Stockholm, 2 Februari 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

MATIUS DHARMINTA MAU BERUNDING DENGAN MILISI GAM GADUNGAN MADE IN RYAMIZARD RYACUDU
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

MEMANG ITU MATIUS DHARMINTA ORANG KRISTEN MAKIN DIJERAT LEHER DAN DITARIK HIDUNGNYA OLEH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DAN RYAMIZARD RYACUDU

"Pemerintah RI akan memberikan status otonomi khusus bagi Aceh dalam kerangka NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Jika GAM bersedia menerima status itu, pemerintah RI juga akan memberikan amnesti dan konsesi lainnya. Selain itu pemerintah Indonesia dengan tegas menolak kemerdekaan yang dituntut GAM. Sebenarnya perundingan antara pemerintah RI dan GAM tidak perlu dilakukan di Helsinki. Alasannya, pemerintah menganggap GAM dan orang-orang yang ikut perundingan di Helsinki sebagai teroris. Tapi, demi perdamaian maka hal itupun dijalani, yakni berunding di Helsinki. Sekarang yang menjadi pertanyaan, kelayakan representasi GAM yang berunding di Helsinki itu sendiri. Apakah mereka benar-benar wakil GAM yang kini bergerilya di Aceh ? Apakah mereka didukung GAM yang ada di hutan.? Ini perlu dipertimbangkan. Dengan demikian apabila ada perundingan lanjutan sebaiknya tidak usah jauh-jauh ke Helsinki tapi cukup diselesaikan di Aceh. Caranya, undang tokoh GAM yang ada di Aceh dan ajak mereka berunding. Jadi berunding dengan tokoh GAM yang ada di Aceh, bukan berunding dengan orang yang tinggal di luar negeri yang tidak jelas kewargaannya." (Matius Dharminta, mr_dharminta@yahoo.com , Tue, 1 Feb 2005 23:20:20 -0800 (PST))

Baiklah saudara wartawan Jawa Pos Matius Dharminta di Surabaya, Indonesia

Mana itu saudara Matius Dharminta mempunyai jalan pemecahan yang fleksibel, luwes, aman dan damai dalam hal pemecahan konflik Acheh, karena memang itu Matius hanyalah menelan dan menjilat sampah-sampah cerita gombal tentang Acheh dan dihubungkan dengan cerita RI model ceritanya Mpu Tantular dengan cerita khayalnya Sutasoma yang mengandung percikan kata-kata bhineka tunggal ika yang keropos dan tidak mempunyai kekuatan apapun.

Coba saja perhatikan apa yang dilambungkan Matius Dharminta ini: "Sekarang yang menjadi pertanyaan, kelayakan representasi GAM yang berunding di Helsinki itu sendiri. Apakah mereka benar-benar wakil GAM yang kini bergerilya di Aceh ? Apakah mereka didukung GAM yang ada di hutan.? Ini perlu dipertimbangkan. Dengan demikian apabila ada perundingan lanjutan sebaiknya tidak usah jauh-jauh ke Helsinki tapi cukup diselesaikan di Aceh. Caranya, undang tokoh GAM yang ada di Aceh dan ajak mereka berunding. Jadi berunding dengan tokoh GAM yang ada di Aceh, bukan berunding dengan orang yang tinggal di luar negeri yang tidak jelas kewargaannya."

Nah dari apa yang dilontarkan Matius tersebut tidak ada bedanya dengan itu Noer Hassan Wirajuda, Theo L Sambuaga, Suparlan, M Ma'ruf, Ryamizard Ryacudu yang memang picik dan telah tercekoki otaknya dengan sampah-sampah cerita gombal Acheh hasil campuran ramuan jawa Mpu Tantular yang dijiplak dan dicomot Soekarno dan diaplikasikan dalam bentuk kebijaksanaan politik ekspansi pendudukan dan penjajahan wilayah dan daerah yang berada diluar wilayah de-facto dan de-jure RI-Asaat dan RIS.

Itu menurut Matius Dharminta ada milisi GAM gadungan made in KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu yang anggota-anggotanya binaan TNI dari Jawa yang tinggal dan yang ditransmigrasikan ke Acheh.

Nah kalau berunding menurut itu orang kristen Matius Dharminta dari Surabaya untuk perdamaian Acheh harus berunding dengan kelompok milisi GAM gadungan made in KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu yang anggotanya dari orang-orang Jawa yang telah disemprot dengan propaganda murahan dan gombal tentang Acheh dan RI hasil leburan Negara-Negara dan Daerah-Daerah Bagian RIS model Soekarno.

Sampai kapanpun tidak akan bisa berunding RI dengan milisi GAM gadungan made in Ryamizard Ryacudu untuk penyelesaian konflik Acheh. Coba tunjukkan dan buktikan siapa itu para pimpinan milisi GAM gadungan made in Ryamizard Ryacudu yang bisa diajak berunding di Acheh atau di Jakarta ? Jangan hanya sekedar bercuap tidak menentu Matius Dharminta.

ASNLF dan TNA itu hanya ada satu macam baik di Acheh atau di luar Acheh, tidak ada itu yang namanya ASNLF atau GAM dan TNA gadungan made in Ryamizard Ryacudu atau made in Jenderal Endriartono Sutarto orang Jawa itu.

Jadi jangan mimpi kalian Matius, dan jangan ikut-ikutan itu Ketua Komisi I DPR Theo L Sambuaga dan Menteri Dalam Negeri Letjen (Purn) M Ma'ruf yang dibuntuti oleh Menteri Luar Negeri Noer Hasan Wirajuda orang Sunda satu itu.

