Stockholm, 11 Maret 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

BAHTIAR HARUS TAHU AHMAD SUDIRMAN TIDAK TEROBSESI DITYA & ENDANG TETAPI ITU BAGIAN DARI PERANG MODERN
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

YANG JELAS KOLONEL LAUT DITYA SOEDARSONO & MAYJEN TNI ENDANG SUWARYA TIDAK SANGGUP MENGHADAPI PERANG MODERN

"Membaca pesan Bapak tentang "Pemberitahuan email box Kolonel Laut Ditya Soedarsono & Mayjen TNI Endang Suwarya sudah penuh", mengesankan Bapak begitu "terobsesi" pada kedua Pejabat Garda Depan Darurat Militer di Acheh ini. Ijinkan saya memberikan masukan pada Bapak yaitu : "ikhlaskan saja kedua pejabat itu tidak mengosongkan, tidak mengelola email, dan tidak membalas email Bapak lagi".Selanjutnya Bapak teruskan mengkritisi berita-berita yang dikeluarkan oleh mass media NKRI, karena mass media NKRI menganalisa peristiwa hanya dengan kaca mata NKRI saja. Seperti yang telah Bapak lakukan pada tulisan-tulisan sebelumnya (salah satu contoh : http://www.dataphone.se/~ahmad/040308d.htm) kemudian mengirim tanggapan tersebut ke email kantor mass media yang memuat berita tersebut, tentu akan lebih banyak calon-calon pembaca potensial yang membutuhkan ulasan-ulasan lebih objektif (baik dari dalam maupun luar NKRI)" (Bahtiar Rifai , bahtiar_rifai@yahoo.com ,Wed, 10 Mar 2004 00:21:24 -0800 (PST))

"Memang suatu keanehan di negara kita ini, bahwa TNI itu ditempatkan sebagai manusia penting, lalu semua masyarakat merasa takut terhadap TNI. Lihat saja, baik di Jakarta, di Bandung, Surabaya dll, anggota TNI berkeliaran dimana-mana. Kalau kita keluar negeri, kita tidak pernah melihat adanya anggota serdadu yang mundar madir masuk pasar. Saya tidak pernah melihat serdadu Amerika jalan-jalan ditengah kota dengan baju seragamnya. Kalau-pun mereka jalan-jalan, ya seperti rakyat biasa. karena status mereka memang rakyat biasa. Saya dapat mengerti kalau rakyat Aceh memang takut terhadap anggota TNI/POLRI, wong di Jakarta saja masyarakat takut sama mereka kok, apalagi di Aceh." (Puji Anto, puji50@hotmail.com ,Wed, 10 Mar 2004 12:50:31 +0000)

Terimakasih saudara Bahtiar Rifai di Yogyakarta, Indonesia dan saudara Puji Anto di Sydney, Australia.

Baiklah, pertama saya jumpai saudara Bahtiar Rifai.

Kalau saudara Bahtiar Rifai mengatakan: "Membaca pesan Bapak tentang "Pemberitahuan email box Kolonel Laut Ditya Soedarsono & Mayjen TNI Endang Suwarya sudah penuh", mengesankan Bapak begitu "terobsesi" pada kedua Pejabat Garda Depan Darurat Militer di Acheh ini."

Memang, sekilas nampak demikian saudara Bahtiar, tetapi sebenarnya itu merupakan bagian dari taktik dan strategi perang modern.

Dan itu Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya sudah mengetahui dan menyadarinya, bahwa siapa yang menguasai taktik dan strategi perang modern, merekalah yang menguasai medan perang modern.

Jelas, saudara Bahtiar, siapa yang kurang dan lemah dalam masalah persiapan mental, ilmu, teknologi, dan taktik strategi dalam perang modern ini, maka merekalah yang harus menerima kekalahan total.

Disinilah akan diuji kemampuan dari KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar dalam menerapkan taktik dan strategi perang modern, perang gerilya dan perang yang berkepanjangan.

Tetapi, tentu saja para Raider telah dipersiapkan untuk hal itu, hanya sekarang dimanakah kemampuan dari pihak Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya sebagai Penguasa Darurat Militer Daerah Aceh menghadapi perang modern ini.

Ternyata terbukti, baru terpukul dalam jurus pertama, pertahanan sudah kocar kacir. Jadi, secara psikologis, mereka berdua adalah memang tidak mempunyai persiapan mental, ilmu, teknologi, dan taktik strategi dalam menghadapi perang modern ini.

