Stockholm, 3 September 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

MAZDA & WAHABIYIN ROKHMAWAN ITU NII BERDIRI BERDASAR DALIL AQLI & NAQLI
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

JELAS MAZDA & WAHABIYIN ROKHMAWAN DAN SALAFI-SOLO-WAHABI-SAUDI ITU NII BERDIRI BERDASAR DALIL AQLI & NAQLI

"Rupanya Ahmad Sudirman berusaha menghindar dari pertanyaan saya. Mana jawaban kamu wahai Ahmad Sudirman tentang pertanyaan saya kemarin. Anda telah menjelaskan mengenai panjang lebar sejarah NII yang sesuai yang anda tulis berdasar Alqur'an dan Hadits yang shohih. Dan pertanyaan saya, mengapa berhenti sampai disitu ? maka timbul pertanyaan lagi, menurut pemahaman siapakan berdasar Al Quran dan Hadits itu? apa berdasar pemahaman Kartosuwiryo atau berdasar dengkulnya Ahmad Sudirman." (Mazda , mazda_ok@yahoo.com , Wed, 1 Sep 2004 20:28:07 -0700 (PDT))

"Nah dengan pertanyaan yg singkat, padat, dan jelas serta jawabannya singkat, padat dan jelaspun Si Ahlul Ahwa dan Ahlul Bid'ah Ahmad Sudirman bingung tujuh keliling. Yang jelas itu NII berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadist menurut pemahaman udele dewe, udele Kartosuwiryo, udele Hasan Tiro dan udele Si Ahlul Ahwa dan Ahlul Bid'ah Ahmad Sudirman. Atau kemungkinanan besar menurut pemahaman gado-gado sesuai hawa nafsunya." (Rokhmawan , rokh_mawan@yahoo.com , Wed, 1 Sep 2004 22:50:26 -0700 (PDT))

Baiklah saudara Mazda di Surabaya dan Rokhmawan Agus Santosa dan Salafi di Solo, Jawa Tengah, Indonesia.

Kelihatan Mazda dan Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi yang sudah demikian terpuruk, karena merasa yang paling lurus ketauhidannya, padahal sebenarnya masih cukup dangkal.

Tentang yang kalian berdua pertanyakan, seperti yang ditanyakan Mazda: "Anda telah menjelaskan mengenai panjang lebar sejarah NII yang sesuai yang anda tulis berdasar Alqur'an dan Hadits yang shohih. Dan pertanyaan saya, mengapa berhenti sampai disitu ? maka timbul pertanyaan lagi, menurut pemahaman siapakan berdasar Al Quran dan Hadits itu? apa berdasar pemahaman Kartosuwiryo atau berdasar dengkulnya Ahmad Sudirman."

Dan juga yang dikomentari oleh Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi: "Yang jelas itu NII berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadist menurut pemahaman udele dewe, udeleKartosuwiryo, udele Hasan Tiro dan udele Si Ahlul Ahwa dan Ahlul Bid'ah Ahmad Sudirman. Atau kemungkinanan besar menurut pemahaman gado-gado sesuai hawa nafsunya."

Jelas itu NII mendasarkan kepada pengetahuan daruri atau berlandaskan kepada dalil aqli dan kepada pengetahuan nadhari atau berlandaskan pada dalil naqli.

Dalam hal ini pernah Saudara Mufry dari NII pada tanggal 23 Maret 1997 menulis yang dikirimkan kepada saya. Dimana saya olah kembali agar dapat dengan mudah dimengerti.

Kalau kita lihat dari sudut pengetahuan mantik atau logika, ketika membicarakan daulah Islam atau negara Islam yang berlandaskan Al Qur'an dan As-Sunnah, bahwa "dilalah (penunjuk)", yang garis besarnya terbagi dua. Pertama, dilalah lafdhiyah, yakni apabila penunjuk itu merupakan lafadh atau perkataan. Kedua, dilalah ghairu lafdhiyah, yakni apabila penunjuk itu bukan merupakan lafadh, melainkan isyarat, tanda-tanda, bekas-bekas dsb.

Jadi dilihat dari sudut pengetahuan logika yang mendasarkan kepada konsep Negara Islam menurut Al Quran yang telah ditunjukkan dalam bentuk isyarat bahwa umat Islam harus menjalankan kewajiban kewajiban diantaranya:

Pertama, Menjalankan hukum pidana Islam.

