Stockholm, 15 Juli 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

APAKAH ROKHMAWAN & SALAFI PERCAYA SEYAKINNYA & MENJALANKAN AL-MAIDAH: 44, 45, 47 ?
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

PERTANYAAN YANG BELUM DIJAWAB ROKHMAWAN & SALAFI DI SOLO, APAKAH ROKHMAWAN & SALAFI PERCAYA SEYAKINNYA & MENJALANKAN AL-MAIDAH: 44, 45, 47 ?

"Ada PR yang belum terjawab dari dulu "Apakah pernah Rosululloh SAW mengkafir-kafirkan orang islam lainnya dan membicarakan bahwasanya orang islam si A, si B adalah kafir, dlolim, fasyik ?. Jangan di buat-buat kalau bapak menjawab pertanyaan ini." (Rokhmawan , rokh_mawan@yahoo.com , Wed, 14 Jul 2004 23:13:02 -0700 (PDT))

Baiklah saudara Rokhmawan Agus Santosa di Solo, Jawa Tengah, Indonesia.

Rupanya memang saudara Rokhmawan dan Salafi-nya memang mau tetap mempertahankan pemikiran kelompoknya saja, walaupun telah saya nyatakan dari apa yang telah dikemukakan oleh saudara Rokhmawan dalam tulisan-tuluisannya sebelum ini, yakni seorang yang mengambil tulisan orang lalu dituduhkan itu tulisan Ahmad Sudirman dan menyimpulkan sendiri dari tulisan tersebut. Saudara Rokhmawan dan Salafi-nya telah menafikan surat Al-Maidah ayat 44, 45, 47. Membela dan mempertahankan para pimpinan Negara kafir RI dari mulai Saoekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati dengan cara mendukung kebijaksanaan politik pendudukan dan penjajahan di Negeri Acheh. Menafikan seluruh ayat hijrah. Merobah manhaj hijrah Rasulullah. Menolak perjuangan pembentukan Daulah Islam di Yatrsib. Menolak manhaj dakhwah Rasulullah di Mekkah ketika berhadapan dengan kaum penguasa musyrik Quraisy Mekkah. Mudah mengelompokkan golongan diluar Salafi sebagai kaum Khawarij. Memalsukan dan mencatut nama orang lain (nama Ahmad Sudirman). Tidak mampu memberikan jalan keluar bagaimana merobah sistem thoghut pancasila menjadi sistem Islam.

Hanya mengenai pengambilan tulisan saudara Jeffrey Ahmad Assayyaf tentang NII yang dianggapnya tulisan Amad Sudirman dan memalsukan dan mencatut nama orang lain (nama Ahmad Sudirman), saudara Rokhmawan dan Salafi-nya telah meminta maaf atas kesalahannya itu, maka disini saya memaafkannya. Jangan mengulangi lagi kesalahan itu.

Nah selanjutnya, karena sampai detik ini saudara Rokhmawan masih belum memeberikan jawab atas pertanyaan saya yang menyangkut surat Al-Maidah ayat 44, 45, 47 yang saya formulasikan dalam bentuk pertanyaan, yakni: "Apakah pimpinan Pemerintah RI dari mulai Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati yang telah membentuk lembaga tandingan untuk membuat aturan, hukum, undang-undang disamping aturan, hukum, undang-undang Allah SWT dianggap sebagai bukan kafir, zhalim, dan fasik, padahal tindakan itu bertentangan dengan dasar hukum yang telah diturunkan Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 44, 45, 47 ?".

Sebelum pertanyaan saya yang telah saya ulang-ulang sebelum ini belum dijawab, tidak perlu kita teruskan diskusi ini, karena tidak ada gunanya.

Kemudian, karena saudara Rokhmawan dan Salafi-nya menafikan ayat 44, 45, 47 surat Al-Maidah, dan ada hubungannya dengan pertanyaan saya diatas, maka saya akan bertanya kepada saudara Rokhamawan dan seluruh anggota Salafi, yakni apakah saudara Rokhmawan dan seluruh anggota Salafi yang ada di Negara kafir RI yakin dan percaya dengan sepenuh hati dan menjalankan sepenuh hati tanpa penolakan dan pembangkangan ayat 44, 45, 47 surat Al-Maidah itu ?.

