Stavanger, 25 Mei 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

PLUS I + MEMBACA ISI RUNDINGAN RONDE KE 3 ACHEH SUMATRA - INDONESIA JAWA DARI LUARAN
Omar Puteh
Stavanger - NORWEGIA.

 

MASIH MEMBACA ISI RUNDINGAN RONDE KE 3 ACHEH SUMATRA - INDONESIA JAWA DARI LUARAN

Motto: Biar mati anak, jangan mati adat. Mati anak berpusara, mati adat hilang merdeka!

Maka selanjutnya perlulah juga kita membaca dulu sambil menembusi lewat "mukadimah" dibawah ini:

1a. Reproklamasi 4 Desember, 1976 adalah bahagian untain sejarah perjuangan bangsa Acheh, yang dilahirkan oleh sejarah perjuangan bangsa Acheh itu sendiri dan bukan sebagai gendang perang! Bukan! Tetapi sebagai peringatan kepada Penjajah Indonesia Jawa, bahwa bangsa Acheh, musti bangun berjuang untuk kemerdekaannya!

1b. Reproklamasi 4 Desember, 1976 adalah infrastuktur azas perjuangan bangsa Acheh dan Pemerintahan Negara Acheh Sumatra, yang memperingati Penjajah Indonesia Jawa bahwa, kedudukan perjuangan bangsa Acheh cq Negara Acheh Sumatra/ASNLF/GAM dan kedudukan Kepala Negara cq Wali Negara, Negara Acheh Sumatra dengan kepala pemerintahannya cq Perdana Menteri dan seluruh anggota kabinetnya adalah mutlak sah atas 5.000.000 jiwa rakyat dan bangsa Acheh, dan dengannya terpandang Indonesia Jawa cq NKRI dan seluruh struktur negara dan pemerintahannya "mutlak sah" sebagai Penjajah Indonesia Jawa sejak reproklamasi 4 Desember, 1976. Atau dengan jelasnya dimaksudkan: Hanya Negara Acheh Sumatra dan seluruh struktur pemerintahannya yang sah wujud di wilayah daulat Negara Acheh Sumatra. Dan karenanya NKRI cq Penjajah Indonesia Jawa sebagai otomatis tidak sah berkoloni di bumi Acheh!

1c. Reproklamasi 4 Desember, 1976 sebagai laboratorium perdamaian: "Kalau ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, si Belanda Hitam, keluar dari wilayah berdaulat Negara Acheh Sumatra, bangsa Acheh otomatis akan merdeka dan 5.000.000 rakyatnya akan hidup aman dan damai"!!!

2. TNA, Tentara Negara Acheh, adalah juga bahagian untain sejarah bangsa Acheh dan juga dilahirkan oleh sejarah perjuangan bangsa Acheh itu sendiri dan bukan sebagai kelinci perjuangan! Bukan! Tetapi TNA, Tentara Negara Acheh dibangun, sebagai benteng pelindung 5.000.000 bangsa Acheh, yang setiap hari disembelih terus disembelih oleh ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, si Belanda Hitam, yang sedang menjalankan gerakan genocida disana.

Makanya TNA, Tentara Negara Acheh, tidak dapat dipisahkan dengan Reproklamasi 4 Desember, 1976, atau Reproklamasi 4 Desember, 1976, tidak dapat dipisahkan dengan TNA, Tentara Negara Acheh, seperti Adat (Acheh) dengan Islam, al Qur'an dengan al Hadits, seperti roh dengan jasad, seperti daging dengan kulit! Makanya perlu diteriaki: Kita wajib pisahkan bangsa Acheh dengan Penjajah Indonesia Jawa dan seluruh eksistensinya di bumi Acheh. Justru itu, diserukan:

Kepada keseluruhan 5.000.0000 jiwa bangsa Acheh diseluruh dunia bercantum menjadi satu dan dengan sekuat-kuatnya diserukan agar:

a. Membantu perjuangan TNA, Tentara Negara Acheh agar tidak ada satu kuasapun bisa memisahkannya dengan struktur Reproklamasi 4 Desember, 1976 dengan dana, tenaga, pikiran, darah dan nyawa dalam tugasnya mengusir ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, si Belanda Hitam dari bumi Acheh!

