Stockholm, 9 Februari 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

FAHMI IDRIS PETENTENGAN DENGAN GIGI OMPONG DIHADAPAN PM DATUK SERI ABDULLAH AHMAD BADAWI
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

MENAKERTRANS FAHMI IDRIS SEWA 10 PENGACARA MALAYSIA UNTUK TUTUPI GIGI OMPONG GUNA MELAWAN PM DATUK SERI ABDULLAH AHMAD BADAWI

"Saya tunggu Najib kalau ada apa-apa maklumat. Kalau laporan salah dan saya buat komen kepada laporan yang tersilap, maka panjang pula lagi perkara-perkara yang tidak diingini berlaku. Biarlah mereka dengan tindakan yang hendak mereka ambil. Tetapi akan timbul masalah juga kerana ia bersabit dengan status pekerja-pekerja yang datang tanpa izin, itupun satu kesalahan juga. Kita bertindak menukar tarikh-tarikh termasuk melewatkan (menangguhkan) tempoh pengampunan itu atas permintaan Presiden Indonesia (Susilo Bambang Yudhoyono) sendiri, jadi atas timbang rasa juga ekoran keadaan di Aceh. Kita tak tahu pekerja Indonesia yang bekerja di negara ini dari mana keturunan atau tempat dia datang. Kalau yang datang itu ramai daripada sebelah Aceh dan kita hantar balik, tindakan itulah yang akan menimbulkan banyak masalah. Mengenai sama ada isu tersebut akan dibincangkan dalam pertemuan dengan Presiden Indonesia yang akan melawat negara ini. Belum tahu lagi. Mungkin sebelum dia datang benda ini dapat diselesaikan.'' (Perdana Menteri, Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi, Jabatan Hal Ehwal Khas Kementerian Penerangan (Jasa) dan Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia (Yadim), 8 Februari 2005)

"Perusahaan yang mempekerjakan TKI ilegal telah melanggar peraturan. Undang-undang imigrasi Malaysia yang keras, termasuk mencambuk dan memenjarakan imigran ilegal dan majikannya, tidak diterapkan secara fair. Hanya aksi kecil yang diterima oleh para 'bos'. Kami diberitahu kalau mereka akan memberlakukan sanksi yang sama terhadap kedua belah pihak. Tapi saya tidak melihat komitmen itu diimplementasikan. Perusahaan itu merupakan salah satu di antara sekian banyak yang akan dibawa ke pengadilan. Kita sudah meminta perlindungan terhadap 90 TKI itu untuk sementara waktu" (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Fahmi Idris, 8 Februari 2005)

Membaca perilaku Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Fahmi Idris, 8 Februari 2005 di Malaysia dengan tangan dipingang sambil petentengan di Negeri orang dengan gigi ompong dan mulut kunyam-kunyem menyatakan akan menyewa 10 Pengacara Malaysia guna mendobrak benteng pertahanan Perdana Menteri Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi yang memang telah kelabakan dengan hampir 800.000 tenaga kerja dari RI yang ilegal.

Memang suatu sikap yang wajar dari pihak PM Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi yang telah memberikan amnesti sampai tanggal 31 Januari 2005 bagi para Tenaga Kerja Indonesia yang sudah tidak ada lagi izin tinggal dan izin kerja-nya untuk meninggalkan Malaysia dan memperpanjang izin kerja di Indonesia untuk dapat bekerja kembali di Malaysia.

Suatu tawaran dan cara pemecahan yang bijaksana dari pihak Perdana Menteri Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi yang diberikan kepada pihak Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono guna mengatasi soal tenaga kerja Indonesia yang telah habis izin tinggal dan izin kerjanya.