Dimana jawabannya cukup dengan satu kata yaitu ya atau tidak.

Sebelum pertanyaan ini dan sebelum saudara Rokhmawan diskusikan dengan seluruh anggota Salafi di Solo, jangan dulu membuka diskusi lagi.

Sekarang saya akan menjawab apa yang telah ditanyakan oleh saudara Rokhmawan dan Salafi-nya diatas yaitu: "Apakah pernah Rosululloh SAW mengkafir-kafirkan orang islam lainnya dan membicarakan bahwasanya orang islam si A, si B adalah kafir, dlolim, fasyik ?.".

Jawabannya adalah surat Al-Maidah yang diturunkan Allah SWT ketika Haji Wada' pada tahun ke 10 H tahun akhir Rasulullah saw menjalankan Risalahnya di muka bumi ini, yang telah memberikan dasar hukum kepada Rasulullah saw untuk menjalankan ayat 44, 45, 47 surat Al-Maidah ini.

Selama Rasulullah saw memimpin Daulah Islam di Yatsrib tidak ada pembantu-pembantu Rasulullah saw yang sekaligus para sahabat Rasulullah saw yang membentuk lembaga tandingan untuk membuat aturan, hukum, undang-undang disamping aturan, hukum, undang-undang Allah SWT lalu memutuskan perkara tidak berdasarkan pada aturan, hukum, undang-undang yang telah diturunkan Allah SWT sebagaimana yang tercantum dalam surat Al Maidah ayat 44, 45, 47.

Memang tidak ada riwayat Rasulullah saw satupun yang mengkafirkan para sahabatnya atau siapa saja pada saat Rasulullah saw masih hidup dan ketika memimpin Daulah Islam di Yatsrib. Karena memang semua para sahabat dan ummat Islam lainnya tidak ada seorangpun yang membentuk lembaga tandingan untuk membuat aturan, hukum, undang-undang disamping aturan, hukum, undang-undang Allah SWT lalu memutuskan perkara tidak berdasarkan pada aturan, hukum, undang-undang yang telah diturunkan Allah SWT sebagaimana yang tercantum dalam surat Al Maidah ayat 44, 45, 47.

Tetapi sekarang setelah jatuhnya dinasti Usmaniyah di Turki pada tahun 1923. Di Negara kafir RI yang hukum negaranya bersumberkan pada pancasila. Jelas dalam hal ini para pimpinan di Negara kafir RI sangat bertentangan sekali dengan apa yang telah dijalankan dan dicontohkan oleh Rasulullah ketika memimpin Daulah Islam di Yatsrib. Di saat Rasulullah saw memimpin Daulah Islam tidak ada seorang sahabatpun yang membentuk lembaga tandingan untuk membuat aturan, hukum, undang-undang disamping aturan, hukum, undang-undang Allah SWT lalu memutuskan perkara tidak berdasarkan pada aturan, hukum, undang-undang yang telah diturunkan Allah SWT sebagaimana yang tercantum dalam surat Al Maidah ayat 44, 45, 47.

Sedangkan di Negara kafir RI sekarang ini tempat saudara Rokhmawan dan Salafinya hidup, jelas sangat terang-terangan para pimpinan RI, DPR dan MPR telah membentuk lembaga tandingan untuk membuat aturan, hukum, undang-undang disamping aturan, hukum, undang-undang Allah SWT lalu memutuskan perkara tidak berdasarkan pada aturan, hukum, undang-undang yang telah diturunkan Allah SWT sebagaimana yang tercantum dalam surat Al Maidah ayat 44, 45, 47.

Jadi semua yang saya kemukakan disini adalah berdasarkan kepada dasar hukum surat Al-Maidah ayat 44, 45, 47 yang diturunkan Allah SWT ketika Rasulullah saw melakukan Haji Wada' pada tahun 10 Hijrah tahun terakhir Rasulullah saw menjalankan dan menyampaikan Risalahnya.