b. Membantu Perdana Menteri, Menter Luar dan Staff atau Tim Negara Acheh Sumatra agar tidak ada satu kuasapun bisa memisahkannya dengan struktur Reproklamasi 4 Desember, 1976, dengan funds and forces dan mempunyai kekuatan menepik setiap jejalan Tim Indonesia Jawa (baca: Penjajah Indonesia Jawa), seperti jenis-jenis dari keseluruhan 7 point yang terbaca dari luaran lewat jendelanya, seperti point-point bodoh dan memalukan itu, setelah pihak Tim Indonesia Jawa (baca: Penjajah Indonesia Jawa) dalam sidang-sidang yang lalu tidak berhasil menjejali cobaannya dengan NAD-Otonomi Khusus dan TNA, Tentara Negara Acheh letak senjata.

c. Dan secara sukarela jutaan bangsa Acheh: Yang laki, yang perempuan, yang tua dan yang muda, segera mempersiapkan diri untuk bergabung menjadi TNA, Tentara Negara Acheh dan tampa reserve menolak dan memusuhi total ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, si Belanda Hitam dan seluruh kumpulan militia-militia Penjajah Indonesia Jawa.

Kru seumangat!

.......................Dipihak geutanjoe pih kon hana keureubeuen, le sjit teuntara geutanjoe njang ka sjahid. Masa-masa ukeue keuadaan pasti akan meutamah brat. Bak masa njoe pih ka brat. Adat pih meunan, Tentara Negara Acheh, ka 'lheueh geu meusumpah, han teusurut meuseudjengkai pih, han djile iee babah teuh, bak takalon meueh meukilat njang djipeutaba le musoh, meunjoe tatem peuduk seundjata. Kamoe seubagoe tentara rakjat, han akan meupijoh meudjuang sampo 'an meurdehka!

Mengapakah pula dengan Reproklamasi 4 Desember, 1976 dengan Teks-nya yang terpanjang dan terlengkap didunia?

a. Reproklamasi 4 Desember, 1976 adalah juga sebuah manifestasi Endatu bangsa Acheh, terhadap amanahnya kepada generasi pewaris agar terus mempertahankan kuasa atas Negara Acheh Sumatra, dengan kepastian keutuhan (peta) wilayah daulat negaranya.

b. Reproklamasi 4 Desember, 1976 adalah sebagai falsafah perjuangan bangsa dan falsafah kehidupan bernegara Negara Acheh Sumatra, sebagai sebuah negara sinambung atau successor state.

c. Reproklamsi 4 Desember, 1976 adalah sebagai benteng atau penangkal terhadap setiap jenis-jenis jejalan ayat-ayat haram, yang diharamkan oleh manifestasi Endatatu kepada generasinya (seperti yang dimaksud pada (a) dan sebagai penuntun ketika menghadapi cobaan godaan-tekanan dari Jen-Jen atau Setan-Setan Penjajah Indonesia Jawa, yang hendak merobah setiap struktur peta wilayah daulat negara sinambung, successor state: Negara Acheh Sumatra yang telah dimaksudkan sendiri dengan kata Reproklamasi: Keatas wilayah negara yang sama dan tetap utuh seperti dulu, seperti sebelum Belanda memasukkannya peta wilayah daulat Negara Acheh menjadi "peta wilayah tanah jajahan Hindia Belanda"!

Tidak sama seperti Proklamasi Indonesia Jawa, Teksnya yang terpendek didunia dan penuh dengan coret-moret, karena Teks Proklamasinya itu, dipaksa tulis dengan todongan pistol ke-"endas"-nya Soekarno si Penipu licik. Jika mengikut dari kecermatan pengamatan sejarah, wilayah "indonesia" Jawa itu pun tidak pasti. Yang pasti setelah proklamasi 17 Agustus, 1945, tapak "negara indonesia", itulah pada sebidang tanah dekat musium Jakarta, sebelum mengambil alih alun-alun Istana Jokyakarta sebagai wilayah daulatnya atau sebelum RI menjadi RI-Jawa Jokya. Kalau tidak dengan kelicikan dan kecepatan bertindak Soekarno si Penipu licik, meleburkan Negara Republik Indonesia Serikat (Negara 231 hari) menjadi NKRI, maka NRIS terpaksa dibuatkan "Teks Proklamasi"-nya yang lain.

