Stockholm, 2 Juli 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SUMITRO TAK ADA GUNA IKUTI ROKHMAWAN DENGAN SHALAFINYA TUNGGANGI RI MENJAJAH ACHEH
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

SUMITRO TIDAK ADA GUNANYA MENGKUTAK-KATIK AYAT 44, 45, 47 SURAT AL-MAIDAH KALAU SAUDARA MASIH TETAP MENDUKUNG SUMBER HUKUM PANCASILA YANG DIPAKAI RI YANG MENJAJAH NEGERI ACHEH

"Terus terang saya sangat sedih karena penggunaan ayat-ayat yang tidak muktamad ini dilakukan secara meluas oleh kumpulan atau bangsa pembangkang terutama dalam ceramah dan internet. Pokoknya penggunaan ayat-ayat al-Quran secara tidak tepat ini sudah menjadi satu fenomena yang membimbangkan kerana ada keghairahan di kalangan orang-orang tertentu yang bukan ahli dalam
bidang agama mahu berhujah dengan ayat-ayat al-Quran. Yang anehnya orang yang menggunakan ayat-ayat al-Quran secara tidak tepat ini bukan saja orang yang bukan ahli dalam bidang agama, tetapi ada juga mereka yang pernah mendapat pendidikan agama secara formal termasuk yang bergelar ustaz dan ulama. Sebenarnya kita perlu mengambil tahu tentang kaedah memahami hukum-hakam yang terkandung dalam al-Quran agar tidak mudah tertipu dan terpedaya serta menganggap ayat-ayat yang dibaca oleh orang-orang tertentu tepat atau tidak dengan maksud dan hukum yang akan dijatuhkan kepada perkara-perkara yang dibincangkan." (Sumitro mitro@kpei.co.id ,Fri, 2 Jul 2004 13:20:46 +0700)

Baiklah saudara Sumitro di Jakarta, Indonesia.

Saudara Sumitro saudara salah seorang rakyat Negara Pancasila yang hukum negaranya bersumberkan kepada pancasila, yang tidak mengakui hukum Islam, dan sebagian besar pimpinan dan orang-orang partai politiknya tidak menghendaki syariat Islam diterapkan di RI.

Itu sudah saya berulang kali menuliskannya di mimbar bebas ini bahwa dasar hukum surat Al-Maidah ayat 44, 45, dan 47 yang telah ditetapkan Allah SWT yang diberlakukan kepada kaum Yahudi (ayat 44, 45) , dan Nasrani (ayat 47), tetapi oleh Al Qur'an dibenarkan dan tidak dimansukhkan, maka syariat untuk kaum Yahudi dan Nasrani itu berlaku kepada kaum muslimin juga. Dan seluruh ulama berhujjah dengan ayat-ayat ini. Sebagaimana yang ditafsirkan oleh Hasbi Ash Shiddieqy(Al-Bayaan, Bag. 1, hal. 412)

Jadi, itu Al-Qur'an telah membenarkan hukum yang ada dalam Taurat dan Injil harus diikuti dan dijalankan oleh para pengikutnya. Nah Al-Qur'an itu telah membenarkan dan tidak memansukhkan, maka itu syariat yang dikenakan kepada kaum Yahudi dan kaum Nasrani juga berlaku bagi kaum muslimin yang telah diberikan kitab Al-Qur'an.

Sekarang, di Negara sekular pancasila yang sumber hukumnya pancasila ini jelas tidak mengakui itu hukum Islam. Hukum Islam itu tidak berlaku di Negara Pancasila ini. Jika para pimpinan Negara RI ini memutuskan sesuatu dan membuat hukum bukan didasarkan kepada hukum yang datang dari Allah, maka menurut sudut pandang pancasila tidak ada pengaruh apa-apa. Tidak mereka dinamakan kafir, zhalim, dan fasik.

Tetapi, kalau dilihat dari sudut Islam, dimana para pemimpin Negara RI yang hukum negaranya bersumberkan kepada pancasila itu mengaku beragama Islam, kemudian ketika menentukan dan membuat hukum bukan berdasarkan kepada dasar hukum dan sumber hukum yang datang dari Allah, maka menurut ayat 44, 45, dan 47 surat Al-Maidah para pemimpin tersebut termasuk kafir, zhalim, fasik.

Jelas, para pimpinan Negara RI ini memang tidak menghendaki itu diberlakukan syariat Islam. Lebih baik bagi mereka dasar hukum sekular sperti pancasila ini. Tidak ada sangsi hukum di akherat kalau melanggar sumber hukum pancasila.