Karena itu untuk diskusi selanjutnya sebelum topik utama atau awal masalah yang timbul yakni yang menyangkut surat Al-Maidah: 44, 45, 47 belum ada jawabannya dari saudara Rokhmawan dan Salafi-nya, maka tidak perlu saudara Rokhmawan melebarkan kesana-kemari yang tidak ada ujung pangkalnya.

Silahkan diskusikan dulu pertanyaan saya diatas dengan para ustaz Salafi saudara di Solo, sebelum saudara Rokhmawan berdebat lagi dengan Ahmad Sudirman di mimbar bebas ini.

Soal hidup kalian kaum Salafi dalam sistem thoghut pancasila di Negara kafir RI dan dengan menafikan semua ayat-ayat perintah Hijrah dan merobah manhaj Hijrah Rasulullah saw adalah sudah menjadi satu tanda yang tidak bisa kaum Salafi di Negara kafir RI digolongkan kepada yang disabdakan Rasulullah saw "Al-Jama'ah": "Demi jiwaku yang ada ditangan-Nya, umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 akan masuk neraka. Para sahabat bertanya: "Siapa golongan yang selamat ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: "Al-Jama'ah". Diriwayatkan oleh Abu Huroirah, Rasulullah saw bersabda: "Orang-orang Yahudi terbagi dalam 71 golongan atau 72 golongan dan Nasranipun demikian. Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan." (Tirmidzi 2564, Kitab Ul-Imaan). Dalam kitab sharh dari Tirmidzi, Imam Ahwazi berkata: "Penjelasan dari hadits ini, bahwa hadits ini berasal dari Abdullah bin Amru, bahwa semua dari golongan itu masuk neraka dan satu golongan yang masuk surga dan satu golongan ini adalah yang mengikuti Rasulullah saw. Golongan yang selamat itu adalah Ahlu Sunnah Wal Jama'ah."

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Wed, 14 Jul 2004 23:13:02 -0700 (PDT)
From: rohma wawan rokh_mawan@yahoo.com
Subject: Itu Bapak Ahmad Sudirman cs Lebih Lugu Dari Pada Anak SD
To: ahmad@dataphone.se
Cc: om_puteh@hotmail.com, narastati@yahoo.com, JKamrasyid@aol.com, mubasysyir@plasa.com, dityaaceh_2003@yahoo.com, yuhe1st@yahoo.com, mr_dharminta@yahoo.com, habearifin@yahoo.com, editor@jawapos.co.id, suparmo@tjp.toshiba.co.jp, siliwangi27@hotmail.com, sea@swipnet.se, solopos@bumi.net.id, Padmanaba@uboot.com, kompas@kompas.com, mitro@kpei.co.id, yusrahabib21@hotmail.com, imarrahad@eramuslim.com, webmaster@detik.com, waspada@waspada.co.id, redaksi@waspada.co.id, redaksi@satunet.com

Assalamu'alaikum Wr.Wb
Bismillahirrhmaanirrohiim

Itu Bapak Ahmad Sudirman cs Lebih Lugu Dari Pada Anak SD

Bapak Ahmad Sudirman yg kami hormati, bapak mulai bosan bin jengkel ya dengan komentar saya terbukti bapak belum segera mengomentari kami secara langsung. Malah bapak menampilkan tulisan sdr M.Al-Kubro. Anda Al-Kubro kalau mengomentari itu di pikir yang masak-masak dulu. Apa yang akan di tulis di cerna dulu jangan tergopoh-gopoh. Semua umat islam akan mengetahui betapa lugunya anda dan ternyata anda tida mengetahui sejarah Rosululloh SAW.

M.Al-kubro menuliskan : "Dijaman Rasululah saw belum ada orang yang mengaku Islam hidup dalam system Thaghut dan membela pemimpin-pemimpin Thaghut (baca Rokhmawan cs). Bagaimana mungkin Rasulullah saw mengkafirkan mereka, sedangkan realitanya belum ada. Betapa lugunya kamu, sama lugunya dengan Gusdur. Yang mengkafirkan Sukarno, Suhartoisme dan semua orang-orang yang bersekongkol dalam system Thaghut Pancasila adalah Allah SWT sendiri melalui Surah Al-Maidah ayat 44, 45 dan 47".