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Maidah, QS.5: 38 "Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Al-Maidah, QS.5: 38)

Al-Maidah, QS.5: 45 "Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim." (Al-Maidah, QS.5: 45)

An Nur, QS.24: 2 "Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman." (An Nur, QS.24: 2)

Al-Baqarah, QS.2: 178 "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih." (Al-Baqarah, QS.2: 178)

Kedua, Melaksanakan ibadah yang berkaitan dengan perekonomian yang diatur oleh penguasa Islam, sehingga menyalur pada kebenaran Ilahi

At-Taubah, QS.9: 29 "Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (At-Taubah, QS.9: 29)

Ketiga, Mempunyai kepemimpinan tersendiri.

Al-Maidah, QS.5: 51 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Al-Maidah, QS.5: 51)

Al-Maidah, QS.5: 57 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." (Al-Maidah, QS.5: 57)

Al-Araf, QS.7: 3 "Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (Al-Araf, QS.7: 3)

Ali Imran, QS.3: 28 "Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu). (Ali Imran, QS.3: 28)

An-Nisa, QS.4: 144 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali[368] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ? (An-Nisa, QS.4: 144)

Keempat, Memiliki kekuatan militer tersendiri

Al-Anfal, QS.9: 60 "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (Al-Anfal, QS.9: 60)

An-Nisa, QS.4: 71 "Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama! (An-Nisa, QS.4: 71)

An-Nisa, QS.4: 81 "Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami hanyalah) taat." Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung." (An-Nisa, QS.4: 81)

Kelima, Wajib menumpas setiap kekuatan yang menentang tegaknya syariat Islam

Al-Anfal, QS.9: 39 "Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Al-Anfal, QS.9: 39)

Al-Baqarah, QS.2: 193 "Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah, QS.2: 193)

At-Taubah, QS.9: 73 "Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (At-Taubah, QS.9: 73)

At-Taubah, QS.9: 123 "Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa (At-Taubah, QS.9: 123)

Kemudian kalau dilihat dari sudut Ushul Fiqih yang menyatakan: "Suatu kewajiban yang tidak akan sempurna kecuali dengan sesuatu hal, maka sesuatu hal itu menjadi wajib".

Menurut kaidah di atas, dalam menjalankan sesuatu kewajiban, dan untuk bisa menyempurnakan kewajiban itu harus menggunakan bentuk pekerjaan, maka menjalankan bentuk pekerjaan itu wajib adanya. Misalnya dalam hal wajib berwudhu untuk melakukan shalat. Dalam Al Quran tidak ada ayat yang mewajibkan berusaha memperoleh air. Tetapi kewajiban berpikir dan berbuat dengan ilmu, dalam hal ini tidak perlu disebutkan lagi.

Sama juga maksudnya dengan kaidah di atas tadi. Dibawah ini kaidah ushul yang menyatakan: "Memerintahkan sesuatu berarti memerintahkan pula seluruh perantara-perantaraannya". Contohnya, memerintahkan naik rumah, hal itu berarti juga memerintahkan mentegakkan tangga, sebagai perantaraannya. Sesuatu perbuatan yang diperintahkan tidak akan terwujud kecuali dengan adanya perbuatan-perbuatan lain sebelumnya, atau alat-alat untuk mewujudkan perbuatan yang diperintahkan itu, maka perbuatan-perbuatan lain dan alat-alatnya disebut perantara (washilah) sebagai muqayyad.

Nah dengan mendasarkan pada ilmu pengetahuan ushul fiqh tersebut, maka menegakkan negara / daulah Islamiyah itu hukumnya wajib. Sebab, Daulah Islamiyyah itu sebagai alat untuk kita bisa menterapkan hukum-hukum Islam secara sempurna. Juga merupakan washilah yaitu perantara untuk mendhohirkannya.

Begitu juga kalau melihat pada Ilmu Musthalah Hadits yang menyatakan bahwa hadits ialah semua yang disandarkan kepada Nabi Saw., baik berupa qauliyah (perkataan), Fi'liyaliyah (perbuatan) dan Taqririyah (pengakuan).