Betapa cangungnya "wilyah proklamasi 1945" ketika memasuki "wilayah proklamasi RIS"! Alangkah anehnya seperti apa yang dikatakan tentang "bangsa Indonesia" itu, menurut ahli sejarah Belanda Prof Dr W.A.L Stockhof dan Drs J.P. van Kerkhoft bahwa "Indonesia" baru dikenal sekitar 1945 dan 1949!? N.B: Sampai sekarang tidak seorangpun ahli sejarah atau professor sejarah Indonesia berani mengatakan dengan pasti kapan sebenarnya "Indonesia" itu wujud.

Kita telah saksikan, bagaimana Soekarno si Penipu licik, dengan liciknya menguasai Wilayah Negara Republik Indonesia Serikat. Dan kemudian dalam sekelip mata, wilayah itu bisa dijadikan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Jawa tampa mengorbankan setetes darah atau sekucur keringatpun!

Walaupun demikian dalam konteks ini, bagi bangsa Acheh dan Negara Acheh Sumatra, akar masalahnya adalah tetap tidak berobah, sebagaimana yang telah dikatakan dan dinyatakan oleh Tengku Hasan di Tiro:

Karena peta wilayah Negara Acheh yang merdeka dan berdaulat, sebagaimana peta yang dikeluarkan oleh The Graphic, London pada 22 September, 1883 atau setelah 10 tahun berlangsungnya perang Acheh -Belanda, telah dimasukkan oleh Belanda, kedalam "peta" wilayah jajahan Hindia Belanda. Kemudian pada tanggal 27 Desember, 1949, "peta" wilayah jajahan Hindia Belanda itu, diserahkan pula oleh Belanda kepada anak-anak Jawa ex-pembunuh bayaran KNIL Belanda!!! Ini disebut sebagai diantara bukti yang authentik pertama, peta sejarah wilayah Negara Acheh yang merdeka dan berdaulat, yang Penjajah Indonesia Jawa tidak bisa membantahnya!

Wilayah Negara Acheh yang mereka dan berdaulat, yang telah jelas-jelas dibuktikan oleh Graphic London, pada peta terbitannya tanggal 22 September, 1883 itu, sebagai "Peta Wilayah Negara Acheh Yang Merdeka Dan Berdaulat", wilayah yang telah dipertahankan oleh nenek moyang bangsa Acheh, sebagai TNA, Tentara Negera Acheh, dengan korbanan 100.000 jiwa lebih, ketika melawan agressor Belanda dan tentaranya ribuan anak-anak Jawa pembunuh bayaran KNIL Belanda, si Belanda Hitam, sebagaimana dengan resminya telah diwartakan oleh The London Times pada 22 April, 1873, sehingga mengundang keterlibatan Presiden Ulyses S.Grant dari USA, dengan mewartakan sebuah: Proclamation of Impartial Neutrality yang terkenal itu.

Sedangkan Wilayah Statuas Quo Ante Bellum Negara Acheh: Sumatra, Semenanjung Malaya, sebahagian wilayah sebelah barat Borneo dan Jawa Barat, sebagaimana peta yang dibuat di Perancis, sebelum perang Acheh - Belanda, 1873, tetap tersimpan dalam khazanah sejarah, sebagai sejarah keagungan masa lalu Negara Acheh, sebuah negara yang paling berpengaruh di Nusantara, dan sekaligus untuk mengimbas kembali pada sebuah gambaran bahwa, sesungguhnya Acheh benar sebagai sebuah negara merdeka dan berdaulat, yang telah wujud 453 tahun sebelum diwujudkannya Negara Republik Indonesia Serikat atau 454 tahun sebelum diwujudkannya Negara Kesatuan Republik Indonesia Jawa! Ini disebut, sebagai diantara bukti yang authentik kedua peta sejarah wilayah Negara Acheh yang merdeka dan berdaulat, yang Penjajah Indonesia Jawa tidak bisa membantahnya!

Bukti authentik peta sejarah wilayah Negara Acheh yang merdeka dan berdaulat, adalah diantara sebahagian bukti-bukti authentik sejarah bangsa Acheh, yang tidak bisa dibantah oleh Penjajah Indonesia Jawa, selain dari yang telah kita sebutkan dalam: "Membaca Isi Rundingan Ronde ke 3 Acheh - Indonesia Dari Luaran" terbitan Thursday, 12 May, 2005.