Dan memang bisa dimengerti bagaimana dengan ratusan ribu tenaga kerja Indonesia yang masih terus bekerja setelah habis izin tinggal dan izin kerja-nya di Malaysia untuk terus dipertahankan. Jumlah penduduk Malaysia yang 23,5 juta itu ditambah dengan hampir mendekati satu juta jumlah tenaga kerja dari Indonesia yang sudah habis izin tinggal dan izin kerjanya tetapi masih tetap terus bekerja. Artinya masa kontrak kerjanya sudah habis, tetapi masih tetap bekerja, dan kalau ingin diperpanjang harus kembali dulu ke Indonesia dan diperbaharui masa kontrak barunya di Indonesia. Baru setelah diperpanjang masa kontraknya dapat masuk kembali ke Malaysia dan bekerja kembali.

Nah tentu saja akibat dari status tenaga kerja asal Indonesia yang menjadi ilegal inilah yang menimbulkan akibat negatif. Dan sebenarnya adalah urusan imgirasi Malaysia untuk mencek dan mengontrol status izin tinggal dan izin kerja dari para pekerja asing yang ada di Malaysia. Semua nama-nama para tenaga kerja Indonesia yang datang pada awalnya legal tercatat dan terdaftar dalam database yang dimiliki oleh bagian imigrasi dan tenaga kerja Malaysia.

Para majikan dan bagian kepegawaian dalam perusahaan tidak punya hak dan tidak diharuskan untuk mencek apakah para pegawainya masih tetap punya izin tingal dan izin kerja atau tidak. Karena dari sejak pertama kali mereka diterima sebagai pegawai sudah diketahui bahwa calon pegawainya memiliki kontrak kerja dengan izin tinggal dan izin kerja yang sudah diberikan oleh bagian imigrasi pihak Kerajaan Malaysia.

Justru yang harus hati-hati adalah dari pihak pegawati itu sendiri untuk memperhatikan apakah memang izin kerjanya sudah habis atau belum. Kalau memang diperkirakan sebulan lagi mau habis, maka harus dibicarakan dengan pihak majikan bagaimana untuk mengatasinya. Dan kalau memang harus diperpanjang kontrak dengan cara kembali dulu ke Indonesia untuk diurus di Indonesia, kemudian setelah beres baru kembali lagi ke Malaysia. Itu semua bisa dibicarakan antara majikan dan pegawai. Tetapi kalau pihak pegawai secara diam-diam tanpa memberitahukan izin tinggal dan izin kerjanya sudah habis dengan majikannya, maka sudah jelas nantinya akan menimbulkan akibat negatif yang tidak diinginkan. Dan justru keadaan inilah yang terjadi. Ratusan ribu tenaga kerja Indonesia yang telah habis izin tinggal dan izin kerjanya tetapi masih tetap tarus bekerja secara ilegal.

Nah, dari sudut inilah yang dijadikan dasar alasan oleh PM Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi dengan mengatakan: "Biarlah mereka dengan tindakan yang hendak mereka ambil. Tetapi akan timbul masalah juga kerana ia bersabit dengan status pekerja-pekerja yang datang tanpa izin, itupun satu kesalahan juga."

Kalau seandainya itu Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Fahmi Idris paham dan mengerti masalah tenaga kerja dan aturannya, maka tidaklah ngotot sambil petentengan dengan menunjukkan gigi ompong dengan mengacungkan 10 pengacara Malaysia yang disewanya didepan PM Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi untuk menuntut beberapa majikan yang masih belum membayar gajih kepada para tenaga kerja Indonesia yang sudah habis izin tinggal dan izin kerjanya. Mengapa ?

Karena, dengan cara petentengan untuk mengadu otot hukum dengan pihak Kerajaan Malaysia yang tidak dibelaki dengan kekuatan hukum, maka akhirnya akan terpelanting dan akan menyulitkan untuk kerjasama dimasa depan dalam hal kesempatan kerja di Malaysia.

Oleh sebab itulah pihak PM Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi hanya memberikan komen: "Biarlah mereka dengan tindakan yang hendak mereka ambil."

