Stockholm, 21 Januari 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SDR BONNY MEMANG ITU JENDERAL RYACUDU PEMBUNUH RAKYAT ACHEH & PENJAJAH DI ACHEH
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

JENDERAL PREMAN DARI PALEMBANG RYAMIZARD RYACUDU SESUMBAR: "KALAU GAM TIDAK MENYERAH HAJAR SAJA"

"Salam Pak Sudirman. Sebenarnya saya mau mengarahkan tulis ini kepada mereka-mereka yang berpihak kepada pemerintah RI. Saya sebenarnya tidak sependapat dengan Bapak kalau Acheh mendirikan negara sendiri. Bukan karena alasan sejarah, melainkan saya berpendapat bahwa menjamin hak-hak warga Acheh lebih penting dari berdirinya negara Acheh. Tapi ini hanya perbedaan pendapat saja. Kepada mereka yang percaya kepada propaganda pemerintah Indonesia. Bagaimana kalian bisa percaya kepada media-media di Indonesia atau pernyataan pemerintah. Dikatakan Indonesia bisa mencukupi kebutuhan berasnya sendiri. Bohong, Indonesia beli beras dari Myanmar dan negara-negara lain. Nurtanio bisa bangun kapal terbang. Bohong, Nurtanio cuma assembling saja, Penerbangan nasional dipaksa beli atau ditukar dengan beras dari Myanmar. Kalian tahu bahwa berapa banyak rakyat Acheh, Irian dan Timor dibunuh oleh militer Indonesia? Apa pernah dengar di media Indonesia? ya nggak kan. Karena Indonesia terus-terus di perintah dengan cara bandit-banditan, seluruh Indonesia tidak ada kesadaran hukum dan kebanaran. Hari ini saya baca di Koran TNI bunuh 120 anggota GAM, karena merampok barang-barang untuk pengungsi. Kalau kalian percaya itu bodoh. Bodoh artinya tidak bisa belajar. Dibohongi seribu kali tetap saja percaya. Jenderal Ryamizard Ryacudu: "Kalau GAM Tidak Menyerah, Kita Hajar Saja" Ini bahasa Preman yang tidak punya kesadaran hukum. Manusia seperti ini tidak boleh mendapat kedudukan apapun di apparatus negara atau militer." (Bonny Satya, bsatya@t-online.de , Fri, 21 Jan 2005 10:45:27 +0100)

Terimakasih saudara Bonny Satya di Jerman.

Memang apa yang dituliskan oleh saudara Bonny Satya dari Jerman diatas ada benarnya, walaupun dalam hal kemerdekaan bagi rakyat dan Negeri Acheh, antara pemikiran saudara Bonny dengan Ahmad Sudirman ada perbedaan.

Sekarang kita lihat dan perhatikan itu kelakuan gombal Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu asal Palembang, daerah asal Kerajaan Budhda Sriwijaya, yang mengada-ada cerita gombal yang diarahkan kepada ASNLF dengan suara sumbangnya: "Dalam dua minggu ini, kita terpaksa membunuh sedikitnya 120 anggota GAM, dan menyita senjata-senjatanya. Bagi saya, kalau GAM tidak menyerah, kita hajar saja, kok susah-susah banget. Selama GAM masih pegang senjata, malahan mencari senjata baru, maka masalahnya tidak akan selesai-selesai. Kuncinya adalah GAM turun gunung, meletakkan senjata, dan bersama- sama membangun Aceh. Dalam ajaran agama Islam ada islah sampai tiga kali. Kalau tidak mau islah, ya kita perangi. Tidak ada negara di dalam negara, itu namanya bughot" (Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu, Banda Acheh, Kamis, 20 Januari 2005).

Bagi orang-orang bodoh memang bisa saja ditipu dengan cerita gombal Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu ini. Tetapi, bagi rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila, jelas itu ocehan gombal Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu adalah ocehan penjajah RI dengan pentungan senjata khalasnikov-nya dan pentungan gombal UU No.18/2001 dengan tali usang Keppres No.43/2003 dan rantai besi berkarat PP No.2/2004-nya.

Coba perhatikan lagi. Apakah masuk akal kalau itu Ryamizard Ryacudu menyatakan bahwa pihak ASNLF dengan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila dituduh melakukan bughot atau melawan pihak RI ?.

Darimana itu Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu mengetahui bahwa Negeri Acheh milik Mbahnya Ryamizard Ryacudu dan Mbahnya Susilo Bambang Yudhoyono serta Mbahnya Soekarno dengan RIS, NKRI, RI-nya ?