Nah sekarang terbukti, siapa yang menguasai taktik dan strategi perang modern, maka mereka yang menentukan persyaratan bagaimana untuk berbuat dan bergerak dilapangan. Yang lain, silahkan mundur, menonton, atau keluar gelanggang.

Sekarang saya jumpai saudara Puji Anti di Sydney, Australia.

Saya perhatikan memang saudara Puji ini, telah memahami dan mengerti apa yang telah dilakukan oleh pihak Soekarno dengan taktik dan strategi penipuan RIS dan Negara Boneka Belanda-nya.

Terbukti, dengan saudara Puji mengatakan: "bagi saya, tak mengapa biar tumbuh seribu negara lagi di dunia ini tetapi aman dan tentram, daripada satu-dua negara saja tapi rakyatnya melarat dan penuh ketakutan. Takut kepada tentranya sendiri, takut kepada pejabatnya sendiri, takut kepada polisinya sendiri. Lebih baik kita berpisah dalam kebaikan daripada kita bersatu dalam permusuhan dan kejahatan. Toh negara kita juga tidak menjamin warganya masuk syurga,wong pejabatnya sendiri adalah penjahat-panjahat negara, bukan pejabat-pejabat negara."

Coba perhatikan para peserta diskusi mimbar bebas dan seluruh rakyat di NKRI dan di Negeri Aceh.

Hasil kajian, pemikiran, galian, pemahaman, analisa, dan kesimpulan saudara Puji dari Sydney ini, mengenai apa yang telah dijalankan oleh Soekarno dalam membangun dan mengembangkan Negara RI atau Negara Kesatuan RI atau Negara RI Soekarno atau Negara RI 17 Agustus 1945 atau Negara RI-Jawa-Yogya dengan menggunakan taktik dan strategi Negara Boneka Belanda, ternyata telah melahirkan apa yang dikatakannya diatas itu.

Coba dalami dalam-dalam apa yang disimpulkan oleh saudara Puji: "bagi saya, tak mengapa biar tumbuh seribu negara lagi di dunia ini tetapi aman dan tentram, daripada satu-dua negara saja tapi rakyatnya melarat dan penuh ketakutan".

Inilah merupakan suatu pukulan kepada para penerus Soekarno yang pandainya hanya membeo dan mengekor kepada bayangan Soekarno penyamun dan perampok Negeri Aceh dan pencaplok Negara-Negara dan Daerah-Daerah Bagian Republik Indonesia Serikat yang dituduh sebagai Negara Boneka Belanda.

Jadi, tidak ada gunanya bagi Presiden Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar untuk tetap mengekor dan membeo bayang-bayang mantan Presiden RIS Soekarno yang telah menelan dan mencaplok Negeri Aceh pada tanggal 14 Agustus 1950 satu hari sebelum RIS dilebur menjadi NKRI pada tanggal 15 Agustus 1950 dengan cara menetapkan dasar hukum Peraturan Pemerintah RIS No. 21 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah Propinsi dan PERPU No.5 tahun 1950 tentang pembentukan Propinsi Sumatera-Utara, tanpa mendapat persetujuan, kerelaan dan keikhlasan dari seluruh rakyat Aceh dan pemimpin rakyat Aceh.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

From: "puji anto" puji50@hotmail.com
To: ahmad@dataphone.se, dityaaceh_2003@yahoo.com
Cc: acsa@yahoogroups.com, dobing@telkom.net, imahnor@hotmail.com, rimueng_acheh@yahoo.com, tang_ce@yahoo.com, kompas@kompas.com, balepanyak@yahoo.com.au, hassan.wirajuda@ties.itu.int,siliwangi27@hotmail.com, sira_jaringan2000@yahoo.com
Subject: RE: BAMBANG HUTOMO HARUS TAHU ITU RAKYAT SIPIL ACEH TAKUT KEPADA TNI/POLRI/RAIDER
Date: Wed, 10 Mar 2004 12:50:31 +0000

Salam untuk semua.

Memang suatu keanehan di negara kita ini, bahwa TNI itu ditempatkan sebagai manusia penting, lalu semua masyarakat merasa takut terhadap TNI. Lihat saja, baik di Jakarta, di Bandung, Surabaya dll, anggota TNI berkeliaran dimana-mana.

