Acheh, 17 Agustus 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

BULAN AGUSTUS BULAN MALAPETAKA BAGI SELURUH BANGSA ACHEH
Panglima TNA Muzakkir Manaf
Negara Acheh.

 

BULAN AGUSTUS ADALAH MERUPAKAN BULAN MALAPETAKA BAGI SELURUH BANGSA ACHEH

Bulan Agustus adalah merupakan bulan malapetaka bagi seluruh bangsa Acheh. Kini telah menjadi suatu tradisi dimana disebalik Hari Ulang Tahun RI yang jatuh pada 17 Agustus, secara sistematik, pemerintah kolonial Indonesia melancarkan berbagai macam tindak kekerasan keatas seluruh bangsa Acheh secara kejam dan biadab. Tujuannya adalah untuk menakuti dan melemahkan semangat juang bangsa Acheh.

Sandiwara yang melibatkan ratusan ribu rakyat yang dipaksa untuk bersumpah setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia telah terbongkar, sebab sa'at ini semua rakyat Acheh telah dianggap sebagai musuh tanpa kecuali oleh pemerintah kolonial Indonesia.

Sejak pemerintah RI melancarkan agresi militer secara besar-besaran dan terpadu terhadap bangsa Acheh ekoran dari digagalkannya perjanjian CoHA di Tokyo pada tanggai 19 May 2003, Acheh telah dijadikan ladang pembantaian luar biasa oleh pihak RI dengan menggunakan berbagai macam peralatan berat dan canggih yang dimiliki oleh TNI/ Polri. Di sa'at sebagian besar dari 18 perwira TNI/ Polri yang jatuh dalam kasus Crime Against Humanity yang dituntut oleh Mahkamah Ad-Hoc PBB di Timor Timur sedang menjalankan kejahatan yang serupa di Acheh.

Tentara kolonial Indonesia juga menempati kampung-kampung, rumah-rumah penduduk, meunasah-meunasah, dan sekolah-sekolah banyak yang telah dijadikan tangsi militer. Hampir seratus ribu TNI/Polri tidak mampu mematahkan perlawanan kolektif rakyat Acheh. Namun di saat ini mereka sedang mencari alasan baru untuk menambah kekuatan militernya antara lain untuk mengamankan perayaan 17 Agustus dan pemilihan Presiden yang akan datang.

Ekosistem di Acheh juga tidak luput dari sasaran kejahatan TNI/Polri. Turut dihancurkannya sumber alam di Leuser, pembakaran lahan-lahan milik rakyat Acheh seperti di kawasan Nisam Pase dan Acheh Selatan. TNI/Polri mempertinggi kehadiran mereka di selat Malaka, sehingga terjadi peningkatan angka luar biasa dalam pembajakan, perompakan dan penyeludupan. Memang sebelumnya ada upaya untuk mengkambinghitamkan GAM sebagai pelaku dari kejahatan-kejahatan tersebut, namun semua itu telah terbongkar, bahwa penyeludupan, perompakan, dan pembajakan di sepanjang pantai Sumatra terbukti dilakukan oleh TNI/Polri.

Aktifis mahasiswa, HAM, bahkan aktifis lingkungan semua dibungkam, dan dengan alasan menghancurkan GAM, seluruh lembaga sipil dalam masyarakat Acheh telah dihancurleburkan sehingga 65 anggota congress Amerika Serikat dari kedua partai yang ada, baru-baru ini menentang upaya pembukaan kembali dialog militer antara Amerika Serikat dan Indonesia, sebab menurut mereka, TNI adalah pelaku pelanggaran HAM, dan keganasan militer kolonial Indonesia di Timor, Acheh, Papua dan daerah lain adalah sangat dahsyat.

Di sisi lain, lembaga peradilan Indonesia juga dijadikan sebagai alat untuk melakukan penindasan. Ribuan rakyat Acheh dengan tuduhan membantu GAM telah dijatuhkan hukuman puluhan tahun, ratusan dari mereka dengan sangat zalim telah dipindah ke penjara di pulau Jawa. Dialog damai dan perundingan juga telah menjadi perbuatan kriminal di Indonesia, lima perunding GAM tetap ditahan karena bagi Indonesia mereka telah bersalah, sebab keanggotaan mereka dalam perundingan damai. Diantara mereka ada yang sakit dalam tahanan, dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang semestinya. Demikian pula, kami sangat menyayangkan sikap pengecut tentara kolonial Indonesia yang menjadikan keluarga GAM di seluruh Acheh sebagai sasaran pelecehan, penculikan dan pembunuhan.

Pemerintah Negara Acheh (PNA) menganjurkan kepada rakyat Acheh untuk bersikap waspada atas kampanye terror militer Indonesia di Acheh, dan melawan dengan segala upaya. Berbagai bentuk pengrusakan akhlak dan penghancuran sendi-sendi nilai budaya Acheh sedang dilakukan oleh pemerintah kolonial Indonesia. Orang pintar dan alim ulama telah dilecehkan, harkat dan martabat bangsa Acheh telah diijak-injak. Bangsa Acheh telah menjadi subjek diskriminasi di seluruh Nusantara akibat penjajahan Indonesia.

Kepada dunia internasional kami mohon agar segera bertindak sebelum terlambat. Membiarkan pemerintah kolonial Indonesia melakukan kekejaman yang tidak terbatas di Acheh adalah berlawanan dengan hukum kemanusiaan yang diakui dunia Internasional yang beradab. Perserikatan Bangsa-Bangsa, beserta negara-negara EU dan Amerika Serikat, agar segera menghantarkan team Penyelidik Pelanggaran Hak Asasi Manusia dan Komisi Penentuan hak nasib diri sendiri (Commission of Self Determination) ke Acheh, Papua dan Maluku demi terciptanya perdamaian abadi di Asia Tenggara.

PEMERINTAH NEGARA ACHEH KOMANDO PUSAT MILITER TENTARA NEGARA ACHEH (TNA)
Panglima Tentara Negara Acheh

Muzakkir Manaf
----------