Stockholm, 12 Februari 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

YANG HARUS BELAJAR ADALAH TEUKU MIRZA DAN KOLONEL LAUT DITYA AGAR MENGERTI ACEH DIJAJAH NKRI
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

JELAS YANG HARUS BELAJAR ADALAH TEUKU MIRZA DAN KOLONEL LAUT DITYA SOEDARSONO AGAR MENGERTI NEGERI ACEH DIJAJAH NKRI

"Ngomong apa seh ? au ah gelap, belajar nulis yang benar dong sehingga orang mengerti apa maksud tulisan Anda (Om Puteh) ?"
(Teuku Mirza, teuku_mirza2000@yahoo.com , Thu, 12 Feb 2004 01:58:50 -0800 (PST))

Baiklah Teuku Mirza di Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Saudara Omar Puteh dari Norwegia menulis "Jokyakarta jantungnya RI-Jawa Jokya!" (Umar Puteh, om_puteh@hotmail.com , Wed, 11 Feb 2004 14:13:17 +0000).

Kalau mau dipelajari sedikit lebih mendalam, dan mau sedikit membongkar dari tambahan sejarah diluar sejarah yang pernah saya jelaskan dan terangkan, yang telah ditambahkan oleh saudara Omar Puteh, maka akan terbongkarlah bagaimana sebenarnya taktik dan strategi Soekarno ketika membangun dan memperluas daerah wilayah kekuasaan Negara RI 17 Agustsu 1945 atau Negara RI-Jawa-Yogya sehingga menjadi NKRI yang telah menelan Negeri Aceh dan Papua sekarang ini.

Dimana ternyata akibatnya sangat fatal, Mengapa ? Karena apa yang telah terjadi dan sedang berlangsung di Negeri Aceh dan di Negeri Papua adalah akibat dari kebijaksanaan politik, pertahanan, keamanan dan agresi Soekarno untuk mengikat Negara-Negara dan Daerah-Daerah lain yang ada di luar Negara RI-Jawa-Yogya atau Negara RI 17 Agustus 1945.

Dan memang telah terbukti, bahwa NKRI itu adalah merupakan bom waktu yang setiap saat akan meledak dengan dahsatnya dan akan menghancurkan tiang-tiang bangunan NKRI yang terbuat dari Negara-Negara bekas Republik Indonesia Serikat yang terdiri dari tujuh bekas Negara Bagian RIS dan Sembilan bekas Daerah bagian RIS ditambah satu Federal Distrik Batavia.

Jadi, wajarlah, kalau saudara Omar Puteh yang telah menyadari bahwa Negeri Aceh telah diduduki dan dijajah oleh Soekarno dengan adanya fakta dan bukti ditunjang oleh dasar hukum dan sejarah mengenai ditelannya Negeri Aceh oleh Soekarno melalui mulut Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 14 Agustus 1950 satu hari sebelum semua Negara da Daerah Bagian RIS dilebur Soekarno masuk kedalam negara RI-Jawa-Yogya atau Negara RI 17 Agustus 1945 yang akhirnya menjelma menjadi NKRI pada tanggal 15 Agustus 1950, makin bertambahlah keyakinan saudara Omar Puteh bahwa memang benar Soekarno dengan tipu muslihatnya yang licik telah menelan Negeri Aceh tanpa mendapat persetujuan dan kerelaan seluruh rakyat Aceh dan pemimpin rakyat Aceh.

Kemudian, kalau saudara Omar Puteh menuliskan "Kolonel (Laut) Ditya Soedarsono alias Pangeran Dorna alias Kecoa dari Jerman alias Gajah Iskandar alias Laksa Marda alias Teuku Mirza alias Cut Mizarda alias Apha Maop aneuk Kaphé Penjajah Indonesia Jawa alias Sagir Alva alias Sadoso Muko" itu semua menggambarkan kepada seluruh rakyat Aceh dan rakyat di NKRI bahwa orang-orang tersebut yang dituliskan oleh Omar Puteh itu adalah memiliki sikap yang sama satu dengan lainnya, yaitu tetap bersikap keras untuk mempertahankan Negeri Aceh dalam kurungan NKRI yang telah dijalankan oleh Soekarno sejak tanggal 14 Agustus 1950 ketika Presiden RIS Soekarno dengan cara menetapkan dasar hukum Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah Propinsi dan dasar hukum Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.5 tahun 1950 tentang pembentukan Propinsi Sumatera-Utara, yang memasukkan wilayah daerah Aceh yang melingkungi Kabupaten-Kabupaten 1. Aceh Besar, 2. Pidie, 3. Aceh-Utara, 4. Aceh-Timur, 5. Aceh-Tengah, 6. Aceh-Barat, 7. Aceh-Selatan dan Kota Besar Kutaraja masuk kedalam lingkungan daerah otonom Propinsi Sumatera-Utara, tanpa mendapat persetujuan, kerelaan dari seluruh rakyat Aceh dan pemimpin rakyat Aceh.

