Stockholm, 7 Maret 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

MUBA ITU, HAZAIRIN & KI BAGUS MEMAKAI TAUHID UNTUK SILA 1 PANCASILA HANYA DALAM BAKUL SAJA
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

MUBA MEMANG MENYANTAP SAJA, TIDAK PEDULI KALAU ITU HAZAIRIN & KI BAGUS HADIKUSUMO MEMAKAI TAUHID UNTUK SILA 1 PANCASILA HANYA DALAM BAKUL SAJA

"Mad, kalo nanggapin itu jangan sambil marah-marah dong, jadi kan makin kelihatan bloonnya. Trus tulisanku nggak mampu deh jadinya kamu tanggapain. Intinya kan aku nyanggah kamu bahwa "Yang Maha Esa" itu bukan dari Soekarno yang diomongin 1 Juni 1945, juga bukan dari panitia sembilan, tapi dari Ki Bagus Hadikusumo, dan beliau bilang pendek sekali ketika ditanya apa maksudnya "Ketuhanan Yang Maha Esa" yang dari sisi gramatikal Bahasa Indonesia saat itu (dan juga sampai sekarang) adalah salah (tapi biarlah, untuk SATU hal yang penting itu diberikan gramatical anomaly). Jawaban pendek Ki Bagus itu adalah: "Tauhid". Tegas, kan? Dukungan Profesor Hazairin terhadap apa yang disampaikan Ki Bagus tidaklah signifikan karena ummat Islam sudah memahami itu. Jelas, bloon?" (Muba Zir , mbzr00@yahoo.com ,Mon, 7 Mar 2005 09:01:27 -0800 (PST))

Baiklah Muba di Paris, Perancis.

Makin kelihatan Muba budek satu ini, memang tidak mengerti dan tidak tahu bagaimana itu sejarah diperasnya sila-sila pancasila oleh Soekarno dan diutak-atiknya oleh panitia sembilan, yang didalamnya juga ada Soekarno.

Lihat saja, itu Muba, tidak tahu membedakan mana itu BPUPKI dan mana itu PPKI. Mana itu yang membuat rancangan UUD dan mana itu yang mengesahkan rancangan UUD menjadi UUD. Dipikir itu Muba, BPUPKI menetapkan " Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya". Kemudian itu Muba, buta pula, tidak tahu ada panitia sembilan yang didalamnya ada itu Soekarno penipu licik, ikut-ikutan mengiyakan "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya"

Kan ngaco. Dari sini saja Ahmad Sudirman sudah bisa melihat dan membaca itu sebenarnya Muba memang budek tidak tahu bagaimana itu pancasila digumpal-gumpal seperti adonan kueh apam, sehingga berbentuk seperti tertulis dalam Preambule UUD 1945 sekarang ini.

Kemudian, itu Muba mencoba untuk terus mempertahankan Soekarno yang hanya bertanggung jawab memeras ampas kelapa sila ketuhanan saja, yang digali dari ajaran hindu, budddha, dan Islam yang campur aduk, atau istilah umumnya budaya Jawa. Dengan mengatakan itu Soekarno hanya memeras kata ketuhanan saja. Jadi bebas, tidak ikut terlibat, seperti Ki Bagus Hadikusumo orang Muhammadiyah itu, yang mengambil embel-embel aqidah untuk memperkuat kata-kata "yang maha esa" dibelakang kata "ketuhanan".

Padahal itu Soekarno terlibat dalam grup panitia sembilan, dimana itu anggota panitia sembilan itu selain Soekarno adalah Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikusno Cokrosuyoso, Agus Salim, Kahar Muzakkir, Wahid Hasyim, Ahmad Subardjo, Mohammad Yamin.

Jelas, itu Soekarno dalam grup panitia sembilan mau tidak mau harus menyerah kepada pendapat mayoritas ketika memasukkan kata-kata "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya" untuk ditempatkan dibelakang kata "ketuhanan". Dan secara moral itu Soekarno telah ikut bertanggung jawab menggoalkan kata-kata "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya". Hanya tentu saja kalau Soekarno itu tidak ambil pusing dengan tujuh kata itu, tentu tidak ada reaksi apapun ketika dibuang tujuh kata diganti dengan tiga kata hasil sodoran Ki Bagus yang berbunyi "yang maha esa".