Mengapa PM Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi menyatakan seperti itu ? Karena pihak Kerajaan Malaysia akan dengan mudah menghantam para Pengacara Malaysia hanya dengan satu kali pukulan yaitu bahwa itu para tenaga kerja Indonesia tidak punya izin tinggal dan kerja, dan dianggap ilegal menurut hukum kerajaan Malaysia. Titik.

Kemudian kalau pihak majikan dipertanyakan mengapa tidak mengontrol izin tinggal dan izin kerja pegawainya ? Maka dengan mudah dijawab oleh para majikan itu, bahwa urusan izin tinggal dan izin kerja adalah urusan imigrasi dan polisi Kerajaan Malaysia, bukan urusan majikan. Titik.

Nah dari sudut ini saja itu Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Fahmi Idris akan terjungkir.

Karena itulah Ahmad Sudirman menyatakan bahwa itu Fahmi Idris petentengan dengan gigi ompong dihadapan PM Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------

Saman majikan: Malaysia akan dapatkan kepastian Indonesia

PUTRAJAYA 8 Feb. - Malaysia sedang mendapatkan kepastian daripada kerajaan Indonesia berhubung rancangan republik itu hendak menyaman syarikat-syarikat tempatan yang didakwa menyalah guna penangguhan program pengampunan untuk tidak membayar gaji pekerja asing tanpa izin dari negara itu.

Perdana Menteri, Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi bagaimanapun enggan mengulas lanjut selagi belum mendapat maklumat terperinci mengenai perkara itu termasuk daripada Timbalannya, Datuk Seri Najib Tun Razak yang ke Aceh, semalam.

"Saya tunggu Najib kalau ada apa-apa maklumat. Kalau laporan salah dan saya buat komen kepada laporan yang tersilap, maka panjang pula lagi perkara-perkara yang tidak diingini berlaku,'' katanya.

Beliau berkata demikian kepada pemberita selepas memberi taklimat mengenai konsep Islam Hadhari kepada pegawai-pegawai Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim), Jabatan Hal Ehwal Khas Kementerian Penerangan (Jasa) dan Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia (Yadim), di sini hari ini.

Laporan akhbar hari ini menyebut kenyataan Menteri Tenaga Kerja Indonesia, Fahmi Idris bahawa kerajaan Indonesia merancang menyaman syarikat-syarikat Malaysia yang mengambil kesempatan daripada penangguhan program pengampunan untuk menipu pekerja dari republik itu dengan tidak membayar gaji mereka.

Fahmi dilaporkan mendakwa kerajaannya sudah melantik 10 peguam terkemuka di negara ini untuk menyediakan saman terhadap syarikat terbabit serta majikan lain yang menggaji pendatang asing tanpa izin (PATI) dari republik itu.

Perdana Menteri ketika mengulas tindakan kerajaan Indonesia melantik peguam untuk membawa kes itu ke mahkamah berkata, terpulang kepada republik itu untuk berbuat demikian.

"Biarlah mereka dengan tindakan yang hendak mereka ambil. Tetapi akan timbul masalah juga kerana ia bersabit dengan status pekerja-pekerja yang datang tanpa izin, itupun satu kesalahan juga,'' katanya.

Ditanya adakah wajar Indonesia mengambil tindakan undang-undang sambil mengaitkannya dengan keputusan Malaysia menangguhkan tempoh pengampunan PATI, sedangkan kerajaan cukup bertolak ansur dalam isu itu, jelas Abdullah:

"Kita bertindak menukar tarikh-tarikh termasuk melewatkan (menangguhkan) tempoh pengampunan itu atas permintaan Presiden Indonesia (Susilo Bambang Yudhoyono) sendiri, jadi atas timbang rasa juga ekoran keadaan di Aceh.

"Kita tak tahu pekerja Indonesia yang bekerja di negara ini dari mana keturunan atau tempat dia datang. Kalau yang datang itu ramai daripada sebelah Aceh dan kita hantar balik, tindakan itulah yang akan menimbulkan banyak masalah.''