Karena menurut mereka agama hanyalah untuk pribadi, dirumah dan dalam upacara-upacara tertentu saja. Tetapi, jangan diterapkan hukum-hukumnya dalam masyarakat, pemerintah dan negara.

Jadi, saudara Sumitro tidak ada gunanya saudara mengikuti saudara Rokhmawan dengan Shalafi-nya yang tidak secara terang-terangan dan tegas menyatakan ketidak setujuan terhadap dasar negara dan dasar hukum negara yang bersumberkan kepada pancasila.

Mana itu saudara Rokhmawan dengan Shalafinya siap mengatakan kepada para pimpinan RI untuk merobah dan menjadikan Islam sebagai sumber hukum di negara RI ini. Saya belum mendengar itu saudara Rokhmawan dan Shalafi-nya berbicara secara tegas mengatakan perlunya pancasila itu diganti dengan Islam karena bertentangan dengan apa yang dianut oleh kaum Shalafi sendiri.

Termasuk juga itu saudara Sumitro. Mana ada suara saudara Sumitro yang menentang terhadap pancasila, paling enggeh enggeh saja kepada itu para pimpinan RI yang lebih senang hidup bernegara diatas dasar butiran-butiran pancasila hasil kutak-katik Soekarno.

Jadi saudara Sumitro, tidak perlu saudara mengkutak-katik itu dasar hukum yang sudah jelas dan tegas diterangkan dalam Al Quran itu.

Saudara Sumitro, rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila akan terus berjuang membebaskan Negerinya dari pendudukan dan penjajahan RI. Saudara yang terus mendukung dan menyokong para penerus Soekarno untuk tetap menduduki dan menjajah Negeri Acheh, tidak akan membantu dengan cara mengkutak-katik ayat-ayat Al-Quran kalau di Negara Pancasila itu sendiri hukum Islam tidak diakui.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Fri, 2 Jul 2004 13:20:46 +0700
From: Sumitro mitro@kpei.co.id
To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, Serambi Indonesia serambi_indonesia@yahoo.com>, Aceh Kita <redaksi@acehkita.com>, ahmad jibril <ahmad_jibril1423@yahoo.com>, balipost <balipost@indo.net.id>, waspada <newsletter@waspada.co.id>, PR <redaksi@pikiran-rakyat.com>, Pontianak <editor@pontianak.wasantara.net.id>, Hudoyo <hudoyo@cbn.net.id>, JKT POST <jktpost2@cbn.net.id>, Redaksi Detik <redaksi@detik.com>, Redaksi Kompas redaksi@kompas.com
Cc: rokh_mawan@yahoo.com, ahmad@dataphone.se
Subject: RE: ROKHMAWAN GALI LAGI ISLAM SAMBIL LURUSKAN PARA PIMPINAN NEGARA PANCASILA

Saudara Ahmad CS.......

Kalau berbicara mengenai Al Qur'an maka AYAT-ayat al-Qur'an yang umum, tidak jelas dan mempunyai pelbagai makna yang dipanggil tidak qati'iyyah adalah atau tidak muktamad sering digunakan orang-orang tertentu untuk menghukum Negara atau kerajaan sebagai tidak Islam atau kafir.

Terus terang saya sangat sedih karean Penggunaan ayat-ayat yang tidak muktamad ini dilakukan secara meluas oleh kumpulan atau bangsa pembangkang terutama dalam ceramah dan internet. Pokoknya penggunaan ayat-ayat al-Quran secara tidak tepat ini sudah menjadi satu fenomena yang membimbangkan kerana ada keghairahan di kalangan orang-orang tertentu yang bukan ahli dalam
bidang agama mahu berhujah dengan ayat-ayat al-Quran.

Yang anehnya orang yang menggunakan ayat-ayat al-Quran secara tidak tepat ini bukan saja orang yang bukan ahli dalam bidang agama, tetapi ada juga mereka yang pernah mendapat pendidikan agama secara formal termasuk yang bergelar ustaz dan ulama.

Sebenarnya kita perlu mengambil tahu tentang kaedah memahami hukum-hakam yang terkandung dalam al-Quran agar tidak mudah tertipu dan terpedaya serta menganggap ayat-ayat yang dibaca oleh orang-orang tertentu tepat atau tidak dengan maksud dan hukum yang akan dijatuhkan kepada perkara-perkara yang dibincangkan.