Nah sekarang, yang memang tidak dipahami oleh Muba budek ini, adalah itu label tauhid yang dikenakan kepada tiga kata "yang maha esa" yang disimpan dibelakang kata "ketuhanan" hasil kocekan Soekarno dari campuran kejawen, hindu, buddha, dan Islam.

Mengapa tidak dipahami oleh Muba mengenai itu "yang maha esa" yang dilekatkan dibelakang kata "ketuhanan" yang dilabelkan kepada tauhid oleh Profesor Hazairin untuk mendukung mbah ki Bagus dari Jawa itu ?.

Karena, kalau diteliti secara mendalam itu istilah "yang maha esa" yang ditebengkan kepada kata "ketuhanan" yang dipakai dalam pancasila, bukan merupakan sumber ketauhidan, sebagaimana yang tertuang dalam QS Al Baqarah, 2: 163 dan QS Al-Ikhlas, 112: 1-4. Itu hanyalah merupakan istilah saja yang tidak ada penerapannya dalam pemerintahan dan negara yang dijabarkan kedalam dasar hukum yang dipakai di RI.

Jadi sebenarnya, itu kalau mbah ki Bagus yang didukung oleh mbah Hazairin yang menyatakan itu "yang maha esa" dikenakan kepada tauhid, itu sama artinya menipu umat Islam. Mengapa ?

Karena, kalau memang benar itu sila pertama pancasila ketuhanan yang maha esa merupakan sumber tauhid atau ketauhidan sebagaimana yang dinyatakan dalam QS Al Baqarah, 2: 163 dan QS Al-Ikhlas, 112: 1-4, mengapa tidak diacukan dasar dan sumber hukumnya yang berlaku di RI kepada sumber hukum yang diturunkan Allah SWT dan yang dicontohkan Rasul-Nya Muhammad saw ?.

Karena itu, yang dinyatakan oleh mbah ki Bagus dan mbah Hazairin tentang tauhid hanyalah cukup didalam bakul saja. Tidak ada penerapannya dalam dasar hukum yang dipakai di RI. Oleh sebab itu, pancasila ini tidak ada bedanya dengan ampas kelapa yang dikumpulkan dari tumpukan isme-isme dan ajaran-ajaran serta aliran kepercayaan yang ada di negara RI-Jawa-Yogya ini. Yang sebenarnya sangat menyesatkan bagi kehidupan dan pelurusan ketauhidan ummat Islam di nusantara ini.

Hanya bagi Muba ini tidak masalah, apakah itu tauhid hanya dalam bakul, atau dalam ember, bukan persoalan, yang penting cukup dipasang plakat dengan tulisan tauhid, atau cukup dibunyikan saja seperti bunyi burung beo. Sedangkan pelaksanaannya dalam kehidupan pemerintahan dan negara itu nomor keseratus, atau dengan kata lain, itu tauhid tidak perlu diterapkan dalam kehidupan hukum di RI ini, karena RI ini adalah negara sekuler pancasila.

Jadi Muba, tidak ada gunanya itu membawa-bawa tauhid segala macam kedalam sila pertama pancasila itu, kalau hanya merupakan embel-embel yang dipasang dikening mbah Soekarno dan para penerusnya saja, seperti Muba. Kalau ditanya Muba, apakah itu sila pertama pancasila ? langsung dijawab Muba, itu tauhid. Lalu Muba ditanya lagi, Coba buktikan dalam kehidupan hukum yang dipakai di RI ?. Lalu jawab Muba lagi, hukum di RI tidak ada hubungannya dengan tauhid.

Nah, itulah kira-kira yang digambarkan menurut Muba, yaitu umat Islam sudah memahami kata-kata dalam sila pertama pancasila yang berbunyi "ketuhanan yang maha esa" sebagai tauhid. Kan gombal itu. Yang jelas, itu tauhid-tauhidan model pancasila.

