Stockholm, 14 Agustus 2003

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

STRATEGI MEGAWATI DAN YUDHOYONO CS HADAPI KELOMPOK RAKYAT ACEH YANG DIANGGAP KUAT
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

TAKTIK DAN STRATEGI MEGAWATI DAN YUDHOYONO CS MENGHADAPI KELOMPOK RAKYAT ACEH YANG DIANGGAP KUAT

Tulisan Saudara Z.Afif "Catatan dari Stavanger 5 "KEBIJAKAN" MEMPERLUAS MUSUH DAN MENYINGKIRKAN KAUM (1)" dan "Catatan dari Stavanger - 5 "Kebijakan" Memperluas Musuh (2)" yang dikirimkan oleh grup diskusi Lantak kepada saya setelah dibaca ternyata berisikan introspeksi tentang perjuangan pergerakan rakyat Aceh yang tergabung dalam ASNLF/GAM dibawah pimpinan Teungku Hasan Muhammad di Tiro.

Walaupun saudara Z.Afif telah membeberkan keadaan ASNLF/GAM dengan sebagian para tokohnya keseluruh dunia, tetapi pihak Soeharto dengan TNI-nya, BJ Habibie dengan TNI-nya, Abdurrahman Wahid dengan TNI-nya dan Megawati dengan TNI-nya mengetahui benar bahwa siapa diantara kelompok pergerakan rakyat Aceh yang dianggap paling kuat dan bisa dijadikan lawan sampai detik ini.

Karena itu dari sejak awal pihak Soeharto dengan TNI-nya, BJ Habibie dengan TNI-nya, Abdurrahman Wahid dengan TNI-nya dan Megawati dengan TNI-nya telah menjalankan taktik dan strategi menghadapi kelompok pergerakan rakyat Aceh yang dianggap paling kuat yang sedang menuntut keadilan melalui tuntutan negeri Aceh yang diduduki Soekarno dikembalikan lagi kepada rakyat Aceh, karena tidak sesuai dan melanggar Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan".

Disini pihak Presiden Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Menlu Noer Hassan Wirajuda, KASAD Jenderal TNI Ryamizard, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Ketua DPR Akbar Tandjung, Ketua MPR Amien Rais, Ketua Komisi I DPR Ibrahim Ambong, Mayjen TNI Endang Suwarya telah menyadari bahwa kelompok pergerakan rakyat Aceh yang ditunjang perjuangannya oleh dasar fakta, sejarah dan dasar hukum nasional serta dasar hukum internasional, maka mereka itulah yang dianggap lawan yang paling ampuh dan yang paling duluan harus dihadapi dengan segala kekuatan yang ada.

Nah, ternyata perjuangan pergerakan rakyat Aceh yang tergabung dalam ASNLF/GAM dibawah pimpinan Teungku Hasan Muhammad di Tiro yang ditunjang oleh dasar hukum internasional Resolusi PBB Nomor 2621 (XXV) tanggal 12 Oktober 1970 :"Reaffirms the inherent right of colonial peoles to struggle by all necessary means at their disposal against colonial Powers which suppress their aspiration for freedom and independence" (Membenarkan rakyat yang dijajah bersatu padu untuk berjuang dengan segala kemampuan yang ada guna melawan penjajah yang menekan aspirasi untuk bebas dan merdeka) dan Resolusi PBB Nomor 2711 (XXV) tanggal 14 Desember 1970: "Reaffirms that it recognizes the legitimacy of the struggle being waged by the colonial peoples for the exercise of their right to self-determination and to freedom of choice" (Membenarkan rakyat yang dijajah memperjuangkan pengakuan keabsahan untuk menentukan nasib sendiri dan kebebasan memilih) telah dianggap oleh pihak Presiden Megawati dan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs sebagai lawan utama untuk dihadapi.

Jelas, pihak Presiden Megawati dan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs mengetahui benar siapa yang berada dan mengontrol dibalik roda perjuangan pergerakan rakyat Aceh yang tergabung dalam ASNLF/GAM.

Presiden Megawati dan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs mengetahui benar siapa yang maju kedepan dalam setiap perundingan dari pihak ASNLF/GAM. Dan mereka yang maju dalam setiap perundingan itulah yang dianggap lawan yang paling kuat oleh pihak Presiden Megawati dan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs sampai detik sekarang ini.

Karena itu, apapun isu positif ataupun negatif yang ditimbulkan oleh pihak luar terhadap pihak ASNLF/GAM, selama pihak Presiden Megawati dan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs menganggap bahwa pihak ASNLF/GAM adalah pihak lawan yang dianggap paling kuat, maka selama itu perjuangan pergerakan rakyat Aceh yang tergabung dalam ASNLF/GAM tetap terus berjalan.