Itu apa yang dikatakan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu adalah cerita gombal sejarah yang direka dan dibuat Soekarno dan para penerusnya. Karena itu Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu memang buta dan budek, maka dengan seenak udelnya sendiri menyatakan bahwa pihak ASNLF dan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila dituduh melakukan bughot.

Beratus kali Ahmad Sudirman telah menjelaskan di mimbar bebas ini bahwa tidak ada itu fakta, bukti, sejarah dan dasar hukumnya yang kuat dan jelas serta benar yang menggambarkan bahwa Negeri Acheh adalah bagian dari RI.

Coba saja kalau itu Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu memang punya dasar fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum yang kuat dan benar yang menyatakan Negeri Acheh adalah bagian RI, silahkan tampilkan di mimbar bebas ini. Biar kita bahas bersama. Kalau malu itu Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu menampilkannya sendiri, silahkan suruh itu anak buah atau Kepala Penerangan dari Markas AD TNI untuk menampilkannya di mimbar bebas ini. Biar kita kupas bersama, apakah memang benar atau hanya cerita gombal saja apa yang diklaim oleh Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu tentang Negeri Acheh dalam hubungannya dengan RI.

Jelas, Ahmad Sudirman menunggu jawaban dari Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu atau dari Stafnya dari Markas AD ini.

Selanjutnya, memang ada kesalahan yang mendasar dari apa yang dikemukakan oleh Mantan Gubernur Acheh Prof. DR Ibrahim Hasan dalam hutbah Hari Raya Idul Adha di Masjid Baiturrahman, Banda Acheh, hari ini, Jumat 21 Januari 2005 yang menyatakan bahwa "Pertikaian yang terjadi di Tanah Rencong itu merupakan konflik kultural karena benturan era modern dengan budaya Acheh. Untuk menyelesaikannya memerlukan upaya damai dan bermartabat dari kedua pihak bertikai."

Jelas, itu yang dihutbahkan oleh oleh Mantan Gubernur Acheh Prof. DR Ibrahim Hasan adalah salah kaprah. Mengapa ?

Karena itu konflik Acheh bukan ditimbulkan karena adanya konflik kultural, yakni benturan era modern dengan budaya Acheh.

Itu yang dilambungkan oleh Mantan Gubernur Acheh Prof. DR Ibrahim Hasan memang ngaco, dan memutar-balikkan persoalan dan akar utama sebenarnya mengenai konflik Acheh, yaitu masalah penelanan, pencaplokan, pendudukan, dan penjajahan di Negeri Acheh oleh pihak Soekarno dengan RIS, NKRI, dan RI-nya.

Dan memang kelihatan itu Mantan Gubernur Acheh Prof. DR Ibrahim Hasan mencoba untuk memuaskan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu asal Palembang itu, dengan cara mengalihkan persoalan pendudukan, penjajahan kepada masalah konflik kultural.

Benar-benar usaha yang gombal dan munafik dari pihak Mantan Gubernur Acheh Prof. DR Ibrahim Hasan yang asal Acheh ini.

Bagaimana bisa itu Penguasa RI dibawah Susilo Bambang Yudhoyono dan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu untuk menyelesaikan konflik Acheh, kalau dasar pengetahuan tentang Negeri Acheh dan hubungannya dengan RI adalah salah kaprah dan ngaco ?. Sehingga yang keluar dari hasil pikiran otak Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu adalah sampah-sampah racun mematikan hasil usaha dan hasil penanaman yang dilakukan oleh Soekarno dan para penerusnya tentang Negeri Acheh hubungannya dengan RI.

Begitu juga apa yang dikatakan oleh Susilo Bambang Yudhoyono tentang penyelesaian konflik Acheh cukup dengan menyatakan: "Saya meminta saudara-saudara untuk melihat ke depan, untuk membangun kembali Aceh demi masa depan yang lebih baik" (Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Banda Acheh, 21 Januari 2005)

Coba perhatikan dan telaah sedikit lebih kedalam apa yang dikatakan oleh Susilo Bambang Yudhoyono tentang bagaimana caranya menyelesaikan konflik Acheh ini. Dimana itu Susilo Bambang Yudhoyono dengan mudahnya menyakan: "melihat ke depan, untuk membangun kembali Aceh".

Jelas itu yang dimaksud oleh Susilo Bambang Yudhoyono adalah mari lupakan apa yang telah dilakukan Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati dan TNI/Polri-nya terhadap rakyat Acheh dan Negeri Acheh, sekarang dengan adanya gempa dan tsunami adalah merupakan satu jembatan untuk meniti pembangunan Acheh.