Jadi Teuku Mirza, mengapa saudara Omar Puteh menggolongkan atau meng-alias-kan Teuku Mirza dengan Kolonel (Laut) Ditya Soedarsono.

Kalau Teuku Mirza tidak menginginkan dimasukkan atau di-alias-kan dengan Kolonel (Laut) Ditya Soedarsono, maka dipersilahkan merubah sikap terhadap negeri Aceh ini, yang tadinya dianggap oleh Teuku Mirza bahwa Negeri Aceh itu adalah bagian secara otomatis wilayah kekuasaan secara de-facto Negara RI 17 Agustus 1945 atau Negara RI-Jawa-Yogya atau Negara Pancasila atau NKRI, sekarang Teuku Mirza harus robah haluan dengan menganggap bahwa Soekarno itulah yang telah mencaplok, menelan, menduduki dan menjajah Aceh dengan penuh kesadaran yang dipertahankan sampai detik ini oleh Presiden Megawati, Ketua DPR Akbar Tandjung dan Ketua MPR Amien Rais.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Thu, 12 Feb 2004 01:58:50 -0800 (PST)
From: teuku mirza <teuku_mirza2000@yahoo.com>
Subject: Re: JOKYAKARTA JANTUNGNYA RI-JAWA JOKYA!
To: omar puteh <om_puteh@hotmail.com>, asnlfnorwegia@yahoo.com,
ahmad@dataphone.se

NGOMONG APA SEH ?

AU Ah Gelap...belajar nulis yang benar dong sehingga oarang mengerti apa maksud tulisan Anda ?

Teuku Mirza

Universitas Indonesia
Jakarta, Indonesia
----------

JOKYAKARTA JANTUNGNYA RI-JAWA JOKYA!
omar puteh
om_puteh@hotmail.com

Menemui :

Komandan Satuan Tugas Penerngan Prop.NAd Kolonel (Laut) Ditya Soedarsono alias Pangeran Dorna alias Kecoa dari Jerman alias Gajah Iskandar alias Laksa Marda alias Teuku Mirza alias Cut Mizarda alias Apha Maop aneuk Kaphé Penjajah Indonesia Jawa alias Sagir Alva alias Sadoso Muko mengapakah kamu tidak terus ikuti pelajaran sejarah "Indonesia" yang sedang diberikan oleh saudara Ahmad Sudirman? Itu perlu kau ikuti dengan tekun dan baik agar kau tidak menjadi seperti Pangeran Dorna, situkang hasut nomor satu dalam dongengan sejarah Jawa!

Saya pernah ingatkanmu, bahwa tidak semudah dan sebaik pelajaran sejarah kelas filial via internet percuma seperti yang sedang diberikan oleh saudara Ahmad Sudirman dengan paparan dan uraian yang padat dan dengan rajinnya diulang-ulang, sehingga kau benar-benar paham akan hakikat sejarah itu, sejarah yang diambil dari dokumen sejarah 30 tahun Indonesia Merdeka yang diterbitkan oleh Sekretariat NKRI, yang kau tidak punya, jika kau bandingkan dengan "guru sejarah" lainnya, kalau kau lepaskan kesempatan ini.

Jangan kau ikut-ikutan menjadi pusing seperti orang lain, karena mungkin mereka tidak sanggup memahami bagaimana jahatnya Soekarno yang dengan bermodalkan hanya RI-Jawa Jokya, bisa menjadi gemuk setelah "menelan" RIS dan Acheh sekalian habis!

Kau seorang Kolonel (Laut), kau Kecoa dari Jerman dan kau sebagai Dansatgaspenpropnad! So, kau musti belajar setekun-tekunnya menekuni pelajaran saudara Ahmad Sudirman itu. Sudara Ahmad Sudirman telah mengatakan: Seandainya beliau, Endang Suwaryo, maka akan memerintahkan kau, agar bisa mengikuti kelas sejarah Indonesia Jawa kembali, karena kau selama ini belajar sejarah Indonesia Jawapun sepotong-potong. Justru, karena itu potongan lain dari (hypotesa dongengan) sejarah Indonesia Jawa musti kamu pelajari lagi, agar kau tahu bagaimana sebenarnya sejarah Indonesia Jawa itu pernah ditulis, sebelum kau mengikuti kelas filial sejarah Indonesia Jawa via internet. Kelas sejarah 30 Tahun Indonesia Merdeka dari guru sejarahmu
Ustadz Ahmad Sudirman adalah wajib-fardhu 'ain, bagi seorang Dansatgaspenpropnad seperti kau!!! Tidak perlu dulu kau mempelajari sejarah bangsa Acheh, sejarah Negara Acheh!