Qauliyah adalah perkataan, baik itu berupa perintah atau larangan, atau berita yang diucapkan Nabi.

Fi'liyah adalah perbuatan Nabi Saw. Disini harus dipahami dan dimengerti bahwa bahwa yang dinamakan Hadist Nabi saw itu tidak semua berupa perkataan. Apabila Nabi Saw itu tidak mengatakan Negara Islam atau Daulah Islamiyyah, tetapi apabila Nabi telah membentuk dan membangun negara, membuat undang undang Madinah, dan menegakkan dan menjalankan hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan kenegaraan, maka mendirikan negara yang hukum-hukumnya berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Saw adalah wajib bagi umat Islam mencontohnya.

Taqririyah adalah pengakuan Nabi Saw terhadap perbuatan sahabat yang diketahui oleh Nabi, tetapi Nabi Saw tidak menegur atau menanyakannya. Yang semuanya itu bersangkutan dengan beberapa hikmah dan hukum-hukum yang terpokok dalam Al-Qur'an.

Jadi dengan adanya hal-hal yang dipraktekkan oleh Nabi Saw, maka jelas sekali bahwa adanya negara Islam didalam hadist, dimana sebagai penunjuknya yaitu perbuatan Nabi Saw . Dengan telah membuat garis pemisah antara kekuatan militer musyrikin dan militer Islam. Dimana barisan Abu Jahal dan Abu Lahab memiliki prajurit bersenjata, maka Nabi pun menyusun untuk mengimbanginya, sebagaimana diterangkan dalam Al-Anfal, QS.8:73 "Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (Al Anfal, QS.8: 73)

Begitu juga Rasulullah saw telah bersikap tegas, barang siapa yang menyerang negara Islam atau Daulah Islamiyah di Madinah, maka dianggapnya sebagai musuh walaupun telah mengaku Islam

An-Nisa, QS.4: 97 "Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?." Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)." Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, (An-Nisa, QS.4: 97)

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Wed, 1 Sep 2004 20:28:07 -0700 (PDT)
From: maz da <mazda_ok@yahoo.com>
Subject: AHMAD SUDIRMAN BERUSAHA LARI DARI PERTANYAAN
To: ahmad@dataphone.se
Cc: rokh_mawan@yahoo.com

AHMAD SUDIRMAN BERUSAHA LARI DARI PERTANYAAN

Rupanya Ahmad Sudirman berusaha menghindar dari pertanyaan saya. Mana jawaban kamu wahai Ahmad Sudirman tentang pertanyaan saya kemarin. Anda telah menjelaskan mengenai panjang lebar sejarah NII yang sesuai yang anda tulis berdasar Alqur'an dan Hadits yang shohih. Dan pertanyaan saya, mengapa berhenti sampai disitu ? maka timbul pertanyaan lagi, menurut pemahaman siapakan berdasar Al Quran dan Hadits itu? apa berdasar pemahaman Kartosuwiryo atau berdasar dengkulnya Ahmad Sudirman.

Saya tunggu jawaban anda.

Mazda

mazda_ok@yahoo.com
Surabaya, Indonesia
----------

Date: Wed, 1 Sep 2004 22:50:26 -0700 (PDT)
From: rohma wawan <rokh_mawan@yahoo.com>
Subject: Fwd: AHMAD SUDIRMAN BERUSAHA LARI DARI PERTANYAAN
To: mazda_ok@yahoo.com
Cc: seulawah001@yahoo.com, at_taqwa@telkom.net, ahmad@dataphone.se

Assalaamu'alaikum Wr.Wb

Nah dengan pertanyaan yg singkat, padat, dan jelas serta jawabannya singkat, padat dan jelaspun Si Ahlul Ahwa dan Ahlul Bid'ah Ahmad Sudirman bingung tujuh keliling. Yang jelas itu NII berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadist menurut pemahaman udele dewe, udele Kartosuwiryo, udele Hasan Tiro dan udele Si Ahlul Ahwa dan Ahlul Bid'ah Ahmad Sudirman. Atau kemungkinanan besar menurut pemahaman gado-gado sesuai hawa nafsunya.
Wassalaam

Rokhmawan Agus Santosa

rokh_mawan@yahoo.com
rokh-mawan@plasa.com
solo, jateng, Indonesia
----------