Coba, betapa mudahnya cara penyelesaian konflik Acheh menurut hasil pemikiran Susilo Bambang Yudhoyono ini.

Jelas, itu yang dilambungkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono adalah suatu pemikiran gombal yang penuh penipuan dan racun mematikan bagi rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila.

Mengapa itu Susilo Bambang Yudhoyono dan Ryamizard Ryacudu dengan mudah melambungkan penyelesaian seperti itu ?

Karena memang mereka berdua ini masih tetap memegang cerita gombal sejarah yang dibuat oleh Soekarno dan para penerusnya tentang Negeri Acheh yang dihubungkan dengan Negara RI. Dimana itu Negeri Acheh telah diklaimnya sebagai daerah wilayah RI. Walaupun menurut fakta, bukti, sejarah dan dasar hukumnya itu cerita tentang Negeri Acheh bagian RI adalah cerita sejarah gombal made in Soekarno yang lemah.

Dimana yang sebenarnya adalah itu akar utama penyebab timbulnya konflik Acheh, yaitu masalah penelanan, pendudukan dan penjajahan yang dilakukan oleh Soekarno dengan RIS-nya melalui pembuatan dasar hukum gombal sepihak PP RIS No.21/1950 14 Agustus 1950 dan PERPPU No.5/1950 melalui mulut Sumatera Utara, tanpa kerelaan, tanpa persetujuan, tanpa keikhlasan dari seluruh rakyat Acheh dan pimpinan rakyat Acheh.

Karena itu sebenarnya cara pemecahan yang paling adil dan bijaksana, kalau itu Susilo Bambang Yudhoyono dan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu adalah orang-orang yang smart dan pandai, bukan seorang preman, yaitu melalui cara aman dan damai yang diaplikasikan, diterapkan dan diberikan secara penuh kepada seluruh rakyat Acheh untuk menyampaikan sikap dan suaranya secara bebas dan rahasia dalam bentuk plebisit yang diawasi oleh masyarakat Internasional dan Badan Perserikatan Bangsa Bangsa.

Bukan diserahkan kepada rakyat Acheh yang telah menjadi kacungnya Susilo Bambang Yudhoyono seperti Mantan Gubernur Acheh Prof. DR Ibrahim Hasan yang dalam hutbah Hari Raya Idul Adha-nya yang telah memanipulasikan dan memutar-balikkan fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum tentang penjajahan di Negeri Acheh oleh RI, dirobah menjadi masalah konflik kultural.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------

From: bsatya@t-online.de (Bonny Satya)
To: ahmad@dataphone.se
Subject:
Date: Fri, 21 Jan 2005 10:45:27 +0100

Salam Pak Sudirman,

Sudah lama saya tidak menulis kepada Bapak. Sebenarnya saya mau mengarahkan tulis ini kepada mereka-mereka yang berpihak kepada pemerintah RI.

Saya sebenarnya tidak sependapat dengan Bapak kalau Acheh mendirikan negara sendiri. Bukan karena alasan sejarah, melainkan saya berpendapat bahwa menjamin hak-hak warga Acheh lebih penting dari berdirinya negara Acheh. Tapi ini hanya perbedaan pendapat saja.

Izinkan saya memakai situs Bapak untuk menjelaskan beberapa Fakta tentang RI. Kepada mereka yang percaya kepada propaganda pemerintah Indonesia.

Bagaimana kalian bisa percaya kepada media-media di Indonesia atau pernyataan pemerintah. Dikatakan Indonesia bisa mencukupi kebutuhan berasnya sendiri. Bohong, Indonesia beli beras dari Myanmar dan negara-negara lain. Nurtanio bisa bangun kapal terbang. Bohong, Nurtanio cuma assembling saja, Penerbangan nasional dipaksa beli atau ditukar dengan beras dari Myanmar.

Kalian tahu bahwa berapa banyak rakyat Acheh, Irian dan Timor dibunuh oleh militer Indonesia? Apa pernah dengar di media Indonesia? ya nggak kan. Di koran-koran selalu ada berita perampok dll, ditembak kakinya. Bohong, mereka di tembak setelah ditangkap. 30 sampai 80% bantuan luar negeri dikorupsi. DPR dan MPR penuh dengan bandit-bandit, koruptor, dam manusia kriminil. Bagaimana kepala bandit dan pemeras bisa duduk di DPR. Karena Indonesia terus-terus di perintah dengan cara bandit-banditan, seluruh Indonesia tidak ada kesadaran hukum dan kebanaran.

Lihatlah cara beberapa orang yang menulis kepada Pak Sudirman. Sekolahnya tinggi, Intelleknya rendah.

