Stockholm, 19 Juni 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SWEDIA TV & DAGENS NYHETER: TERSANGKA PEMIMPIN GAM DIBEBASKAN
Swedia TV & Stefan Lisinski
Stockholm - SWEDIA

 

TERSANGKA PEMIMPIN GAM DIBEBASKAN

Dua Pemimpin Gerakan Acheh Merdeka yang ditahan karena pelanggaran hukum internasional dibebaskan hari ini, 18 Juni 2004 oleh Pengadilan Huddinge. Bukti tidak cukup untuk menahan mereka.

"Keputusan yang adil. Semua yang dituduhkan kepada kami adalah bohong. Kami berjuang dengan cara damai", kata Zaini Abdullah.

Penyidikan terus berjalan. Menurut Juru Bicara GAM Pemimpin GAM dituduh antara lain membakar bangunan sekolah.

Ketua Jaksa Penuntut Tomas Lindstrand mengatakan bahwa semua sangkaan didasarkan kepada sumber bukti dari Swedia dan Indonesia, dan ia masih tetap percaya pada sumber-sumber bukti tersebut.

GAM di Swedia memiliki 50 anggota. Kebanyakan dari mereka hadir di Pengadilan Huddinge ketika keputusan pembebasan dibacakan. Mereka menggandeng kedua Pemimpin GAM itu sambil mengangkat bendera GAM ketika berpose didepan kamera tv.

Semua dibebaskan.

Zaini Abdullah dan Malik Mahmud ditahan atas alasan peculikan dan pembakaran yang merupakan pelanggaran hukum internasional. Pelanggaran hukum itu menurut Jaksa Penuntut dilakukan pada saat tahun terakhir ini di daerah Distrik Botkyrka, di Stockholm Selatan. Semua penyidikan dilakukan dengan sangat rahasia.

Advokat Peter Althin, sebagai pembela Zaini Abdullah, mengungkapkan bahwa Zaini Abdullah tersangka karena dari Swedia, perencanaan atau instruksikan diberikan untuk dijalankan di Acheh.

Zaini Abdullah dan Malik Mahmud sekarang bebas, begitu juga Presiden Hasan di Tiro yang sedang sakit. Walaupun mereka telah dibebaskan, tetapi sangkaan terhadap mereka bertiga masih tetap ada.

"Permainan Politik"

"Saya tidak bisa mengatakan bukti-bukti yang mana, karena penyidikan masih terus berlangsung. Semua sangkaan didasarkan pada sumber bukti dari luar. Saya percaya pada semua bukti yang diterima dan telah diteliti secara mendalam", kata Ketua Jaksa Penuntut Tomas Lindstrand.

Advokat Leif Silbersky sebagai pembela Malik Mahmud menyatakan bahwa sangkaan itu adalah satu permainan politik.

"Bukti yang dituduhkan kepada Malik Mahmud sangat tipis. Kami tidak mau pengadilan politik di Swedia. Pengadilan di Swedia tidak dibenarkan diatur oleh masukan dari pemerintah asing", kata Sibersky.

Advokat Peter Althin membenarkan.
"Pengadilan menunjukkan keberanian dengan membebaskan Zaini Abdullah. Tidak ada bukti-bukti untuk dijadikan alat penetapan keputusan penahanan", katanya.

GAM berjuang untuk kemerdekaan Acheh, Propinsi yang terletak disebelah utara Sumatara yang kaya minyak.

Pemerintah Indonesia menganggap bahwa GAM adalah gerakan teroris dan telah begitu intesif berhubungan dengan Pemerintah Swedia agar supaya bisa menangkap Pemimpin GAM di Swedia. ( http://svt.se/svt/jsp/Crosslink.jsp?d=1804&a=223375 )
----------

Kedua Pemimpin GAM dibebaskan.
Stefan Lisinski, Dagens Nyheter.

Kedua Pemimpin GAM dibebaskan pada hari Jumat, 18 Juni 2004. Pengadilan Huddinge, pertama memutuskan bahwa tidak ada alasan untuk menahan Zaini Abdullah. Pada saat itu juga Ketua Jaksa Penuntut Tomas Lindstrand memutuskan akan membebaskan Malik Mahmud.

Ketika Zaini Abdullah, yang juga sebagai Menteri Luar Negeri GAM, dibawa masuk kedalam sidang, ia mengucapkan salam kepada para anggota GAM yang hadir di ruangan sidang.

Tomas Lindstand menyatakan bahwa kedua tersangka pada tahun 2003 dan 2004 telah melakukan pelanggaran hukum internasional di Botkyrka. Yakni penculikan dan pembakaran yang dilakukan di provinsi Acheh, Indonesia. GAM melakukan perjuangan angkat senjata untuk kemerdekaan Acheh dari Indonesia.