Maka akan menjadi rugilah kau, sebagai Satgaspenpropnad, sebagai seorang Kolonel (Laut), sebagai Kecoa dari Jerman, jika nanti malam ajal menjemput jantungmu, karena jantungmu itu tidak akan kau berikan kepada Ahmad Sudirman.

...Oh sampai ajal menjemputku, jantungku tak akan kuberikan pada kakang mamad!

Mengucap-mengucaplah, Ditya dan ambillah Jokyakarta itu untukmu, jantungnya RI-Jawa Jokya itu, sebagai ganti jantungmu jika telah dijemput Ajal!

Mengapa Soekarno mengambil Wilayah Daulat Jokyakarta menjadi Wilayah Daulat RI-Jawa Jokya ?

1.Karena Belanda menhormati perjanjian tahun 1641 antara Cornelis van de Lijn dengan Amangkurat I
2.Karena Jokyakarta dan Surakarta adalah hasil "ciptaan" Jacob Mossel, tahun 1755 bukan maunya rakyat Jawa Mataram!
3.Karena siapapun "Orator" kemerdekaan RI-Jawa Jokya (Jawa Mataram) akan menjadi selamat jika berlindung didalam wilayah daulat RI-Jawa Jokya(karta), kecuali ditangkap. Soekarno memang sukanya dan lagian dia getolan kalau kerja makan nasi penjara, asal saja tidak pergi bergerilia! Inilkah Found Fathermu, sampeyan Ditya?
4.Karena siapapun yang masuk kealun-alun Pendopo Hamengkubowono, Mangkubumi dan langit, musti ngengsot-ngengsot pakai pantat, sehingga tentara Beel, tidak perlu kokang karabijn dan pasang sangkur, kecuali hanya siapkan borgol!
5.Kerajaan Jokyakarta, jantung RI-Jawa Jokya itu seperti kerajaan Abraham, kerajaan Nabi Solomon/Sulaiman di Eithopia, sebagai jantungnya Afrika, yang dihormati oleh mana-mana kuasa penjajah Eropah!

Saudara Ditya Soedarsono, Kecoa dari Jerman, si arek-arek Suroboyo?

Kenalkah kau dengan Pemuda Soedarsono, pemimpin gerombolan arek-arek Suroboyo menyerang Brigadir Jenderal Malaby yang datang masuk via Tanjung Perak untuk melucuti senjata Jepang, yang menyerah kalah, tetapi dia dan gerombolannya membunuhnya.

Brigadir Jenderal Malaby menyangka bahwa Soedarsono dan gerombolannya datang untuk menyambutnya dengan teriakan "semangat bambu runcing", semangatnya 10 November 1945 tetapi kedatangan mereka dengan bambu runcing itu rupanya untuk membunuh dan baru disadarinya ketika bambu runcing itu telah menembusi seragam Jenderalnya yang mebeliakkan matanya pula!

Maka "berhasillah" arek-arek Suroboyonya Soedarsono dan gerombolannya menulis 10 November, 1945 hari sejarah pembunuhan Brigadir Jenderal Malaby dan tentaranya itu sebagai hari pahlawan Indonesia Jawa!

Nah Ditya Soedarsono Kecoa Jerman, 10 November 1945 itu adalah Hari Pahlawan 10 November 1945 punyanya kamu! Bukan punyanya bangsa Acheh!

Hari Pahlawan bangsa Acheh adalah 22 April 1873, hari lahirnya TNA, Tentara Negara Acheh, yang kini sedang berjuang dan berperang mengusir ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Indonesia Jawa, tentara Agressor Penjajah Jawa, dimana kamu sebagai Dansatgaspenpropnad, sebagai sebahagian darinya, sebagaimana yang pernah ditulis oleh The London Times.

Ditya, ini saya tulis, karena kau membayangkan bahwa kami, bangsa Acheh punya hubungan kesana, kekota buaya itu, dengan arek-arek Suroboyomu, tetapi tidak. Bangsa Acheh tidak mempunyai hubungan sejarah apapun dengan bangsa Jawa kecuali menjual batu nisan ditahun 1030 dan mengIslamkannya disana.

Walaupun demikian kami tetap ingat setelah Belanda dan anak-anak Jawa Madura dan arek-arek Suroboyo, tentara upahan KNIL-Belanda (sipa'i) ketika kembali dari menyerang Acheh pada serbuan ke II, 25 Desember 1874 tiba kembali di Surabayavia Tanjung Perak, disambut dengan kemeriahan gaba-gaba dan rentangan kain, sepanjang jalan laluan tentara upahan KNIL-Belanda di kota Suro Buoyo itu! Ini Sudah tentu berbeda suasananya dengan menyambut Brigadir Jenderal Malaby!