Sehingga saking budeknya itu Matius Dharminta yang ikut-ikutan Ryamizard Ryacudu tidak bosan-bosannya bercuap: "Sebenarnya perundingan antara pemerintah RI dan GAM tidak perlu dilakukan di Helsinki. Alasannya, pemerintah menganggap GAM dan orang-orang yang ikut perundingan di Helsinki sebagai teroris. Tapi, demi perdamaian maka hal itupun dijalani, yakni berunding di Helsinki."

Kan gombal itu apa yang dilambungkan oleh Matius Dharminta ini. Kalau memang itu Susilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, Widodo Adi Sutjipto, Hamid Awaluddin, Sofyan Djalil menganggap petinggi ASNLF yang berunding di Helsinki dianggap sebagai teroris, mana boleh dan mana bisa dengan alasan apapun itu Widodo Adi Sutjipto, Hamid Awaluddin, Sofyan Djalil ditugaskan oleh Susilo Bambang Yudhoyono untuk pergi ke Helsinki dan berunding dengan Teungku Malik Mahmud dan Teungku Zaini Abdullah di Helsinki.

Jadi Matius Dharminta, kalau otak kalian masih teracuni sejarah gombal dan lapuk tentang Acheh made in Soekarno dan konsepsi usang NKRI ramuan Soekarno, serta dasar hukum gombal UU No.18/2001 buatan Megawati dan anggota DPR dibawah Akbar Tandjung Cs termasuk juga itu Theo L Sambuaga dari Golkar dan Suparlan dari PDIP, maka tidak perlu kalian bercuap yang bunyinya melantur tidak tentu arah, seperti bunyi sumbang yang satu ini: "Jika mereka (GAM) menerima program otonomi khusus dan bersedia damai, meletakan senjata, dan menerima amnesti, maka perdamaian dan keamanan di aceh akan langgeng. Tapi sebaliknya, jika mereka (GAM) tidak mau diajak berdamai, dan tetap tuk memisahkan Aceh dari NKRI, mungkin operasi penumpasanpun tak akan terelakan."

Jelas orang kristen Matius Dharminta ini mana paham dan mengerti itu isi UU No.18/2001 apalagi yang menyangkut syariat Islam.

Jadi, jangan ngaco dan mimpi Matius, membawa-bawa UU No.18/2001 yang isinya penuh racun yang mematikan bagi rakyat muslim Acheh. Kalian Matius memang otaknya kosong tentang pengangkatan, penegakkan, penerapan, pelaksanaan syariat Islam, ditambah mau menekan dan menipu rakyat muslim Acheh dengan cerita dan isi gombal tentang penerimaan keuangan dalam rangka otonomi khusus, sehingga terus saja ikut-ikutan ekor Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla untuk mendorong-dorong dasar hukum gombal UU No.18/2001.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Tue, 1 Feb 2005 23:20:20 -0800 (PST)
From: matius dharminta mr_dharminta@yahoo.com
Subject: Re: MATIUS DHARMINTA EKORNYA YUDHOYONO MEMANG TIDAK PUNYA JALAN KELUAR DARI KONFLIK ACHEH
To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, Serambi Indonesia <serambi_indonesia@yahoo.com>, balipost <balipost@indo.net.id>, waspada <newsletter@waspada.co.id>, PR <redaksi@pikiran-rakyat.com>, Pontianak <editor@pontianak.wasantara.net.id>, Hudoyo <hudoyo@cbn.net.id>, JKT POST <jktpost2@cbn.net.id>, Redaksi Kompas <redaksi@kompas.com>, Redaksi Satu Net <redaksi@satunet.com>, Redaksi Waspada <redaksi@waspada.co.id>, Waspada <waspada@waspada.co.id>, Detik webmaster@detik.com

Dibalik ekor mengekor Yudhoyono atau tidak tergantung yang menilai sehat atau tidak, yang jelas memang seperti itulah seharusnya.

Pemerintah RI akan memberikan status otonomi khusus bagi Aceh dalam kerangka NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Jika GAM bersedia menerima status itu, pemerintah RI juga akan memberikan amnesti dan konsesi lainnya. Selain itu pemerintah Indonesia dengan tegas menolak kemerdekaan yang dituntut GAM.

Sebenarnya perundingan antara pemerintah RI dan GAM tidak perlu dilakukan di Helsinki. Alasannya, pemerintah menganggap GAM dan orang-orang yang ikut perundingan di Helsinki sebagai teroris. Tapi, demi perdamaian maka hal itupun dijalani, yakni berunding di Helsinki.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, kelayakan representasi GAM yang berunding di Helsinki itu sendiri. Apakah mereka benar-benar wakil GAM yang kini bergerilya di Aceh ? Apakah mereka didukung GAM yang ada di hutan.? Ini perlu dipertimbangkan. Dengan demikian apabila ada perundingan lanjutan sebaiknya tidak usah jauh-jauh ke Helsinki tapi cukup diselesaikan di Aceh. Caranya, undang tokoh GAM yang ada di Aceh dan ajak mereka berunding. Jadi berunding dengan tokoh GAM yang ada di Aceh, bukan berunding dengan orang yang tinggal di luar negeri yang tidak jelas kewargaannya.

Jika mereka (GAM) menerima program otonomi khusus dan bersedia damai, meletakan senjata, dan menerima amnesti, maka perdamaian dan keamanan di aceh akan langgeng. Tapi sebaliknya, jika mereka (GAM) tidak mau diajak berdamai, dan tetap tuk memisahkan Aceh dari NKRI, mungkin operasi penumpasanpun tak akan terelakan.

Matius Dharminta

mr_dharminta@yahoo.com
Surabaya, Indonesia
----------