Stockholm, 7 Mei 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

WAJAR TEUNGKU HASAN PAKAI NAMA TIRO KARENA CICIT-NYA TEUNGKU TJHIK DI TIRO
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

JELAS MASUK AKAL KALAU TEUNGKU HASAN PAKAI NAMA TIRO KARENA CICIT-NYA TEUNGKU TJHIK DI TIRO

"Pak Ahmad Sudirman yang saya hormati. Ada hal yang ingin saya tanyakan, kenapa Teungku Muhammad Hasan diakhir namanya menggunakan nama Tiro, padahal menurut silsilah yang kita baca, bukankah ia keturunan tanjong bungong. Dibawah ini saya jelaskan sedikit yang saya
ketahui tetang riwayat hidup Hasan Tiro untuk dapat kita diskusikan lebih lanjud." (Tgk. Lamkaruna Putra, abupase@yahoo.com , Thu, 6 May 2004 02:55:14 -0700 (PDT))

Terimakasih Teungku Lamkaruna Putra di Jakarta, Indonesia.

Sebenarnya soal nama khususnya di Negeri Aceh tidak ada satu aturan yang baku, yang bisa dijadikan sebagai standar dan pegangan. Bisa nama itu diambil dari nama kampung, nama tempat mukim, nama dalam agama Islam, nama nabi-nabi, nama orang tua, nama kakek, nama buyut, dan sebagainya.

Begitu juga dengan nama Teungku Hasan.

Dari fakta dan bukti tentang silsilah Teungku Hasan yang saya miliki yang diambil dari lampiran hasil karya H.J. Schmidt, Marechaussee in Atjeh, p.128 yang terdapat dalam buku The Price of Freedom: the unfinished diary of Tengku Hasan di Tiro, National Liberation Front of Acheh Sumatra, 1984, hal 140-141.

Dimana Teungku Tjhik di Tiro Muhammad Saman yang meninggal pada 25 Januari 1891 adalah buyutnya Teungku Hasan (The Price of Freedom: the unfinished diary of Tengku Hasan di Tiro, National Liberation Front of Acheh Sumatra, 1984, hal 139-140).

Menurut lampiran hasil karya H.J. Schmidt, Marechaussee in Atjeh, p.128. Tgk Tjheh Saman alias Teungkoe di Tiro meninggal 1891. Mempunyai 5 putra, yaitu Tgk Mat Amin meninggal 1896, Tgk Mahidin alias Tgk Tjheh Majet meninggal 5 September 1910, Tgk di Toengkob alias Tgk Beb meninggal 1899, Tgk Lambada meninggal 1904, Tgk di Boeket alias Tgk Moehamad Ali Zainoelabidin meningal 21 Mei 1910.

Teungku Hasan datang dari keturunan Tgk Mahidin yang memiliki putra Tgk Oemar meninggal 21 Mei 1910, Tgk Abdullah, Nyak Fatimah dan Nyak Amut. Nyak Fatimah menikah dengan Leube Muhammad. Dari perkawinan ini lahir Teungku Hasan pada tanggal 4 September 1930.

Nah dari silsilah diatas, tergambar bahwa Teungku Hasan adalah cicit dari Tgk Tjheh Saman alias Teungkoe di Tiro.

Karena pemberian nama di Negeri Aceh tidak ada satu aturan yang baku, yang bisa dijadikan sebagai standar dan pegangan, maka wajar dan masuk akal kalau Teungku Hasan mengambil nama buyutnya di Tiro, sebagai satu penghormatan dan penerus perjuangannya, sehingga namanya menjadi Hasan di Tiro. Sebagaimana yang ditulis dalam buku hariannya: "Today is a national holiday, the Tengku Tjhik di Tiro day, commemorating the death of Tengku Tjhik di Tiro the Great, Muhammad Samman, who died on January 25, 1891, amidst the long war with the Dutch, at the Fortreess of Aneuk Galong, in Great Acheh province...It is difficult for me to assess his place in Achehnese history because he was my great grandfather." (The Price of Freedom: the unfinished diary of Tengku Hasan di Tiro, National Liberation Front of Acheh Sumatra, 1984, hal 139-140).