Mengenai sama ada isu tersebut akan dibincangkan dalam pertemuan dengan Presiden Indonesia yang akan melawat negara ini, Isnin ini, Abdullah berkata:

"Belum tahu lagi. Mungkin sebelum dia datang benda ini dapat diselesaikan.''

Mengulas kekalahan parti pimpinan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra di selatan Thailand yang mungkin menjejaskan kerjasama pembangunan wilayah itu dengan Malaysia, Perdana Menteri berkata, ia bergantung kepada kerajaan yang memerintah.

"Perjanjian kita dengan kerajaan Thailand sendiri, maka terserah kepada kerajaan Thailand juga macam mana cara-cara hendak dilaksanakan.

"Pada waktu ini walau apa pun berlaku dalam pilihan raya itu, kita tidak (mengambil) apa-apa tindakan untuk memberhentikan cadangan kita (membantu pembangunan wilayah selatan Thai),'' katanya.

Bagaimanapun beliau berkata, kerajaan perlu mempertimbangkan langkah selanjutnya sekiranya pihak Thailand sendiri yang mencadangkan supaya kerjasama itu dihentikan.

http://www.utusan.com.my/utusan/archive.asp?y=2005&dt=0209&pub=Utusan_Malaysia&sec=Muka_Hadapan&pg=mh_08.htm
----------

RI Sewa 10 Pengacara Top Malaysia Tuntut Majikan Nakal
Reporter: Shinta Shinaga

detikcom - Jakarta, Pemerintah Indonesia menyewa 10 pengacara top Malaysia untuk memperkarakan perusahaan dan majikan nakal, yang secara ilegal mempekerjakan TKI dan tidak membayar gajinya.

Rencananya Pemerintah Indonesia akan menuntut perusahaan dan majikan yang telah mereguk keuntungan atas perpanjangan masa amnesti terhadap imigran ilegal dengan tidak membayarkan gaji TKI.

Menakertrans Fahmi Idris akan bertemu dengan para pengacara Malaysia itu untuk pembahasan detil pada hari ini, Rabu (9/2/2005). Dia juga akan bertemu Mendagri Malaysia Datuk Azmi Khalid hari ini. Fahmi akan mendesak Khalid untuk menjamin akan memidanakan perusahaan Malaysia yang nakal.

"Perusahaan yang mempekerjakan TKI ilegal telah melanggar peraturan," tukas Fahmi dalam kunjungannya di Kuala Lumpur, Malaysia seperti diberitakan The Star

Menurut dia, undang-undang imigrasi Malaysia yang keras, termasuk mencambuk dan memenjarakan imigran ilegal dan majikannya, tidak diterapkan secara fair. Hanya aksi kecil yang diterima oleh para 'bos'.

"Kami diberitahu kalau mereka akan memberlakukan sanksi yang sama terhadap kedua belah pihak. Tapi saya tidak melihat komitmen itu diimplementasikan," tukas Fahmi.

Dijelaskan dia, banyak TKI di Malaysia tidak bisa mengambil penawaran amnesti karena belum mendapat gaji dari majikannya. Kasus yang mencuat melibatkan sekitar 90 TKI yang belum dibayar gajinya sekitar 152 ribu Ringgit Malaysia atau sekitar Rp 371,2 juta oleh sebuah perusahaan konstruksi.

"Perusahaan itu merupakan salah satu di antara sekian banyak yang akan dibawa ke pengadilan. Kita sudah meminta perlindungan terhadap 90 TKI itu untuk sementara waktu," ujar Fahmi.

Menurut dia, Presiden SBY juga diharapkan akan membahas hal serupa dalam perbincangannya dengan PM Malaysia Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi saat berkunjung ke Malaysia pada 14 Februari 2005.(sss)

http://jkt1.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/02/tgl/09/time/6168/idnews/287885/idkanal/10
----------