Sekali lagi anda jangan menulis komentar seenaknya sendiri. Siapa yang bilang umat islam pada jaman Rosululloh SAW dulu belum ada system toghut ?. Anda itu jangan hanya membicarakan pada saat kejayaan umat islam. Memang pada saat kejayaan umat islam atau dengan kata lain Rosululloh SAW telah berhasil mengemban tugas sebagai khilafah fil ardli, tidak itu sistem toghut di bangsa arab dulu. Perlu di ketahui bahwa islam/ketauhidan sudah ada sejak nabi Adam 'Alaihi Salam. Kemudian ketika Nabi Muhammad SAW di lahirkan ke dunia ini , setelah beliau dewasa pada usia 40 maka beliau diangkat menjadi Rosululloh dan merupakan khotamun ambiya'. Nah apakah ketika beliau SAW masih berdakwah di makkah yang pada waktu itu dipimpin oleh kafir quraisy seperti Abu Jahal dan Abu Lahab ini tidak dikatakan Sistym Toghut ?. Sdr Al-kubro,
Bapak Ahmad cs anda jangan mengada-ada dengan cerita anda sendir ( memangnya saya ini anak SD yang mudah di cekoki sejarah Nabi SAW versi M.Al-kubro ).

Anda salah besar sekali pada saat Rosululloh SAW berdakwah di Makkah dengan cara sembunyai-sembunyi, maka yang pertama-tama masuk islam dan mengakui ke nabian beliau adalah Siti Khodijah R.ha yang tak lain adalah istrinya Rosululloh SAW, kemuadian setelah itu di ikuti oleh Abu Bakar Ash-Shidiq Ra. Nah apaka pada saat itu di makkah sudah ada itu pemerintahan islam ?

Apakah Rosululloh SAW mengkafir-kafirkan sahabat-sahabatnya yang pada saat itu yang menjadi pemimpin di makkah adalah Abu Jahal ?. Jawabannya jelas sekali tidak pernah sekalipun, bahkan ketika beliau berhijrah ke Madinah dan berhasil mendirikan DIR Madinahnya apakah orang islam yang masih tinggal di Makkah di anggap kafir, dlolim, fasyik hanya karena mereka masih di pimpin Abu Jahal dll ?. Sebenarnya jawaban ini pernah di sampaikan saya dari Bapak Ahmad Sudirman melalui email pribadi dan di tampilkan di situsnya www.ahmad.swaramuslim.net Dan Bapak Ahmad pun dengan NII Kartosuwiryonya tidak setuju kalau semua orang islam di RI di anggap kafir maka oleh karena itu dengan adanya seorang yang menjadi imam NII ( Abdul Fatah Wiranggapati ), NII mulai di jaharkan dan terbuka untuk umum sehingga orang islam di luar NII dan di dalam NII adalah sama yaitu sama-sama islam. Tetapi sayangnya Bapak Ahmad ini justru perkataannya tidak menentu, kadang ke sana, kadang ke sini dengan kata lain kata-kata Bapak Ahmad tidak bisa dipegang.

Mengenai komentar Bapak Ahmad kpd saya yang mengatakan bahwasanya Rokhmawan dalam berdiskusi tidak disertai dengan Nash yg kuat. Sebenarnya saya sudah pernah menyampaikan komentar saya kpd Bpk Husaini Daud cs (Bapak Ahmad baca lagi komentar-komentar say).

Yang jelas percuma saja saya menyodorka dalil aqli, dalil naqli (Al-qur'an dan Al-Hadits) yang kuat kalau bapak tetap menyanggahnya juga. Bukankah Tingkatan-tingkatan syurga menurut Ibnu Qoyyim yang lalu itu sudah cukup menjadi dasar yang kuat bahwasanya orang yang berbuat dosa baik dosa besar maupun dosa kecil tidak dikatakan kafir. Disana banyak di temukan dalil-dalil yang shohih baik dalil aqli, nash Al-qur'an maupun Hasdist yang Shohih. Tetapi karena memang Bapak Ahmad ini tidak mau mengambil pelajaran dari apa yang di tulisnya maka walaupun seribu dalil yg kuat pun tetap akan disanggahnya.

Bapak Ahmad Sudirman bilang saja kalau anda ini memang yang susah di atur oleh islam yang syammil ini.