Selanjutnya Teungku Lamkaruna Putra bertanya: "kenapa Hasan Tiro selalu memaki mengklaim bahwa orang Jawa itu kafir, padahal bukankah Hasan Tiro itu juga berketurunan darah banten yang berasal dari kakeknya Tgk. Tjhik Di-Tiro?"

Memang dalam buku yang ditulis oleh Teungku Hasan di Tiro sering disebutkan kata-kata jawa seperti: "the alien people of the Island of Java. The Javanese-indonesian invaders. The Javanese are very different from us. The Javanese army" (The Price of Freedom: the unfinished diary of Tengku Hasan di Tiro, National Liberation Front of Acheh Sumatra, 1984, hal 15, 45, 123, 223)

Karena memang berdasarkan fakta, bukti, hukum dan sejarah, itu Negeri Aceh ditelan, dicaplok, diduduki, dan dijajah oleh Presiden RIS Soekarno dengan RI-Jawa-Yogya-nya, melalui cara pencaplokan pakai RIS dan NKRI atau RI-nya.

Tetapi kalau Teungku Hasan di Tiro pribadi memaki dan mengklaim "orang Jawa itu kafir" belum pernah saya baca dalam tulisan-tulisannya.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Thu, 6 May 2004 02:55:14 -0700 (PDT)
From: abu pase abupase@yahoo.com
Subject: Apakah Hasan Tiro Keturunan Tiro?
To: Ahmad Sudirman ahmad@dataphone.se

Assalamualaikum Wr.Wb.

Pak Ahmad Sudirman yang saya hormati. Ada hal yang ingin saya tanyakan, kenapa Teungku Muhammad Hasan diakhir namanya menggunakan nama Tiro, padahal menurut silsilah yang kita baca, bukankah ia keturunan tanjong bungong. Dibawah ini saya jelaskan sedikit yang saya
ketahui tetang riwayat hidup Hasan Tiro untuk dapat kita diskusikan lebih lanjud.

Nama lengkapnya Teungku Hasan Muhammad Di Tiro lahir pada tahun 1925 di sebuah kampung bernama Tanjong Bungong Kecamatan Kuta Bakti Kabupaten Pidie. Lelaki bertubuh kurus pendek ini dilahirkan dari pasangan Leube Muhammad, seorang petani di Desa Tanjong Bungong dengan Tgk. Fatimah binti Tgk. Mahyuddin bin Tgk. Chik Di Tiro Muhammad Saman (1826-1891). Tgk. Chik Di Tiro Muhammad Saman sendiri seorang ulama dan sekaligus pemimpin perlawanan terkenal yang ambil bagian dalam perang Aceh pada periode 1885-1891. Setelah beliau gugur, putranya Tgk. Mat Amin melanjutkan pimpinan perlawanan (syahid tahun 1896). Walaupun tidak sehebat orang tuanya, ia meneruskan perjuangan hingga nafasnya yang penghabisan tahun 1896. Tujuh orang putra, menantu dan cucu Tgk. Muhammad Saman. Satu persatu syahid dalam perang gerilya termasuk kakek Hasan Tiro sendiri Tgk. Mahyiddin (wafat 5 September 1910). Cucu Tgk. Muhammad Saman yaitu Tgk. Maad Tiro yang paling akhir gugur dalam perlawanan (tanggal 3 Desember 1911) di Tangse. Keturunan Tgk. Muhammad Saman yang selamat adalah anak-anak perempuan atau cucunya yang masih di bawah umur termasuk Tgk. Umar Tiro (1904-1980).

Menurut silsilah yang telah dipaparkan di atas maka namanya seharusnya menjadi Hasan Muhammad Tanjong Bungong. Sedangkan Tambahan Tiro, Hasan mengambil dari desa asal orang tua ibunya yang berketurunan Chik Di Tiro Abdussalam, mengapa ia harus mengambil nama tiro?

