena terendam lumpur akibat
hujan, tidak bisa dijadikan sebagai fakta dan bukti politis untuk diarahkan
kepada bangsa Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri.
Dan itu Dharminta wartawan Jawa
Pos budek ini mencoba untuk menggiring peserta di mimbar bebas ini dengan
alur-alur yang akan memojokkan rakyat Acheh yang dibungkus melalui bentuk
ungkapan pertanyaan ”Kenapa bencana demi bencana secara bertubi terus
menghajarnya, seakan tak mau hengkang dari bumi Aceh”
Tujuan dan maksud Dharminta dengan
melambungkan pertanyaan diatas adalah untuk memojokkan rakyat Acheh, kasarnya
adalah ”rasain sekarang kalian terus-terusan dihajar oleh bencana alam”
Nah, dalam hal ini Dharminta budek
ini mencoba meraba-raba hubungan antara hujan lebat dengan perjuangan bangsa
Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri.
Hanya sayang, itu Dharminta ketika
mencoba mencari-cari hubungan hujan lebat dengan perjuangan bangsa Acheh, salah
mempergunakan dasar pegangan referensinya, dan lemah ilmu-nya mengenai kekuasan
Tuhan dan hukum alam.
Bukan itu saja yang menjadi
kepincangan Dharminta dalam mengambil garis kesimpulan yang dituangkan dalam
bentuk pertanyaan diatas, melainkan juga karena ia memakai kacamata mitos mbah
Soekarno tentang Acheh dan RI-Jawa-Yogya.
Jadi, sebenarnya Dharminta ini
karena sudah kehabisan akal dan kehabisan tenaga, tidak ada lagi bahan lain
yang bisa disodorkan di mimbar bebas ini untuk dijadikan alat guna
menghancurkan perjuangan bangsa Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib
sendiri, maka hujan lebatpun yang mengguyur di Acheh, jadilah dipakai alat
untuk memukul benteng pertahanan yang dipasang Ahmad Sudirman tentang Acheh
ini.
Dharminta,
kalian sudah mati kutu. Tidak ada lagi alasan kalian yang bisa dipakai untuk
terus menjerat tanah Acheh dalam genggaman penjajah RI-Jawa-Yogya dan TNI
budek-Jawa Jenderal Djoko Santoso, Jenderal Endriartono Sutarto dan Mayjen TNI
Supiadin Yusuf Adi Saputra.
Bagi
yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu
untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang
Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di
HP http://www.dataphone.se/~ahmad
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan
dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*
Wassalam.
Ahmad Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
----------
Date:
Tue, 21 Jun 2005 22:18:54 -0700 (PDT)
From:
matius dharminta mr_dharminta@yahoo.com
Subject:
ADA APA DENGAN ACEH ???
To:
Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, allindo@yahoo.com,
albiruny@gmail.com, aulialailil@yahoo.com, afoe@tegal.indo.net.id, azis@ksei.co.id,
Agus.Renggana@kpc.co.id, alasytar_acheh@yahoo.com,
apalahu2000@yahoo.co.uk, agungdh@emirates.net.ae,
abdul.muin@conocophillips.com, ahmedjpr@yahoo.com,
ahmad_mattulesy@yahoo.com, as_fitri04@yahoo.com,
Muhammad al qubra <acheh_karbala@yahoo.no>, abuguntur master
<abuguntur@hotmail.com>, aneuk_pasee@yahoo.com
ADA APA DENGAN ACEH ?? KENAPA
BENCANA DEMI BENCANA SECARA BERTUBI TERUS MENGHAJARNYA, SEAKAN TAK MAU HENGKANG
DABI BUMI ACEH.
Matius
Dharminta
mr_dharminta@yahoo.com
Manado,
Sulawesi Utara
----------
ACEH JAYA TERISOLASI AKIBAT
TRANSPORTASI DARAT TERPUTUS
Banda Aceh - Calang, ibukota
Kabupaten Aceh Jaya kini kembali "terisolasi", setelah transportasi
darat ke daerah itu putus total, baik dari Banda Aceh maupun tujuan Meulaboh,
Aceh Barat.
Beberapa orang warga Aceh Jaya
yang tertahan di Banda Aceh, Selasa, menyebutkan, hubungan darat Aceh Jaya -
Banda Aceh terputus, setelah sebagian jalan di kawasan di Desa Kareung
Meateuh/Kuala Unga amblas diterjang banjir.
Sekitar 200 meter ruas jalan di
kawasan itu kini hilang setelah diterjang banjir, menyusul hujan lebat yang
mengguyur kawasan itu selama beberapa terakhir.
"Semua armada angkutan darat
yang melayani trayek Banda Aceh - Aceh Jaya untuk sementara ini tidak
beroperasi," kata Bukhari, salah seorang supir mini bus yang mengaku sudah
hampir lima hari tertahan di Banda Aceh.
Kondisi jalan di kawasan Desa
Kareung Meateuh sepanjang hampir 200 meter kini tidak berbentuk lagi karena
badan jalan yang baru ditimbun tanah itu, sebagian berlumpur tebal, sebagian diantaranya sudah hilang tanpa
bekas.
Masyarakat di kota Calang, ibukota
Kabupaten Aceh Jaya itu saat ini sudah terkurung, selain hubungan ke Banda Aceh
belum bisa diterobos juga arus transportasi darat Calang-Meulaboh, ibukota Aceh
Barat juga terputus.
Jalan dari dan ke Calang-Meulaboh
terputus, setelah sekitar 300 meter jalan di kawasan Ateung Teupat, Kecamatan
Woyla, Aceh Barat terendam banjir hingga hampir mencapai satu meter akibat
diguyur hujan lebat selama beberapa hari terakhir.
"Keadaan cuaca di wilayah
Aceh Jaya dalam sepekan terakhir ini tidak menentu, kadang-kadang sebentar
cerah, namun secara tiba-tiba berubah lalu disertai angin kencang dan hujan lebat
selama beberapa jam," kata Ny. Arjuna, salah seorang warga Aceh Barat yang sudah
beberapa hari tertahan di Banda Aceh (*)
----------