Mengapakah kau mempersoalkan nama Ahmad dengan Sudirmannya. Mengapakah kau mempredikatkan beliau dengan GAM Yahudi, Dawala dan lain-lain lagi dan kini dengan Cepot, sedangkan beliau menghendaki kau dan punya hati yang berniat baik lagi tulus untuk memerintahkan kau mengikuti mata pelajaran sejarah, tetapi malahan hari ini, nampaknya kau membaca sejarah Mahaberata versi Jawa. Sukakah kau dengan lakonan sebagai Cepot, sebagai Gareng atau sebagi Petrok? Lakonan sebagai Lurah Semar telah dilakonkan oleh Soekarno, pemimpin Gestapo/PKI, atau sebagai Presiden RI-Jawa Jokya dan lakonan sebagai Lurah Super Semar, telah dilakonkan oleh Suharto Cleptokracy, pemimpin Gestok/Pancasila Sakti, yang telah membunuh lebih 300.000 bangsa Jawa atau telah membunuh 500.000 lebih Petani-Petani miskin dan Buruh-Buruh Pabrik yang tidak cukup makan sebagi korban 1965 dan Pulau Buru-Boven Digul dan lebih 50.000 bangsa Acheh masa DOM! Malahan saudara Ahmad Sudirman tidakpun mempersoalkan nama Soedarsonomu!

Atau adakah itu, yang demikian itu sebagaimana yang dikehendaki oleh ayat-ayat nyang kau internetkan?

Kalaulah kau bukan sebagai Islam abangan, maka hatil-hatilah kau menggunakan ayat-ayat Allah SWT!!!

Malahan saya ingatkan kau Ditya Soedarsono, tinggalkanlah tugasmu sebagai Dansatgaspenpropnad sekarang juga! Tanggalkanlah Kolonel (Laut) mu, uniformmu dan semua attributmu.

Karena kau, dengan pangkat Kolonel (Laut)mu, dengan uniformmu dan semua attributmu sekarang ini, sedang ikut terlibat menyembelih bangsa Acheh yang sedang berjuang menuntut kemerdekaan tanah airnya, warisan Endatu-nenek moyang mereka, dimana tercatat dalam sejarah bangsa Acheh, bahwa bangsa Jawa tidak pernah membantu mempertahankannya Wilayah itu, ketika Belanda menyerang Negara (Kerajaan) Acheh Yang Merdeka Dan Berdaulat, ketika seluruh wilayah Nusantara telah diduduki oleh kuasa Eropah, malahan sebaliknya bangsa Jawa yang sedang "menelan" Acheh kini, menjadi tentara upahan KNIL-Belanda (sipa'i). Karena dengan pangkatmu, dengan jabatan dan attributmu kamu menipu semua orang di Acheh, di Indonesia Jawa di Nusantara dan seluruh Dunia, karena kau sekarang ini sedang bersembunyi disebalik tabirnya si Megawati Soekarno Cs yang sedang menggunakan Keppres No 43/2003 untuk menabirkan kemunafikanmu, yang setiap hari ABRI-TNI/POLRI, Tentara teroris Nasional Indonesia Jawa sedang menyembelih 20 jiwa bangsa Acheh yang kini sudah mencapai jumlah lebih 5000 jiwa!

Kami, Omar Putéh dan Ahmad Sudirman bisa membuktikan kemunafikanmu, jika Keppres No 28/05/2003 dan Keppres No 43/2003 dicabut!

Maka bacalah sejarah Acheh dan bacalah sejarah yang sedang dibengtangkan oleh saudara Ahmad Sudirman. Maka percalah kepada Omar Putéh dan Ahmad Sudirman, agar supaya kau jangan menjadi murtad, agar supaya kau jangan jadi munafik!

Saya membaca sejarah Indonesia Jawa itu dengan baik, sebelum saya mebaca sejarah Acheh, malahan saya membaca Soekarno dan ajarannya dan saya membaca Prof Ruslan Abdul Gani, jubirnya Soekarno dan sekarang ini kita semua sedang membaca Soekarno dengan "kejahatan intelektuilnya" bagaimana dia, by proxcy Undang Undang no 21/14/08/1950 dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang No 5/1950 atau by proxcy menelan Acheh dengan mulut Sumatra Utara, sebagaimana yang sedang digeuretôk abéh akan semua lipatan sejarah yang tersurat dan tersirat oleh saudara Ahmad Sudirman. (bersambung)

Omar Putéh,

om_puteh@hotmail.com
Norway
----------