Pennsylvania, 6 April 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

PEMILU DI BAWAH TODONGAN SENJATA DI ACEH DIKUTUK MASYARAKAT INTERNASIONAL
Reyza Zain
Acheh Center- Pennsylvania - USA.

 

KELIHATAN DENGAN JELAS PEMILU DI BAWAH TODONGAN SENJATA DI ACEH DIKUTUK MASYARAKAT INTERNASIONAL

Pemilu yang dilakukan 'di bawah todongan senjata' oleh penjajah Indonesia di Acheh bukan hanya ditolak oleh aktifis kemanusiaan di Acheh dan Nusantara, tetapi juga mendapat kutukan hebat dari masyarakat Internasional. Demonstrasi anti pemilu di Acheh dan daerah konflik lainnya seperti Maluku dan Papua marak terjadi dimana mana. Gabungan masyarakat Acheh, Papua dan Maluku melakukan demonstrasi di Den Haag, Belanda pada tanggal 2 April 2004. Para demonstran yang berjumlah lebih kurang 100 orang ini juga melakukan long-march ke kedutaan USA, dan beberapa negara Uni Eropa di Belanda.

Demonstrasi menolak pemilu 'di bawah todongan senjata' juga sempat terjadi di Los Angeles, USA pada tanggal yang sama. Demo yang diprakarsai kawan-kawan Maluku di LA juga mengutuk pemilu di Acheh, Papua dan Maluku. Mereka menuntut pemerintah Indonesia untuk segera menyelesaikan konflik Acheh, Maluku dan Papua dengan dialog, bukan dengan tindakan terrorisme sebagaimana terjadi sekarang ini. Mereka juga menuntut agar militer Indonesia segera ditarik dari Acheh, Papua dan Maluku.

Pada tanggal 5 April, Achehnese Community in Australia (ACA), Australia West Papua Association (AWPA) and South Moluccas Republic (SMR), melakukan protes damai di Martin Place, Sydney. Mereka juga menuntut agar pemilu pura-pura yang dilakukan di Acheh, Papua dan Maluku tidak diakui dunia internasional, karena menurut mereka, Indonesia mengirim puluhan ribu tentara untuk membunuh rakyat sipil yang tidak berdosa, dan menjadikan pemilu sebagai alat guna melakukan pelanggaran HAM di daerah-daerah tersebut.

Tidak ketinggalan, di Wellington, New Zealand, masyarakat Acheh dan organisasi solidaritas Acheh juga melakukan demo di depan KBRI Wellington. Sambil mengusung poster 'remember East Timor, FREE ACHEH' mereka menuntut supaya militer Indonesia keluar dari Acheh dan mengutuk pemilu di Acheh sebagai 'tidak adil dan tidak demokratis' karena rakyat dipaksa militer untuk memilih, kalau tidak ikut, maka mereka akan dicap sebagai simpatisan GAM. Peserta demo juga mengingatkan dunia kepada tragedi East Timor, dimana satu pertiga rakyatnya dibunuh oleh tentara Indonesia.

Di Washington, DC, pada tanggal 5 April, lebih dari 30 masyarakat Acheh bergabung dengan aktifis-aktifis USA melakukan demonstrasi menentang pemilu dan kekerasan militer di Acheh. Dengan mengusung spanduk seperti 'Indonesia... stop killing the Achehnese', 'self determination for Acheh', 'Justice for Acheh', 'Achehnese under the gun to vote', para peserta demo menuntut Indonesia untuk segera mengakhiri sandiwara di Acheh. Menurut peserta demo, pemilu adalah sandiwara besar Indonesia. Dengan dalih menegakkan demokrasi, Indonesia dan militernya menginjak-injak demokrasi di Acheh, di mana para rakyat di desa desa dipaksa memilih dengan ujung senjata. Menurut Musdar, salah seorang peserta dari Pennsylvania," Acheh butuh referendum, bukan pemilu".

Aksi di Washington, DC, yang dijaga oleh 3 mobil polisi ibukota, sempat tegang, karena semangatnya peserta demo membuat pihak KBRI dan satpamnya panik. Para satpam sempat gemetar karena disuruh oleh atasan mereka menjaga pintu masuk KBRI. Peserta demo memprotes keras kejahatan yang dilakukan militer Indonesia di Acheh. Tidak henti-henti mereka berteriak bahwa 'militer Indonesia adalah organisasi terroris terbesar di dunia'. Dan meminta negara negara dunia untuk segera mengembargo senjatanya kepada militer Indonesia, karena dipergunakan untuk membunuh rakyat sipil dan untuk melakukan pelanggaran HAM.

Reyza Zain

warzain@yahoo.com
achehcenter@yahoo.com
ACHEH CENTER
PO BOX 6356, Harrisburg, Pennsylvania 17112. USA
----------