Nah sekarang, justru yang terbaik manurut pikiran saya adalah bagaimana agar perjuangan pergerakan rakyat Aceh yang tergabung dalam ASNLF/GAM makin kuat sehingga mampu menghadapi pihak Presiden Megawati dan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs yang sedang menduduki negeri Aceh.

Seandainya ada perbedaan yang dianggap prinsipil diantara para pejuang pergerakan rakyat Aceh, sehingga tidak mungkin bergabung dalam satu kapal induk, tetapi jangan sampai perbedaan ini dijadikan sebagai dasar untuk saling memperlemah jalannya roda perjuangan pergerakan rakyat Aceh yang menuntut keadilan melalui tuntutan negeri Aceh yang diduduki Soekarno dikembalikan lagi kepada rakyat Aceh, karena tidak sesuai dan melanggar Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan".

Justru jalan yang terbaik adalah setiap pergerakan rakyat Aceh yang tergabung kedalam berbagai pergerakan harus diarahkan kepada arah dan jurusan yang sama yaitu menuntut keadilan melalui tuntutan negeri Aceh yang diduduki Soekarno dikembalikan lagi kepada rakyat Aceh, karena tidak sesuai dan melanggar Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan".

Siapa yang akan memimpin setiap pergerakan rakyat Aceh itu diserahkan kepada masing-masing anggota pergerakan tersebut.

Makin banyak kelompok pergerakan rakyat Aceh yang menuju kearah tujuan yang sama, maka makin kuat arus yang akan dihadapi oleh pihak Presiden Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Menlu Noer Hassan Wirajuda, KASAD Jenderal TNI Ryamizard, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Ketua DPR Akbar Tandjung, Ketua MPR Amien Rais, Ketua Komisi I DPR Ibrahim Ambong, Mayjen TNI Endang Suwarya.

Estafet perjuangan pergerakan rakyat Aceh harus terus berjalan. Generasi baru rakyat Aceh baik yang ada di dalam negeri Aceh maupun yang ada diluar negeri yang akan menggantikan para tokoh tua sudah banyak.

Kita jangan menganggap dan merasa bahwa tidak ada tokoh pemimpin Aceh, selepas para tokoh generasi tua yang sedang memimpin perjuangan sekarang.

Karena setiap individu punya kemampuan untuk menjadi pemimpin. Disini yang penting adalah arah, sasaran, dan tujuan perjuangan pergerakan rakyat Aceh harus sama.

Dan tentu saja yang paling ditakuti oleh pihak Presiden Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Menlu Noer Hassan Wirajuda, KASAD Jenderal TNI Ryamizard, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Ketua DPR Akbar Tandjung, Ketua MPR Amien Rais, Ketua Komisi I DPR Ibrahim Ambong, Mayjen TNI Endang Suwarya adalah kalau setiap kelompok pergerakan rakyat Aceh berjalan menuju kesatu arah yaitu menuntut keadilan melalui tuntutan negeri Aceh yang diduduki Soekarno dikembalikan lagi kepada rakyat Aceh, karena tidak sesuai dan melanggar Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan".

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se
----------

From: NYALA BACEH [mailto:nyala@swipnet.se]
Sent: Thursday, August 14, 2003 2:32 AM
To: lantak@yahoogroups.com
Subject: [Lantak] Z. Afif : Catatan dari Stavanger - 5 "Kebijakan" Memperluas Musuh (2)

Catatan dari Stavanger - 5

"KEBIJAKAN" MEMPERLUAS MUSUH
DAN MENYINGKIRKAN KAUM (2)