Umpamanya seseorang membincangkan mengenai hukum hudud, sedangkan dia berhujah dengan ayat yang menyebut perkataan al-hudud. Ayat itu sebenarnya tidak ada kaitan dengan hukum hudud yang bermaksud hukuman potongan tangan dan rejam yang tidak dilaksanakan pada zaman Rasulullah s.a.w dan Khulafa Rasyidun itu. Sebaliknya maksud al-hudud itu ialah batasan atau segala suruhan dan larangan agama yang umum.

Para pembaca perlu faham dengan baik tentang kaedah untuk memahami hukum-hakam yang terkandung dalam al-Quran ini. Jika kita dapat memahami kaedah ini, insya-Allah kita akan dapat mengenali sedikit sebanyak sama ada ayat yang diguna dan dihujahkan oleh orang-orang tertentu itu tepat atau tidak.

Kaedah itu secara mudahnya diuraikan seperti berikut: Setiap kali kita membaca al-Quran atau mendengar orang lain membacanya, kita perlu mengetahui apakah ia ayat yang muktamad atau tidak.

Jika ia ayat muktamad, maka wajiblah kita mengguna pakainya sebagai hukum tanpa boleh berbelah-bahagi, mempertikai dan memilih. Contoh ayat berkenaan ialah ayat-ayat yang membincangkan tentang pelbagai ibadat yang wajib seperti sembahyang, puasa, zakat dan lain-lain ibadat yang wajib. Contoh ayat yang tidak muktamad pula ialah ayat-ayat yang umum, tidak jelas dan mempunyai banyak maksud seperti kebanyakan ayat yang membincangkan tentang politik, ekonomi, sosial dan lain-lain perkara yang berkaitan dengan urusan kehidupan kita.

Di antara ayat-ayat yang tidak muktamad yang sering digunakan oleh orang-orang tertentu secara tidak tepat ialah ayat 44 daripada surah al-Maidah: Dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir.
Ayat ini boleh dikategorikan sebagai ayat yang membincangkan tentang politik dan agama sekali gus untuk tujuan menghentam suatu Negara, ayat ini digunakan oleh golongan tertentu sebagai bukti bahawa Negara tidak melaksanakan hukum yang diturunkan oleh Allah. Maka ia dianggap kafir.

Bahkan saya berpendapat bahwa penggunaan ayat secara tidak tepat seperti ayat 44 daripada surah al-Maidah itu oleh mereka yang mendakwa atau didakwa menjadi ustaz yang berdialog dalam beberapa majlis ceramah. Hal ini juga terlihat pada apa yang di sampaikan oleh saudara Ahmad CS yang banyak orang menganggap ( terutama para anggota GAM ) si Ahmad CS ini sebagai ustaz ( tetapi sebenarnya beliau hanya guru agama anak2 ) yang telah menggunakan ayat ini berdialog dengan saudara rokh mawan. Bagi saya sebaiknya Ahmad CS harus memberikan jawaban atau pendapat yang berhubungan dengan ayat 44, 45, dan 47 Surah Al- Maidah janganlah sepotong-sepotong, cobalah baca sambungan ayat 44 daripada surah al-Maidah itu, iaitu ayat 45 dan 47. Ayat 45 itu bermaksud: dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim, manakala ayat 47 pula bermaksud: dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. Membaca ayat 44 surah al-Maidah dan memberi erti yang bersifat hukum
sedemikian tidak tepat. Maksud tidak berhukum dengan hukum Allah dalam ayat-ayat berkenaan mempunyai tiga hukum iaitu kafir, zalim dan fasik.

Inilah yang dipanggil ayat tidak jelas dan mempunyai banyak maksud yaitu tidak muktamad dan tidak qati'iyyah ad-dalalah. Selain itu, ayat-ayat tersebut pula diturunkan ke atas kaum Yahudi dan tidak diturun ke atas orang Islam. Cuba perhatikan ketiga-tiga ayat itu sepenuhnya.

Dalam ayat al-Maidah: 44 Allah berfirman: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat, yang mengandungi petunjuk dan cahaya yang menerangi; dengan kitab itu nabi-nabi yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendeta-pendetanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula
adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). Oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepada-Ku (dengan menjaga diri daripada melakukan maksiat dan patuh akan perintah-Ku); dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia); dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir.Dalam ayat al-Maidah: 45 Allah berfirman: Dan kami telah tetapkan atas mereka di dalam kitab Taurat itu, bahawa jiwa dibalas dengan jiwa, dan mata dibalas dengan mata, dan hidung dibalas dengan hidung, dan telinga dibalas dengan telinga, dan gigi dibalas dengan gigi, dan luka-luka hendaklah dibalas (seimbang). Tetapi sesiapa yang melepaskan hak membalasnya, maka menjadilah ia penebus dosa baginya; dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Dalam ayat al-Maidah: 47 pula Allah berfirman: Dan hendaklah ahli kitab Injil menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah di dalamnya; dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.