Ini juga penting bagi kedua pihak: Negara Acheh Sumatra dan NKRI, untuk menerangkan status negara Acheh, sebagai negara yang pernah merdeka dan berdaulat kepada Ketua Internasional Crisis Management, Tuan Martti Ahtisaari , Kepada Sekjen PBB Tuan Kofi Annan, Kepada Presiden Uni Eropah Tuan Jean Asselborn dan Kepada Presiden USA Tuan George Walker Bush.

Nah, jelaslah, bahwa perjuangan kemerdekaan Acheh itu, adalah perjuangan kemerdekaan total, untuk merebut kembali wilayah daulat negaranya yang sah, sebagaimana telah kita bentangkan sebelumnya dan seperti diatas!

Begitu juga dengan pembangkitan permasalahan keterlibatan dunia-internasional terhadap perjuangan bangsa Acheh, melawan kolonialis dan imperialis. Sebagaimana telah diketahui dalam sejarah dunia bahwa, masalah Acheh, telah tercatat sejak 1873, sebagai masalah Internasional, diantaranya dengan keterlibatan Lord Staley dari Alderly, anggota Parlemen Inggeris dan Tuan Ulyses S. Grant, Presiden USA, dan begitu juga hari ini Ketua ICM dan juga ex- Presiden Findlandia Tuan Martti Ahtisari, Sekjen PBB, Mr Kofi Annan , Sekjen PBB, Presiden Uni Eropah, Tuan Jean Asselborn, Presiden USA, Tuan George Walker Bush telah juga melibatkan diri dengan masalah bangsa dan negara Acheh!

Demikian juga dengan Hennry Dunant Centre, Geneve yang juga telah pernah melibatkan : Switzerland, USA, Inggeris, Perancis, Jepang , Yugoslavia, Thailand, Philipina, IMF dan lain lain NGO Internasional. Tetapi mengapa Penjajah Indonesia Jawa dan gandengan-gandengannya masih tidak malu mengatakan, bahwa masalah bangsa Acheh dan Negara Acheh Sumatra, sebagai masalah dalam negeri Indonesia Jawa?

Jadi masalah bangsa Acheh dan Negara Acheh Sumatra tidak sama seperti gerakan seperatis Tamil Eelam di Utara Sri Lanka, Gerakan Seperatis Assam di Timur Laut India, Gerakan Seperatis Biafra di Barat Daya Nigeria, Gerakan Seperatis Darfour di Barat Sudan dan Gerakan Seperatis Garang di Selatannya, Gerakan Seperatis Cyprus di Timur Cyprus.

Atau seperti migrasi Perancis di Quebeq-Canada atau Penduduk Lembah Wyoming di USA atau seperti transmigrasi Russia Putih di Cremia mintak wilayah pisah di Ukraina dan transmigrasi Indonesia Jawa (Pujakesuma), mintak buka kantor cabang Indonesia Jawa (Indonesia Jawa II!?!), di Pulau Sumatra.

Diketahui, masalah perjuangan Acheh atau Negara Acheh Sumatra hari ini, telah wujud sejak abad ke 15, yang pernah setaraf dengan mana-mana negara berdaulat lainnya dalam skala internasional, ianya tidak sama struktur perjuangannya untuk merebut kemerdekaan kembali seperti perjuangan Timor Timur atau Timor Lorosae atau Timur Leste, yang sudah merdeka dari Portugal, tetapi coba disambung penjajahannya kembali selama 24 tahun lagi oleh Penjajah Indonesia Jawa, si Belanda Hitam dengan bantuan dua partai (lokal) Apodeti dan koalisinya UDT, yang terpikir, mungkin merasa "enak" menjadi etnis Indonesia Jawa, sebagai pengecut untuk menjadi sebagai anak bangsa Timor Timur.

Walaupun kini anak-anak nasionalis Timor Timur, telah memproklamirkan kemerdekaannya kembali dan telah memproklamirkan indentity diri sebagai bangsaTimor Lorosae atau Timor Leste.

Apakah bangsa Acheh juga akan perlu mendirikan partai politik sebagai alat mencapai kemerdekaannya? Tidak perlu!