Oleh Z. Afif

Sebagai bangsa Aceh, saya tentu saja punya hak mempersoalkan, mengapa Malik Mahmud sebagai "Perdana Menteri Nanggroe Aceh", "pewaris" kekuasaan ASNLF dari Hasan di Tiro mengesankan takut menemui bangsa Aceh lainnya di Norwegia, Swedia dan kala ada Konferensi IFA di Bangkok
dan di Washington? Mengapa bertabiat burung unta? Mengapa Zaini Abdullah dipelihara sebagai kambing hitam? Kasihan dokter itu menjadi ak-ik-uk dan mudah naik darah di forum-forum pertemuan, karena tidak punya dasar pengetahuan teori dan praktek politik dalam gerakan rakyat,
juga tidak mengetahui persis keadaan masyarakat Aceh kini? Saya teringat dalam Reumpok Aceh di Washington, di rumah Iskandar Bakri, menantu mantan Gubernur Syamsuddin Mahmud. Kala itu 19 April 2001, Hasballah Saad, mantan Menteri HAM dalam kabinet Abdurrahman Wahid, bertanya kepada Zaini Abdullah, apakah ASNLF sudah memikirkan pengganti Hasan di Tiro, kalau sesewaktu beliau dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa? Menteri Kesehatan itu, bungkam
seribu bahasa. Tak mau membuka bahwa Malik Mahmud telah mengambil alih kekuasaan itu, dan Hasan di Tiro tinggal dijadikan maskotnya saja. Ternyata sekarang ini diakui mereka, bahwa Malik Mahmudlah yang menjalankan fungsi kepemimpinan Hasan di Tiro dalam ASNLF, karena
beliau itu sudah uzur dan stroke, tidak mampu berfikir lagi. Karena itu mereka tidak menginzinkan siapa pun menemui beliau. Seperti beberapa hari yang lalu, Asnawi, seorang aktivis mahasiswa, menelifon Bachtiar, sekretaris pribadi Malik Mahmud. Pemuda pengungsi Aceh itu datang
dari Norwegia dan minta bertemu dengan Hasan di Tiro, tetapi ditolak oleh Bachtiar. Dia minta bertemu langsung dengan Bachtiar, tetapi orang yang mempunyai darah campuran Aceh ini malah berkata: kalau sudah memihak ke sana (maksudnya ke pihak Dr. Husaini Hasan), ya, tinggal
saja di situ. Tak mau dia bertemu dengan Asnawi dan bercakap langsung sebagai sesama bangsa Aceh dan sama-sama berjuang untuk Aceh.Jadi dengan siapa ASNLF/GAM bersatu dan untuk siapa mereka "berjuang"?

Dalam pertemuan itu, saya nyatakan bahwa saya tidak percaya kalau Malik Mahmud kenal masyarakat Aceh dan keadaan Aceh. Dia tidak pernah masuk hutan bersama Hasan di Tiro. Dia tidak punya pengalaman gerakan rakyat di Aceh. Dia warganegara Singapura dan masa jajahan
Inggeris lebih rapat bergaul dengan serdadu Inggeris. Dalam perjuangan Aceh sekarang ini politiknya adalah menguras upeti dari Aceh, dia turunkan perintah kepada pembantu-pembantunya di Aceh agar para Geusjik dan Imum Meunasah mengutip uang dari penduduk di gampongnya
untuk dikirim kepadanya. Tentang keuangan itu tak ada pertanggungjawaban jumlah yang masuk dan keluar. Dialah yang harus bertanggungjawab atas pembunuhan beberapa ulama dan cendekiawan di Aceh dan Malaysia. Dialah yang paling tahu sebab penculikan dan pembunuhan Jaffar Siddiq SH, Ketua IFA, kematian Ismail Syahputra, Jurubicara ASNLF/GAM Pasee.
Kadir tentu saja membela Malik Mahmud dalam pertemuan itu, dengan melambung-lambungkannya sebagai "yang sangat tahu" tentang Aceh.

Saya juga menyinggung soal pemakaian nama "Front". Saya katakan jangan hanya menempelkan kata "Front" pada Aceh Sumatra Nasional Liberation, kalau dalam praktek tidak menjalankan politik dan taktik menggalang persatuan massa luas, menghimpun kekuatan sebesar-
besarnya dengan memperluas sekutu dan memencilkan musuh, sebagai prinsip dasar front.

