Stockholm, 28 Mei 2005

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalamu'alaikum wr wbr.


TNI DENGAN PARA JENDERAL-NYA MERUPAKAN PENGHAMBAT PERDAMAIAN DI ACHEH

Ahmad Sudirman

Stockholm - SWEDIA.



SUSILO BAMBANG YUDHOYONO & JUSUF KALLA TIDAK MAMPU MENGHADAPI JENDERAL-JENDERAL TNI YANG INGIN TERUS MENGUASAI DAN MENDUDUKI ACHEH

 

Walapun Tertib Sipil telah diberlakukan pada tanggal 19 Mei 2005 pukul 00.00 WIB berdasarkan payung hukum Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2005 Tentang Penghapusan Keadaan Bahaya dengan Tingkatan Keadaan Darurat Sipil di Acheh, tetapi pihak TNI yang dimotori oleh Jenderal TNI Endriartono Sutarto, Letjen TNI Djoko Santoso, dan Mayjen Supiadin Yusuf Adi Saputra tetap melangsungkan aksi pembunuhan terhadap rakyat muslim Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri di Acheh. Para Jenderal TNI tersebut tetap mempertahankan kehadiran dan jumlah TNI di Acheh yang mereka anggap tidak ada kaitannya dengan masalah Tertib Sipil. Dan mereka menganggap bahwa TNI mempunyai cara sendiri untuk mengamankan Acheh.

 

Dengan adanya sikap dari para Jenderal TNI ini, jelas akan mempersulit lahirnya perdamaian di Acheh. Perjanjian politik yang didasarkan kepada keinginan masyarakat sipil di Acheh agar di tanah Negeri Acheh menjadi damai, ternyata dalam realitanya disabotase dan dikeruhi oleh pihak Jenderal-Jenderal TNI ini, yang menganggap bahwa masalah keamanan di Acheh, itu diatur dan diselesaikan oleh pihak TNI.

 

Apakah hasil perundingan Konigstedt Manor di Vantaa, Helsinki, Finlandia tentang masalah keamanan di Acheh yang menyangkut masalah penarikan seluruh pasukan non-organik TNI yang jumlahnya lebih dari 50.000 personil itu akan ditaati oleh pihak para Jenderal TNI dibawah Jenderal Endriartono Sutarto dan Letjen Djoko Santoso ?.

 

Karena selama pihak TNI masih tetap memegang kekuasaan khususnya di Acheh, maka selama itu apa yang ingin dicapai dalam masalah perdamaian di Acheh akan mendapat rintangan.

 

Disini, Susilo Bambang Yudhoyono walaupun ia seorang militer dan sekaligus presiden, ia tetap mengalami kesulitan untuk mengontrol dan meluruskan jalur strategi TNI, terutama dalam masalah di Acheh. Kebijaksanaan politik yang menyangkut masalah keamanan di Acheh, masih besar dikuasai oleh para Jenderal-Jenderal TNI ini, termasuk didalamnya Widodo Adi Sutjipto.

 

Karena itu hambatan yang paling besar yang merintangi timbulnya perdamaian di Acheh adalah hambatan yang datang dari pihak TNI, bukan dari pihak ASNLF/GAM dan TNA.

 

Kalau para Jenderal TNI ini ingin melihat situasi aman dan damai di Acheh, maka sebenarnya sangat mudah, yaitu Para Jenderal TNI, khususnya Jenderal Endriartono Sutarto dan Letjen Djoko Santoso untuk menarik pasukan non-organik TNI-nya dari seluruh wilayah Acheh. Kemudian keamanan diserahkan kepada pihak kepolisian Acheh. Dan rakyat di Acheh diberikan kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya tanpa mendapat hambatan baik dari segi keamanan ataupun dari segi politis. Biarkan rakyat Acheh bersuara dan menyampaikan segala macam isi hatinya. Seterusnya soal GAM dan TNA itu akan lebur bersama rakyat Acheh karena musuh utamanya yaitu TNI telah hilang dari bumi Acheh. Selama TNI masih ada di Acheh, maka selama itu TNA akan tetap ada.

 

Jadi, apapun bentuk hasil perundingan Konigstedt Manor di Vantaa, Finlandia ini, kalau pihak TNI masih tetap tidak bersedia untuk mundur dengan cara menarik seluruh pasukan non-organik-nya dari bumi Acheh, maka selama itu di Acheh tetap tidak akan timbul perdamaian.

 

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad


Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*


Wassalam.


Ahmad Sudirman


http://www.dataphone.se/~ahmad

www.ahmad-sudirman.com

ahmad@dataphone.se

----------