Tidak! Dan itu adalah langkah bodoh dan memalukan! Karena punca masalah bangsa Acheh dan Negara Acheh Sumatra adalah seperti telah kita dikatakan oleh Tengku Hasan di Tiro, seperti tersebut diatas dan bukan untuk mencari sebuah tapak dalam partai politik Penjajah Indonesia Jawa. Dan kita telah berulangkali telah mengatakan presiden Penjajah Indonesia Jawa itu bukan presiden bangsa Acheh, DPR atau MPR Penjajah Indonesia Jawa itu adalah kepunyaan Indonesia Jawa dan tidak ada hubungan secuil apapun dengan bangsa Acheh!

TNA, Tentara Negara Acheh tidak akan menjadi seperti partainya Fretelin!!!

Ingat untuk mengetahui Indonesia Jawa musti mendalami apakah itu:
1. Jawa Chauvisnis,
2. Revolusi belum selesainya Soekarno si Penipu licik.
3. Program-program disebalik pertemuan "empat mata" Soekarno si Penipu licik dan Suharto Kleptokracy pada 11 Maret, 1966.
4. Kehendak atau maunya sila-internasionlime atau sila-kemanusiaan dari Pancasila.
5. NKRI itu sendiri, yang telah mencincang bangsa-bangsa di Nusantara menjadi suku-suku atau etnis-etnis dan negara-negara menjadi propinsi-propinsi.
6. Latar belakang politik (beyond) sejarah Jawa bernegara termasuk mengapakah "kris Jawa" diselipkan dibelakang punggung! Bagaimana Raja-Raja Jawa, Bangsawan-Bangsawan Jawa, Tuan-Tuan Tanah Jawa, tidak berprikemanusiaan mengexploit rakyat-rakyat Jawa sendiri, walau mereka sudah terlalu miskin dan sedang menderita kelaparan.
7. Tidak perlu memperkatakan latar belakang sejarah bahwa, ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, si Belanda Hitam dilahirkan dari perut KNIL dan NICA Belanda juga Gyugun Jepang, karena semua orang sudah tahu. Suharto Kleptokracy, si kopral KNIL Belanda dan Letnan Gyugun Jepang pun bisa menjadi presiden Indonesia Jawa.

Jangan bilangkan "saya" atau si "Anu" itu ahli Indonesia Jawa! Mau menjadi ahli masalah Indonesia Jawa musti lebih dahulu menjadi ahli Acheh Sumatra, sebagai pembiasnya, karena kebangkitan awal kebangsaan Jawa pada 20 Mei, 1908 walaupun baru dari kalangan priayi, karena para priayi-priayi itu, telah belajar bagaimana nasionalisme Acheh pada 22 April, 1873 mengalahkan Belanda Bulek dan ribuan anak-anak Jawa pembunuh bayaran KNIL Belanda, si Belanda Hitam di Bandar Acheh. Dan karena nasionailsme Acheh itu, telah memotivasikan para nasionalis-nasionalis Jepang menakluki Rusia Putih, di Vladivostok 1905.

Kita, bangsa Acheh perlu "mengutip" pengalaman pahit Timor Timur dengan partai-partai politiknya: Fretelin, UDT dan Apodeti yang tidak menjadi partai kebangsaan tetapi kemudian menjadi partai lokal penjajah Indonesia Jawa. Timor Timur tidak merdeka dengan partai politiknya!

India tidak merdeka dengan partai Congressnya! Indonesia Jawa tidak merdeka dengan PNI atau PKI atau PSSI atau SI atau mana-manapun partai politik orang-orang Jawanya!

Jangan takut menyuruh tim Indonesia Jawa menyarungkan "kelewang"-nya. Tim Acheh Sumatra tidak perlu mencerincang-mencerincing bangsa Acheh lagi dengan tangannya sendiri, sehingga menjadikan bertambahnya jenis militia-militia Penjajah Indonesia Jawa di Acheh. Cukup sudah militia-miltia Sofyan Ali dan mansur Acoy! Jangan menjadi si anak lokal! Dan cukup sudah Soekarno si Penipu licik dengan kelewangnya mencincang Acheh menjadi suku atau etnis!

TNA, Tentara Negara Acheh tidak bisa dikotak-katik oleh Penjajah Indonesia Jawa, walaupun Panglima Prang Tengku Muzakir Manaf tinggal seorang di medan perang!