Satu front harus jelas basis kekuatannya, harus ada program taktik dan strategi yang di dalamnya terkandung tuntutan-tuntutan yang diperjuangkan bagi pelbagai golongan rakyat yang akan ditarik ke dalam front. Politik front bukan untuk memaksa orang harus mematuhi politik ASNLF/GAM.
Kepatuhan itu baru ada atas kesadarannya sendiri, kalau jelas dilihat ada program tuntutan yang membela kepentingannya sehari-hari dan jelas yang akan dicapai ke depan sebagaimana mereka inginkan, sesuai dengan cita- citanya dan harapannya. Ambil contoh menghadapi seorang tani, apakah pertama-tama ASNLF/GAM menemuinya untuk meminta uang sokongan, ataukah menanyakan keadaan kehidupan dan penghidupannya? Apakah dia punya penghasilan untuk cukup makan, ongkos menyekolahkan anaknya, biaya kalau sakit? Atas dasar menghimpun pengetahuan tentang keadaan sosial-ekonomi masyarakat itu, barulah menetapkan program tuntutan mereka. Dengan mengenal keadaan, sifat dan ciri-ciri masyarakat Aceh, barulah mungkin menentukan program umum yang strategis dan program khusus yang taktis untuk menggerakkan dan memimpin perjuangan hingga tercapai tujuannya. Alangkah naifnya, dangkalnya pemahaman tentang sesuatu gerakan politik, kala Kadir mengatakan bahwa program baru dapat dibuat kalau sudah menang nanti. Padahal pengalaman gerakan- gerakan rakyat yang menang di Tiongkok, Vietnam, Laos, Kamboja, Timor Lara Sae, Mozambiq, Afrika Barat Daya, Kuba, Nikaragua dll, justru karena dimulai gerakan dengan memiliki program umum lebih dulu, dipadukan perjuangan politik dan ekonomi. Tanpa memperhatikan perjuangan ekonomi, sosial dan budaya, akan sulit mengembangkan dan mempertahankan perjuangan politik. Bahkan perjuangan politik yang sedang maju akan mengalami kesurutan. Perjuangan ekonomi dan sosial rakyat apa sajakah yang digerakkan oleh ASNLF/GAM selama 26 tahun ini? ASNLF/GAM tak punya dan tak berpikir untuk membentuk organisasi massa. Karena naif, menganggap sudah memadai dengan membentuk tentara saja. Kenyataan sekarang, terpukul kekuatan bersenjata, tak pula punya sandaran organisasi dan gerakan massa. Karena mereka belajar dari Libia. Dengan tentara melalui kudeta menggulingkan raja dan menegakkan kekuasaan, tanpa perlu perang rakyat. Kalau dengan perang rakyat, berarti harus memobilisasi, mengorganisasi dan menggerakkan aksi massa sebagai tulang punggung kekuatan bersenjata. Ini repot dan massa yang terorganisasi tak dapat menjadi objek penarikan "pajak Nanggroe" secara sewenang-wenang seperti yang dilakukan TNI juga.

Kepada mereka saya mengatakan juga, jangan mudah mencap seseorang "pengkhianat", kalau ada orang tidak serta-merta meng-iya-kan ASNLF/GAM, tidak patuh pada kehendak ASNLF/GAM. Karena cap itu beresiko pada nyawa orang itu. Telah terjadi banyak pembunuhan yang dilakukan oleh ASNLF/GAM, karena mereka tidak memberikan uang atau material lainnya sesuai dengan jumlah dan jenis yang dikehendakinya. Suatu gerakan atas nama rakyat, harus menghargai hak asasi rakyat dan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memilih sikap terhadap perjuangan ASNLF/GAM. Mereka berhak mengetahui dan mengenal dulu gerakan apa yang dibangun ASNLF/GAM? Mengapa dibangun gerakan itu? Bagaimana gerakan itu dijalankan, apa akibat akan timbul bagi dirinya dan bagi masyarakat kalau ikut gerakan itu? Siapa yang memimpinnya, bagaimana pemimpin itu? Dalam suatu perjuangan sangat penting keyakinan, keikhlasan, kerelaan dan kemampuan. Ini berarti mengindahkan praktek demokrasi, keadilan dan
kedamaian. Semuanya itu adalah masalah psikologi massa yang harus diindahkan oleh penggerak suatu perjuangan. Kalau masalah psikologi ini tidak diperhatikan, menjadilah suatu perjuangan sebagai usaha yang diikuti secara terpaksa, perasaan tertekan, tidak ada kelegaan, tanpa ketentaraman jiwa dan akhirnya yang tadinya sudah simpati berbalik jadi antipati. Yang
sudah jadi peserta aktif mudah membelot, mencari yang lain yang sesuai dengan panggilan hati nuraninya. Akibatnya menjadilah perjuangan itu sebagai gerakan semu, berangsur-angsur ditinggalkan oleh pengikut dan simpatisannya. Kalau tidak dilakukan pembetulan dan perbaikan ke dalam, pada dirinya sendiri, maka gerakan itu akan merosot ke arah menjadi musuh dari bekas pengikutnya sendiri dan massa luas. Bagi Malik Mahmud masalah ini tak perlu difikirkannya, sebab upeti telah memenuhi tabungannya di bank, yang menanggung akibat buruk adalah pemimpin, kader dan anggota gerakan dan penduduk di Nanggroe Aceh, baik sipil maupun tentaranya. Dan sekarang pejuang-pejuang itu gugur satu persatu, namun tak sepatah kata pun keluar pernyataan sikap Malik Mahmud yang dapat membesarkan hati massa di Nanggroe Aceh.