Kalau kita keluar negeri, kita tidak pernah melihat adanya anggota serdadu yang mundar madir masuk pasar. Saya tidak pernah melihat serdadu Amerika jalan-jalan ditengah kota dengan baju seragamnya. Kalau-pun mereka jalan-jalan, ya seperti rakyat biasa. karena status mereka memang rakyat biasa.

Saya dapat mengerti kalau rakyat Aceh memang takut terhadap anggota TNI/POLRI, wong di Jakarta saja masyarakat takut sama mereka kok, apalagi di Aceh.

Jadi oleh karena itu, memang ada baiknya TNI/POLRI ini kembali kepada fungsi yang sebenarnya, bahwa fungsi TNI adalah untuk membela negara dari serangan musuh, bukan untuk nakut-nakuti rakyat dengan senapan, atau bantu tagih hutang para konglomerat dan mbeking para pengusaha besar dan jaga pabrik-pabrik.

Memang negara ini sudah kalah kaprah, amburadul, seperti benang kusut, tak tahu yang mana harus diperbaiki. Pusing kalau ikut nimbrung jadi pahlawan untuk membela para pejabat yang katanya menjalankan tugas negara. Tapi yang dijalankan adalah tugas pribadi dan keluarga mengatas namakan negara. Menggunakan fasilitas negara dan sebagainya. Akhirnya kita jadi pusing mana yang benar, mana yang salah. karena tidak semua yang dikatakan pejabat kita juga benar, mungkin juga banyak yang salah. Demikian juga belum tentu yang disalahkan oleh penguasa kita itu salah. mungkin juga banyak yang benarnya.

Maka bagi saya, tak mengapa biar tumbuh seribu negara lagi di dunia ini tetapi aman dan tentram, daripada satu-dua negara saja tapi rakyatnya melarat dan penuh ketakutan. Takut kepada tentranya sendiri, takut kepada pejabatnya sendiri, takut kepada polisinya sendiri. Lebih baik kita berpisah dalam kebaikan daripada kita bersatu dalam permusuhan dan kejahatan. Toh negara kita juga tidak menjamin warganya masuk syurga,wong pejabatnya sendiri adalah penjahat-panjahat negara, bukan pejabat-pejabat negara.

Siapa yang marahin gue berarti dia keturunan penjahat-penjahat negara kita ini!
wassalam,

Puji Anto

puji50@hotmail.com
Sydney, Australia
----------

Date: Wed, 10 Mar 2004 00:21:24 -0800 (PST)
From: Bahtiar Rifai bahtiar_rifai@yahoo.com
Subject: Bapak Ahmad, ikhlaskan saja mereka tidak mengosongkan, tidak mengelola email, dan tidak membalas email Bapak lagi
To: Ahmad Sudirman ahmad@dataphone.se

Assalaamu'alaikum

Kepada Bapak Ahmad Sudirman
di Stockholm - SWEDIA

Membaca pesan Bapak tentang "PEMBERITAHUAN EMAIL BOX KOLONEL LAUT DITYA SOEDARSONO & MAYJEN TNI ENDANG SUWARYA SUDAH PENUH", mengesankan Bapak begitu "terobsesi" pada kedua Pejabat Garda Depan Darurat Militer di Acheh ini.

Ijinkan saya memberikan masukan pada Bapak yaitu : "ikhlaskan saja kedua pejabat itu tidak mengosongkan, tidak mengelola email, dan tidak membalas email Bapak lagi".

Selanjutnya Bapak teruskan mengkritisi berita-berita yang dikeluarkan oleh mass media NKRI, karena mass media NKRI menganalisa peristiwa hanya dengan kaca mata NKRI saja.

Seperti yang telah Bapak lakukan pada tulisan-tulisan sebelumnya (salah satu contoh : http://www.dataphone.se/~ahmad/040308d.htm) kemudian mengirim tanggapan tersebut ke email kantor mass media yang memuat berita tersebut, tentu akan lebih banyak calon-calon pembaca potensial yang membutuhkan ulasan-ulasan lebih objektif (baik dari dalam maupun luar NKRI)

Saya pribadi membutuhkan masukan-masukan dari luar NKRI dalam membahas berita-berita yang terjadi di NKRI dan sebagian teman-teman saya di NKRI juga menginginkan hal yan sama.

Demikian saran dan keinginan saya pada Bapak, mohon maaf bila tidak berkenan.
Terima kasih

Wassalaamu'alaikum

Bahtiar Rifai

bahtiar_rifai@yahoo.com
Yogyakarta - Indonesia
----------