Ingat orang-orang Jawa merdeka teorikal (proklamasi) karena todongan pistol anak Trio Sumatra: Dr Chairul Saleh, Adam Malik dan Pak Buyung Nasution kekepala Soekarno si Penipu licik di Pesangrahan Timur, 16 agustus, 1945 -ini authentik! Orang-orang Jawa merdeka praktikal (RIS) karena hadiah Belanda kepada anak-anak Jawa ex pembunuh bayarannya, si Belanda Hitam di KMB 27 Desember, 1949-ini authentik! Itulah sebabnya ramai para intelektuil-intelektuil Indonesia Jawa talah mengatakan Indonesia itu sebuah negara dan pemerintahan yang tidak sah. .............nama Indonesia saja pun tidak sah kata DR Pramudya Ananta Toer dalam wawancara di hari ulang tahun kelahirannya baru-baru ini!

Terbaca dari luaran macam-macam tim Negara Acheh Sumatra masih tidak menyadari perkembangan terbaru di Indonesia Jawa, dimana telah ramai-ramai kalangan inttelektuil dari kalangan bangsa-bangsa dari negara-negara federasi NRIS, yang bangsanya dicincang menjadi suku-suku dan negara-negaranya menjadi propinsi-propinsi, selain dari kalangan intelektuil-intelektuil Jawa sendiri, telah mengatakan seperti perkembangan diatas.

Demikian juga beberapa negara-negara lain lagi di Asia, Afrika tidak pernah tercatat merdeka melalui partai politik. Pada umumnya negara-negara yang mendirikan partai politik dalam penjajahan atau sebelum merdeka, karena tentara dan polisi si penjajah itu sendiri direkrut dari anak tempatan atau anak lokal, umpanya: Seperti KNIL atau NICA Belanda merekrut anak-anak Jawa, sebagai pembunuh bayarannya, sebagai si Belanda Hitam!!

Acheh patut memberi jaminan kepada International Crisis Management, Tuan Martti Ahtsaari, Sekjen PBB, Tuan Kofi Annan, Presiden Uni Eropah, tuan Jean Asselborn, Presiden USA, Tuan George Walker Bush dan kepada masyarakat dunia bahwa Acheh akan berpartai setelah bangsa Acheh mendapatkan kemerdekaannya. Acheh patut juga memberi tahukan International Crisis Management bahwa Acheh punya Quartasia Politica: Adat bak Po Teumereuhom, Hukom bak Sjiah Kuala, Kanun bak Putroe Pahang, Reusam bak Bintara, yang lebih demokrasi dari Trias Politica!, lebih praktikal dari pada yang ada lima di Argentina.

Malahan yang paling penting hari ini kita musti segera memberi tahukan kepda Tuan Martti Ahtisaari dari International Crisis Management atau masyarkat dunia bahwa, banyak bangsa Acheh yang ditahan atau diculik disembelih dan kemudian dilemparkan ketempat, dimana baru terjadi insiden tembak-menembak.

Dan dalam banyak kasus mereka merekayasa, suatu insiden medan tembak- menembak, lantas disana mereka menyembelih rakyat sipil yang mereka tahan atau culik dan menembaknya. Mereka hancurkan muka-muka mereka hingga tidak dapat dikenal lagi oleh siapapun baik kepala kampung atau rakyat sipil setempat, dipersekitaran itu, kemudian mereka memanggil wartawan Serambi Indonesia atau Waspada, untuk meliputi berita rakyat sipil yang pernah ditahan atau pernah diculik hilang tidak dapat dikesan lagi, tetapi musti menuliskan dalam muka berita mereka bahwa yang tersembelih itu adalah sebagai TNA, Tentara Negara Acheh dengan AK 47 dan AK 56-nya.