Bapak Ahmad ini sangat lucu sekali, jelas sekali bapak Ahmad tinggal di Negara swedia yang mayoritas masyarakatnya adalah kafir/non islam, apa bapak mau di katakana kalau bapak juga kafir, dlolim, fasyik ?. Tidak mungkin bapak bisa berhukum dengan hukumnya Alloh secara kaffah, memangnya bapak bisa menerapkan itu hukum potong tangan, rajam di negara sekuler swedia sana ?. Jelas sekali tidak bisa, jangankan di swedia, di negara-negara yang mayoritas masyarakatnya islampun sedikit yang bisa berhukumkan dengan hokum Alloh SWT bahkan mungkin tidak/belum ada. Ini bisa terjadi karena apa ? karena umat islam di dunia ini mayoritas masih terjajah oleh pemikiran toghut. Apakah mereka semua orang islam di dunia ini yang masih
berhukumkan dengan hokum selain hokum Alloh SWT juga dikatakan kafir, dlolim, fasyik?. Kalau bapak menjawab iya berarti bapak sendiri juga kafir. Lucu sekali khan masak maling teriak maling ( pencuri teriak pencuri).

Justru bapak yang seharusnya urus diri sendir, keluarga, masyarakat di swedia sana, agar di negara tsb mayoritas penduduknya islam. Pak Ahmad, masih mending keadaan kami( Manhaj Salafi dll ) walaupun pemerintahan kami merupakan pemerintahan tandingan Alloh SWT namun kami semua masih hidup berdampingan dengan penduduk yang mayoritas islam dari pada Bapak Ahmad yang hidup di swedia dengan pemerintahan toghutnya dan mayoritas masyarakatnya non islam, padahal Rosululloh SAW menganjurkan kepada kita agar hidup berdampingan dengan orang-orang islam (berkumpul dengan orang-orang sholeh).

Pada saat Rosululloh SAW isro' mi'roj, beliau melihat seseorang di neraka yang menggunting lidahnya sendiri. Maka Rosululloh SAW bertanya kepada jibril, mengapa mereka bisa demikian ?. Jibrilpun menjawab, dia adalah mubaligh/ustadz dari kalangan umatmu tetapi tidak mau mengamalkan apa yang di ucapkannya ?. Bapak Ahmad dengan susah payahnya anda menginginkan tegaknya negara islam di Indonesia ini dengan cara mengkafirkan umat islam di dalamnya, sejauh mana bapak menegakkan syariat islam di swedia sana ?. Pak Ahmad tegurlah itu pemerintahan swedia agar segera mau masuk islam dan segera mendirikan negara islam. Lewat artikel yang bapak kirimkan kepada seseorang anggota milis ini, bapak mengatakan kalau bapak mulai mendakwahkan islam ke masyarakat islam di swedia sana, menjadi ustadz, meninggalkan produk swedia dll. Kalau hanya itu kami semua umat islam yang perduli dengan keadaan umat islam di Indonesia dan di dunia ini lebih dari apa yang bapak lakukan terhadap masyarakat swedia.

Kemudian Bapak tidak pernah berdiskusi dengan baik melawan Rokhmawan semenjak bapak mengamini itu Bpk Husaini Daud yang telah mengkafir-kafirkan umat islam si A, si B (ingat cirri-ciri kaum khowarij), terbukti dalam komentar bapak tidak pernah menyinggung apa yang saya tuliskan kepada bapak kecuali hanya sedikit sekali. Padahal kalau Bapak Ahmad berdebat melawan Sdr Sumitro cs pasti hampir setiap alinea yg di tulisnya selalu bapak luruskan dengan argumen bapak. Kemudian mana ada itu permintaan maaf dari bapak Ahmad atas tuduhannya kpd Manhaj kami, padahal saya sudah minta maaf kalau saya mencatut nama bapak Ahmad. Ini salah satu cirri ulama syiah dalam berdebat ( tidak mau minta maaf )

Wallohu'alam bi showab

Wassalaam

Rokhmawan Agus Santosa

rokh_mawan@yahoo.com
rokh-mawan@plasa.com
solo, jateng, Indonesia
----------