Jadi istilah tauhid model mbah ki Bagus dan mbah Hazairin yang dihubungkan kepada sila pertama pancasila adalah tauhid dalam bakul, atau tauhid-tauhidan model pancasila.

Terakhir, mengenai bagaimana itu jalur proses penelanan dan pencaplokan serta peleburan Negara-Negara dan Daerah-Baerah Bagian RIS oleh Negara Bagian RI, memang itu Muba, masih buta, karena memang mana itu diajarkan di bangku sekolah oleh guru sejarahnya. Karena memang itu tidak pernah diungkapkan oleh Soekarno cs dan para penerusnya. Jadi, wajar saja, walaupun Ahmad Sudirman berpuluh kali menjelaskan proses penelanan, pencaplokan, peleburan 15 Negara/Daerah Bagian RIS oleh negara bagian RI atau negara Bagian RI-Jawa-Yoga, tetap saja Muba itu budek.

Jadi, bagaimana bisa memberikan fakta, bukti, dasar hukum dan sejarah tentang pertumbuhan dan perkembangan Negara RI atau Negara RI-Jawa-Yogya dihubungkan dengan Acheh, Maluku Selatan dan Papua Barat dengan jelas dan benar, kalau ilmunya tentang itu masih ngambang. Muba, jangan hanya gelantungan dibawah ketiak Syamsir Siregar saja.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
---------

Date: Mon, 7 Mar 2005 09:01:27 -0800 (PST)
From: muba zir mbzr00@yahoo.com
Subject: Re: MUBA, ITU SOEKARNO MASUK DALAM PANITIA SEMBILAN KETIKA MERUMUSKAN PANCASILA
To: AcehA_yoosran <a_yoosran@yahoo.com>, Acehabu_dipeureulak <abu_dipeureulak@yahoo.com>, AcehAhmad_mattulesy <ahmad_mattulesy@yahoo.com>, AcehAhmadGPK <ahmad@dataphone.se>, Acehalasytar_acheh <alasytar_acheh@yahoo.com>, acehalchaidar <alchaidar@yahoo.com>, Acehapalambak2000 <apalambak2000@yahoo.ca>, AcehArdi <muhammad.ardiansyah@hm.com>,

He he... Mad... Mad... Kalo nanggapin itu jangan sambil marah-marah dong, jadi kan makin kelihatan bloonnya... trus tulisanku nggak mampu deh jadinya kamu tanggapain... Intinya kan aku nyanggah kamu bahwa "Yang Maha Esa" itu bukan dari Soekarno yang diomongin 1 Juni 1945, juga bukan dari panitia sembilan, tapi dari Ki Bagus Hadikusumo, dan beliau bilang pendek sekali ketika ditanya apa maksudnya "Ketuhanan Yang Maha Esa" yang dari sisi gramatikal Bahasa Indonesia saat itu (dan juga sampai sekarang) adalah salah (tapi biarlah, untuk SATU hal yang penting itu diberikan gramatical anomaly). Jawaban pendek Ki Bagus itu adalah: "Tauhid". Tegas, kan? Dukungan Profesor Hazairin terhadap apa yang disampaikan Ki Bagus tidaklah signifikan karena ummat Islam sudah memahami
itu. Jelas, bloon?

Kemudian yang keduapun tidak mampu juga si Mad itu nanggapin. Aku kan cuma bilang bahwa otak kamu itu TANGGUNG, sehingga kadang-kadang bilang "15 negara bagian bertemu di Jogya dan SEPAKAT BERGABUNG dengan RI-Jogya menjadi NKRI" tapi lebih sering bilang: "Soekarno MENCAPLOK ke-13 dan kemudian ke-15 negara bagian itu". Dan seterusnya bilang "RI itu sudah bubar seperti kata van Mook, kalaupun ada hanya berdaulat di
sekitar Jogya saja".

Coba deh, jawabnya jangan ke sana ke mari. Itu hanya makin menunjukkan bahwa kamu memang benar-benar TANGGUNG..!!!

Dasar budak olol leho...!!!

Muba ZR

mbzr00@yahoo.com
Paris, Perancis

NB:
Eh, ada salam tuh dari Pak Syamsir Siregar... Salam
jitak, katanya... Ha ha...
----------