Hampir 60 tahun merdeka tidak ada infrastruktur di Acheh, Irian, Kalimantan, dan di banyak wilayah Indonesia. Tapi hutannya dibabat dan minyak dijual dan uangnya di korupsi. Jangan seperti katak dalam tempurung, Jakarta itu bukan Indonesia dan Indonesia bukan Jakarta.

Kalau negara Indonesia demokratis, kenapa banyak jurnalis asing tidak boleh masuk Indonesia? Media-media asing selalu bohong dan pemerintah Indonesia selalu benar.

Hari ini saya baca di Koran TNI bunuh 120 anggota GAM, karena merampok barang-barang untuk pengungsi. Kalau kalian percaya itu bodoh. Bodoh artinya tidak bisa belajar. Dibohongi seribu kali tetap saja percaya.

Jenderal Ryamizard Ryacudu: "Kalau GAM Tidak Menyerah, Kita Hajar Saja" Ini bahasa Preman yang tidak punya kesadaran hukum. Manusia seperti ini tidak boleh mendapat kedudukan apapun di apparatus negara atau militer.

Bagi saya perselisihan pendapat dengan Pak Sudirman itu normal dan saya mengerti berdasarkan fakta sejarah dan perilaku pemerintah Indonesia, kenapa rakyat Acheh ingin bernegara sendiri.

Tapi apa saya harus memaki-maki Pak Sudirman?

Buat apa kalian berjuang untuk demokrasi kalau tidak bisa terima pendapat orang lain?

Tugas rakyat Indonesia adalah nenegakkan kembali hukum dan kesadaran hukum dan kesempatan ini sekarang lebih baik dari di jaman Orba.

Pak Sudiman dan kawan-kawannya dalam perjuangan semoga selalu dilindungi Allah Swt.

Wasalam

Bonny Satya

bsatya@t-online.de
Jerman
----------

KSAD: "Kalau GAM Tidak Menyerah, Kita Hajar Saja"
Banda Aceh, Kamis

Pasukan TNI menewaskan sedikitnya 120 anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dalam berbagai pertempuran di wilayah Aceh dalam dua minggu terakhir ini, dan sedikitnya 20 ribu pasukan TNI tetap melakukan operasi pemulihan keamanan.

"Dalam dua minggu ini, kita terpaksa membunuh sedikitnya 120 anggota GAM, dan menyita senjata-senjatanya," kata Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Ryamizard Ryacudu di sela-sela kunjungannya ke Banda Aceh, Kamis (20/1).

Ryamizard mengatakan, TNI terpaksa menembak mati anggota-anggota GAM itu karena mereka bukan hanya mengganggu kelancaran distribusi bantuan tsunami, namun telah merampok barang-barang yang diperlukan para pengungsi di Aceh.

Ditegaskannya, Presiden RI, Panglima TNI, dan dirinya sendiri sudah mengajak anggota GAM untuk turun gunung, menyerahkan senjata, dan bersama-sama membangun Aceh, dan bukannya melakukan perampokan bahan makanan.

Di Aceh terdapat 20 ribu pasukan TNI yang terus melakukan operasi pemulihan keamanan, dan 15 ribu pasukan, termasuk 5 ribu pasukan tambahan dari Jakarta dan Medan, untuk melakukan tugas-tugas kemanusiaan, seperti membersihkan kota, mengawal bantuan dari perbatasan Sumut hingga Aceh. Mengenai rencana rekonsiliasi dengan GAM, ia mengatakan, itu urusan politik. "Bagi saya, kalau GAM tidak menyerah, kita hajar saja, kok susah-susah banget," tegasnya.

Jika GAM menyerah dan meletakkan senjata, maka permasalahan Aceh sudah selesai. "Selama GAM masih pegang senjata, malahan mencari senjata baru, maka masalahnya tidak akan selesai-selesai. Kuncinya adalah GAM turun gunung, meletakkan senjata, dan bersama- sama membangun Aceh," katanya.

Karenanya, KSAD menegaskan bahwa perdamaian di Aceh tergantung pada GAM, karena sejak dulu pemerintah mengajak GAM berdamai. "Dalam ajaran agama Islam ada islah sampai tiga kali. Kalau tidak mau islah, ya kita perangi. Tidak ada negara di dalam negara, itu namanya bughot (melawan negara)," katanya.

Karenanya, ia menegaskan bahwa 20 ribu pasukan TNI AD tetap melakukan operasi pemulihan keamanan, sedang 15 ribu lainnya melakukan tugas-tugas kemanusiaan.(Ant/Nik)

http://www.kompas.com/utama/news/0501/20/172440.htm
----------