Tomas Lindstrand meminta jalannya perundingan dibalik pintu tertutup, tetapi Zaini Abdullah menolaknya.

"Ia tidak ada yang disembunyikan", kata advokatnya Peter Althin.

Hakim Lars Tomth memutuskan perundingan dilakukan secara tertutup. Perundingan berlangsung dua setengah jam, yang tidak biasa terjadi dalam hal perundingan untuk penahanan. Setelah itu Lars Tomth memberitahukan bahwa Zaini Abdullah tidak dinyatakan bersalah dalam pelanggaran hukum internasional dan ia akan segera dibebaskan.

Zaini Abdullah segera dibebaskan dan dirangkul oleh para anggota GAM yang gembira.
Peter Althin menyatakan bahwa ia tidak heran atas keputusan pembebasan itu.

"Bukti yang sebagian besar adalah dari sumber luar. Dalam hal pelanggaran hukum yang berat ini, Pengadilan menyatakan bahwa bukti-bukti itu tidak cukup untuk dijadikan sebagai dasar menyatakan tersangka", kata Peter Althin.

Kemudian giliran Malik Mahmud. Ia adalah Perdana Menteri GAM yang dibela oleh Leif Silbersky. Ia dianggap tersangka sama seperti Zaini Abdullah.

Karena gagal dalam perundingan pertama, maka dengan segera Tomas Lindstrand menyatakan bahwa Malik Mahmud tidak akan terus ditahan, dan segera dibebaskan. Para anggota GAM merasa gembira.

Tomas Lindstrand mengatakan kepada Dagens Nyheter bahwa kedua orang yang dibebaskan itu masih tetap dianggap tersangka dan penyidikan akan terus berlangsung. Begitu juga Presiden GAM Hasan Tiro yang berusia 80 tahun tetap masih dianggap tersangka.

Tomas Lindstrand tidak mau menceritakan alasan apa yang sebenarnya yang dilakukan oleh mereka yang tersangka itu, hanya tuduhan-tuduhannya yang menyatakan bahwa mereka menyetir aksi-aksi dari Botkyrka. Tomas Lindstrand menyatakan bahwa ia pernah ke Indonesia dan meminta bantuan hukum dari pihak Kepolisian Indonesia.

"Kami telah meminta bantuan hukum setelah kami melakukan pemeriksaaan dari orang-orang disana. Tidak ada Polisi asing yang ikut terlibat dalam penyidikan kami ini."

Tomas Lindstrand menyatakan juga bahwa ia meluluskan permintaan dari pihak Kepolisian Indonesia tentang bantuan hukum. Dimana artinya bahwa mereka mau ikut memeriksa, sedikitnya terhadap salah seorang dari yang tersangka itu.

Malik Mahmud menyatakan kepada DN bahwa Polisi Indonesia ingin memeriksa dirinya, tetapi ia menolak menjawab pertanyaan mereka.

"Ini adalah tipe mentalitas mereka. Mereka berpikir di sini sama seperti di Indonesia. Padahal ini adalah Swedia. Tidak ada negara lain yang punya hak untuk menginterogasi saya"

Stefan Lisinski

Dagens Nyheter
Stockholm, Swedia
----------

http://www.dn.se/DNet/jsp/polopoly.jsp?d=147&a=278630&previousRenderType=1
Uppdaterad 18 juni 2004 13:49

Bada GAM-ledarna släppta

De tva anhallna ledarna för separatiströrelsen GAM släpptes pa fredagen. Huddinge tingsrätt bestämde först att det inte fanns skäl att häkta Zaini Abdullah. Da bestämde chefsaklagare Tomas Lindstrand att även Malik Mahmud skulle friges.

När Zaini Abdullah, som fungerar som GAM:s utrikesminister, leddes in i rättsalen hälsade han pa alla sina anhängare som hade samlats. Tomas Lindstand menade att de tva misstänkta under 2003 och 2004 hade begatt folkrättsbrott i Botkyrka. Närmare bestämt handlade det om människorov och mordbrand som skulle ha utförts i indonesiska Aceh-provinsen. GAM för en väpnad kamp för att Aceh ska bli självständigt fran Indonesien.

Tomas Lindstrand begärde förhandlingar bakom stängda dörrar, vilket Zaini Abdullah motsatte sig

-Han har inget att dölja, förklarade hans advokat Peter Althin.

Radman Lars Tomth beslutade dock om stängda förhandlingar. Dessa pagick sedan i tva och en halv timme, vilket är ovanligt lang tid för en häktningsförhandling. Därefter meddelade Lars Tomth att Zaini Abdullah inte var skäligen misstänkt för folkrättsbrott och att han skulle försättas pa fri fot.

En rörd Zaini Abdullah släpptes omedelbart och överlyckliga anhängare kramade om honom.
Peter Althin förklarade att han inte var förvanad över beslutet.