Hasan Tiro mempunyai seorang saudara laki-laki yaitu Tgk. Zainal Abidin. Ayah mereka mangkat pada tahun 1932, sehingga Tgk. Umar Tirolah 1904-1980 sepupu ibunya, menurut pengakuan Hasan Tiro, yang bertindak sebagai orang tua dalam memberikan bimbingan kepada mereka.

Apakah penambahan nama Tiro itu karena latar belakang kehidupan orang tua laki-lakinya tidaklah banyak berpengaruh terhadap masa depan Hasan Tiro? Saya tidak dapat memastikannya. Yang terpenting dari latar belakang kehidupannya adalah kedekatan hubungan keluarga ibunya yang bersentuhan langsung dengan keturunan Tiro.

Hal ini sering dibanggakan oleh Hasan Tiro dalam beberapa karya-karya yang ditulisnya, sebagaimana dalam bukunya Jum Meudehka seunurat njang gohlom lheueh nibak Tengku Hasan di Tiro, ia menulis : Sabab ulon lahe dalam famili di Tiro, famili njang mat pimpinan Bangsa dan Nanggroe Atjeh trok'an meukeuturonan dalam masa prang dan dalam masa dame, dalam seudjarah Atjeh njang panjang njan.Teutapi bat mat neuduek njan, uleh famili ulon, ka le that pajah geubri keureubeuen, darah dan hareuta. "Darah famili Teungku di Tiro ke le that rho bak peutheun Atjeh".
Sabab njan pahlawan-pahlawan-pahlawan bangsa Atjeh njang raja-raja le teuka nibak darah ulon . Uleh sabab seudjarah njang panjang that njoe maka uleh bangsa Atjeh sabe geuharap keu peumimpin geuh di Tiro. Lagee meunan ngon ulon endatu ulon dimasa njang ka u likot, djameunkon, meunankeuh deungon ulon dan keuturonan Atjeh masa ulon uroe njoe, dan meunan ulon harap dimasa ukeue antara aneuk ulon deungon bangsa ulon turon-teumuron, lagee djameunkon.

Terjemahannya :

Karena saya lahir dalam keluarga di Tiro, keluarga yang memegang kepemimpinan bangsa Aceh dan Negara Aceh baik dalam masa perang dan maupun masa damai dalam perjalanan panjang sejarah Aceh. Tetapi dalam memegang kepemimpinan itu, keluarga saya sudah banyak mengorbankan darah dan harta. "Darah keluarga Teungku di Tiro sudah berlimpah ruah dalam mempertahankan Aceh". Oleh karenanya pahlawan-pahlawan bangsa Aceh yang berketurunan raja banyak berasal dari keturunan saya. Melihat sejarah Aceh yang sangat panjang ini maka oleh bangsa Aceh mengharapkan kepemimpinan berada di tangan Tiro. Begitulah sejak dahulu perjalanan sejarah nenek moyang saya. Begitu juga dengan saya dan keturunan Aceh pada sekarang ini. Dan ini saya harapkan di masa mendatang antara anak saya dengan bangsa saya dapat melanjudkan tradisi ini secara turun temurun seperti dahulu kala.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa karena ibunya keturunan Tirolah yang membuat ia dikenal dan dihormati oleh masyarakat ketika itu.

Satu hal lagi yang ingin saya tanyakan, kenapa Hasan Tiro selalu memaki bahwa mengklaim bahwa orang Jawa itu kafir, padahal bukankah Hasan Tiro itu juga berketurunan darah banten yang berasal dari kakeknya Tgk. Tjhik Di-Tiro? Demikian dulu tulisan saya dengan harapan dapat ditanggapi dengan serta merta dapat menambah pengetahuan saya.

Wassalam

Tgk. Lamkaruna Putra.

abupase@yahoo.com
Jakarta, Indonesia
----------