Jadi hanya dengan memerhatikan kepada maksud sepenuh ketiga-tiga ayat itu dapat kita mengetahui bahawa ia tidak muktamad kerana ayat itu diturunkan ke atas kaum Yahudi di mana hanya perlu mengambil iktibar saja. Cuba kita perhatikan sedikit lagi apa kata Rasulullah, para sahabat, tabii dan ulama tentang ayat-ayat itu.

Dalam beberapa hadis yang diriwayat oleh Muslim, Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'i dan lain-lain ada menyebut bahawa Rasulullah s.a.w telah melihat orang Yahudi dikenakan hukuman dengan dicoreng muka dan dipukul. Lalu baginda bertanya apakah salah orang Yahudi itu? Mereka menjawab, orang Yahudi itu telah berzina. Lalu baginda berkata, apakah ini hukumnya dalam kitab kamu? Mereka menjawab, ya.

Bagaimanapun, Rasulullah tidak percaya. Lalu baginda menyuruh panggil seorang ulama mereka dan menuntutnya membaca hukum dalam kitab Taurat. Ulama Yahudi itu dengan terus terang berkata bahawa hukum dalam Taurat tidak begitu terhadap penzina kerana hukum sebenarnya ialah rejam. Ulama Yahudi itu berkata, jika bukan Rasulullah s.a.w yang bertanya tentang perkara itu,
dia akan berdiam diri saja dan tidak akan menceritakan hukum yang sebenar.

Ulama Yahudi itu bercerita bahawa hukum yang ringan itu dilaksanakan kerana perzinaan sangat berleluasa di kalangan golongan bangsawan. Maka dengan itu dikenakan hukuman yang ringan itu.
Mendengar keterangan ulama Yahudi yang jujur itu Rasulullah menyeru kepada Allah: Ya Allah! Akulah yang mula-mula menghidupkan kembali perintah Engkau yang telah mereka matikan.

Bagaimanapun, para sahabat, tabii dan ulama berbeza pandangan mengenai hukum yang dikenakan ke atas Yahudi mesti dikenakan ke atas orang Islam atau tidak. Malah mereka juga berbeza pandangan tentang hukum orang yang tidak berhukum dengan ketiga-ketiga hukum iaitu kafir, zalim dan fasik sebagaimana tersebut dalam ayat-ayat al-Quran di atas.

Abdullah bin Abbas berpendapat ayat-ayat berkenaan diturun kepada Ahlul Kitab dan kepada orang Islam sekali gus. Cuma Ibn Abbas pula berpendapat bahawa hukum kafir itu bukan mencapai hukum kafir syirik, hukum zalim bukan mencapai hukum zalim syirik dan hukum fasik bukan mencapai hukum fasik syirik.

Asy-Sya'abi berpendapat bahawa ayat pertama dan kedua diturunkan kepada kaum Yahudi dan ayat ketiga diturunkan kepada kaum Kristian. Said bin Jubair pula berpendapat bahawa ketiga-tiga ayat itu diturunkan kepada kaum Yahudi dan orang Islam sekali gus. Manakala para ulama pula seperti bekas Syeikh al-Azhar Syeikh Mahmd Shaltut berpendapat bahawa kebanyakan mereka menganggap yang dianggap kafir itu ialah kafir amali (perbuatan) dan bukan kafir iktikadi (pegangan) kecuali jika seseorang itu beriktikad bahawa hukum Allah itu tidak betul dan tidak
sesuai.

Sebahagian kecil ulama pula berpegang dengan zahir ayat-ayat tanpa mentakwil iaitu kerana luaran ayat-ayat itu menyebut hukum kafir, zalim dan fasik, maka mereka menghukum orang yang tidak berhukum dengan hukum Allah adalah kafir, zalim dan fasik.

Seorang aktivis al-Ikhwan al-Muslim yang dikenakan hukum gantung oleh Presiden Gamal Abdel Nassir, Abdul Qadir Audah menyokong pandangan ulama kategori ini. Perlu dijelaskan bahawa jika berlaku perbezaan pandangan di kalangan ulama terhadap sebarang hukum yang tidak jelas dalam al-Quran, maka hukum berkenaan tidak dianggap muktamad.

Demikian dan semoga bermanfaat.

Wassalam.

Sumitro

mitro@kpei.co.id
Jakarta, Indonesia
----------