-Bevisen var mest utländska uppgifter. När det gäller sa allvarliga brott och domstolen konstaterar att det inte ens räcker till skälig misstanke sa förstar alla att det inte fanns mycket, säger han.

Sedan var det Malik Mahmuds tur. Han är GAM:s premiärminister och försvarades av Leif Silbersky. Han är misstänkt för exakt samma sak som Zaini Abdullah.

Efter att ha misslyckats med den första häktningen meddelade Tomas Lindstrand att han inte längre begärde Malik Mahmud häktad och även han blev omedelbart fri. Anhängarna var nu överlyckliga.

Tomas Lindstrand säger till DN att bada de frisläppta männen fortfarande är misstänkta och att polisutredningen fortsätter. Även GAM:s president, 80-arige Hasan di Tiro, är fortfarande misstänkt. Han blev dock aldrig frihetsberövad pa grund av svag hälsa.

Tomas Lindstrand vill inte berätta exakt vad de misstänkta ska ha gjort, men anklagelserna gar ut pa att de fran Botkyrka kommun ska ha styrt aktioner i Aceh-provinsen. Tomas Lindstrand berättade att han har varit i Indonesien och begärt rättslig hjälp av den indonesiska polisen.

-Vi har begärt rättslig hjälp när vi har förhört personer där. Men det finns inga utländska poliser i var utredning.

Tomas Lindstrand berättar ocksa att han har godkänt en begäran fran indonesisk polis om rättslig hjälp. I klartext innebär det att de ville halla förhör, atminstone med en av de misstänkta.

Malik Mahmud säger till DN att den indonesiska polisen ville förhöra honom, men att han vägrade att svara pa deras fragor.

-Det är typiskt deras mentalitet. De tror att det här är Indonesien. Men detta är Sverige. Inget annat land har rätt att förhöra mig. (Stefan Lisinski)
----------

http://svt.se/svt/jsp/Crosslink.jsp?d=1804&a=223375

Misstänkta GAM-ledare frisläppta

[Publicerad 18 juni 17:14]
[Uppdaterad 18 juni 20:24]

De tva ledarna för den indonesiska separatiströrelsen GAM som begärts häktade för folkrättsbrott frigavs i dag av Huddinge tingsrätt. Bevisen räckte inte för att häkta dem.

-Ett rättvist beslut. Allt vi blivit anklagade för är lögn. Vi kämpar med fredliga medel, säger Zaini Abdullah. Utredningen fortsätter dock. Enligt en GAM-talesman anklagas de bl.a. för att en skola bränts ned.

Chefsaklagare Tomas Lindstrand säger att misstankarna bygger pa uppgifter fran Sverige och Indonesien och att han fortfarande tror pa uppgifterna.

GAM-rörelsen i Sverige har ett 50-tal anhängare. Manga av dem fanns pa plats i tingsrätten när beslutet meddelades. De omfamnade de bada ledarna som glatt höjde den acehnesiska motstandsflaggan när de poserade framför tv-kamerorna.

Samtliga pa fri fot

Zaini Abdullah och Malik Mahmud begärdes häktade för folkrättsbrott genom människorov och mordbrand. Brotten ska enligt aklagaren ha begatts det senaste aret i Botkyrka kommun söder omStockholm. Hela utredningen omgärdas av sträng sekretess.

Advokat Peter Althin, som försvarar Zaini Abdullah, uppger att hans klient är misstänkt för att "fran Sverige ha haft synpunkter eller gett uppdrag till aktiviteter i Aceh".

Abdullah och Mahmud är nu pa fri fot liksom även den sjuklige presidenten Hasan di Tiro. Trots domstolens beslut i dag kvarstar misstankarna mot alla tre.

"Politiskt maktspel"

-Jag kan inte säga vilket material vi har eftersom utredningen fortsätter. Misstankarna bygger inte bara pa utländska uppgifter. Jag tror pa det material som vi fatt fram och kritiskt granskat, säger chefsaklagare Tomas Lindstrand.

Advokat Leif Silbersky som försvarar Malik Mahmud anser att misstankarna är ett politiskt maktspel.

-Bevisningen mot min klient är extremt tunn. Vi ska inte ha nagra politiska rättegangar i Sverige. Tingsrättens beslut är riktigt. Svenska domstolar ska faktiskt inte lata sig styras av främmande regeringars synpunkter, säger Silbersky.

Advokat Peter Althin instämde.
-Domstolen visade mod att släppa min klient. Det finns inget material att bygga ett häktningsbeslut pa, säger han.

GAM kämpar för ett självständigt Aceh, en oljerik provins i norra delen av den indonesiska ön Sumatra.

Den indonesiska regeringen anser att GAM är terrorister och har intensivt uppvaktat svenska myndigheter för att fa dem att ingripa mot GAM-ledarna i Sverige.
----------