Bagaimanakah perunding-perunding tetap dari Negara Acheh Sumatra /ASNL, dikehendaki musti berdiplomasi menggunakan "tehnik" bermurtabat dan berkoprehensif untuk merangka sebuah solusi tetap yang konprehensip dan bermurtabat untuk Penjajah Indonesia Jawa, sementara ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, si Belanda Hitam cq Penjajah Indonesia Jawa, hingga saat ini, hinga setelah berakhirnya pusingan ronde ke 3, hingga menjelang berakhirnya Darurat Sipil, hingga menjelang diwujudkannya Tertib Sipil, hingga menjelang Rundingan Ronde ke 4 antara Negara Acheh Sumatra - Indonesia Jawa, di lapangan masih bertindak secara biadab tidak berprikemanusiaan menyembelih rakyat sipil anak-anak dibawah umur atau menyiksa orang-orang tua dan memperkosa wanita-wanita Acheh?

Apakah ini Hamid Awaluddin? Bukankah kamu sebagai Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia?

Hamid Awaluddin! Apa itu Hukum dan apa itu Hak Azasi Manusia? Dan dengan maksud apa kamu diletakkan sebagai Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia? Jangan biarkan lagi siapapun menuliskan jabatan kamu sebagai Menteri Hukum dan Ham, sehingga kamu sendiri tidak paham lagi apakah maksud HAM itu particularly!

Kepada Tim Perunding dari Negara Acheh Sumatra/ASNLF patut pula menjelaskan kepada Tim Perunding dari Penjajah Indonesia Jawa, berkenaan dengan rekostruksi wilayah Negara Acheh Sumatra, yang hancur digegarkan gempa bumi dasar laut dan dilanggar gelombang Tsunami hingga terbunuh hampir setengah juta bangsa Acheh, yang pernah dibiarkan menggelembung dan membusuk oleh "pemerintah" Penjajah Indonesia Jawa perlu membayangkan bahwa, Acheh tidak perlu dibangun oleh Penjajah Indonesia Jawa.

Tidak perlu Penjajah Indonesia Jawa mengkampanyekan bahwa, Acheh akan dibangun seperti Hong Kong. Itu semua kombor! Penjajah Indonesia Jawa denga pengiriman puluhan ribu ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, sebenarnya akan coba merampok berbiliun $ US dana Internasional untuk kepentingan anggaran belanja pemerintah Penjajah Indonesia Jawa bukan untuk pembangunan korban gempa bumi dan Tsunami.

Kita masih simpan dikornea mata kita, bagaimana kiriman karungan beras Amerika dan Barat lainnya yang dimasukkan dalam gudang logistik ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, si Belanda Hitam, lantas untuk korban gempa bumi dan tsunami ditukar dengan kotak-kotak indo mie

Memang pemerintah Negara Acheh Sumatra punya strategi pembagunannya seperti gaya Hong Kong dengan kombinasi California agar tahan pukulan badai, tahan goncangan gempa bumi dan tahan hempasan gelombang tsunami yang telah dipersiapkan oleh kumpulan arsitek-arsitek dari Acheen, Jerman atau Acheh Germany!

Hak tanah dan wilayah daulat Negara Acheh Sumatra, adalah berbeda sejarah dan statusnya dengan Hong Kong!

Hong Kong bukan dijajah oleh Inggeris, seperti Acheh dijajah oleh Penjajah Indonesia Jawa. Hong Kong hanya digadai oleh China kepada Inggeris selama 99 tahun, sejak 1July, 1989 hingga 30 Juni, 1997, setelah mengalami kerugian dari kekalahannya dalam Perang Candu I dan Perang Candu II. Sama seperti tergadainya Macao sejak 1557 hingga 20 Desember, 1999.

Demikian jugalah Formosa, Taiwan, sama seperti Hong Kong dan Macao, kesemuanya kepunyaan China, Tiongkok! Jika besok China,Tiongkok tidak lagi Komunis dan memilih sistim liberal kapitalistis, maka China, Taiwanpun tidak perlu memisahkan diri! China,Taiwan tidak pernah dijajah oleh China,Tiongkok, jadi dia tidak perlu merdeka. China, Tiongkok dan China,Taiwan adalah satu. Seperti istri Chiang Khai-sek satu ibu dengan Mao Tsu-tung! Atau seperti istri Dr Sun Yat-sen, bapak republik China, Tiongkok itu, satu ibu dengan Chiang Khai-sek!

(bersambung: Plus II + Membaca Isi Rundingan Ronde ke 3 Acheh Sumatra - Indonesia Jawa dari Luaran).

Wassalam

Omar Puteh

om_puteh@hotmail.com
om_puteh@yahoo.com
Norway
----------