Politik yang bersifat sektarian, avonturir, provokatif dan nondemokratis yang ditrapkan Malik Mahmud dalam gerakan ASNLF/GAM telah sangat menguntungkan TNI dan memberi alasan kepada mereka untuk memaksa Megawati yang tidak kenal keadaan sebenarnya di Aceh memulihkan kembali DOM di Aceh dalam bentuk Darurat Militer di bawah payung Ketetapan Presiden. Kehancuran gerakan sipil dan gerakan bersenjata GAM dewasa ini di Aceh, bukan saja diakibatkan oleh faktor luar, yaitu pengerahan kekuatan TNI dan Polri memerangi Aceh dan merampok kekayaan bumi dan alamnya, tetapi juga disebabkan oleh faktor internal Aceh sendiri, yaitu politik ASNLF/GAM Malik Mahmud seperti tersebut di atas dan sikap para elit politik bersama kaum birokrat dalam Pemda Aceh yang menyediakan diri bulat-bulat menjadi hamba pengabdi kepada Rezim Jakarta, tanpa memikirkan nasib rakyat Aceh dan keselamatan Nanggroe Aceh. Sekarang semakin tampak jelas, Aceh sedang menghadapi krisis ketiadaan pemimpin yang berwibawa. Justru krisis inilah yang sangat dinantikan dan diperlukan oleh Rezim Jakarta dan
aparatnya TNI/Polri. (Akan dilanjutkan).

Sweden 14 Agustus 2003
----------

From: NYALA BACEH [mailto:nyala@swipnet.se]
Sent: Thursday, August 14, 2003 12:45 AM
To: lantak@yahoogroups.com
Subject: [Lantak] Z. Afif : Catatan dari Stavanger 5 "KEBIJAKAN" MEMPERLUAS MUSUH DAN MENYINGKIRKAN KAUM (1)

Catatan dari Stavanger - 5

"KEBIJAKAN" MEMPERLUAS MUSUH
DAN MENYINGKIRKAN KAUM (1)

Oleh Z. Afif

( Catatan : Saya melanjutkan "Catatan dari Stavanger ini" dengan beberapa alasan sebagai berikut :
Baik dari Nanggroe Aceh dan kawasan Nusantara maupun dari para pengungsi dan perantau Aceh yang berada di pelbagai negeri yang telah membaca Catatan dari Stavanger sebelumnya, banyak yang bertanya "Mana terusan Catatan Stavanger?" Sungguh sangat mengharukan hati saya. Saya mengucapkan syukur Alhamdulillah, semoga tulisan ini tak sia-sia dan berguna bagimu Nanggroe Abu-Cutma. Situasi yang berkembang di Aceh dewasa ini, bagi setiap orang Aceh, terutama para aktivis gerakan rakyat, tokoh-tokoh pelbaga kalangan politik, sosial dan budaya, para ulama, jurnalis dan para cendekiawan baik yang sarjana maupun yang bukan, selagi dia mencintai Aceh (Nanggroe dan Bangsa), sudah selayaknya berusaha memeriksa, meninjau, menganalisis, menarik pelajaran, menyimpulkan pengalaman tentang: Mengapa sampai terjadi keadaan Aceh seperti sekarang ini. Hancur, phangphoe ruyang-rayoe, binasa jiwa raga. Orang Aceh harus berani secara ilmiah menyingkap kebenaran dan tidak menutupi kemudharatan. Harus mengatasi kelemahan Aceh masa lalu. Banyak pengalaman berharga, perjuangan yang heibat dan dikagumi baik oleh kawan maupun oleh musuh. Tetapi tidak ada naskah atau catatan yang memadai sebagai pelajaran dan pedoman untuk melangkah ke depan seperti yang dilakukan bangsa-bangsa Tionghoa, Vietnam, Jepang, misalnya. Mereka pandai menyimpulkan pengalaman masa lampau, sehingga masing-masing mereka dapat dengan caranya sendiri menaklukkan secara politik dan ekonomi kekuatan-kekuatan yang mendominasi dunia, yang menindas dan menjajahnya. Orang Aceh harus berpikir bebas sesuai dengan tamadun dan kepribadian Aceh, jangan menjadi penganut budaya "inggih ndoro" yang akhirnya menjadi manusia coro dari Rezim Jakarta).

22 Juli 2002. Cuaca Stavanger yang berbukit-bukit batu, ditudungi cemara, hangat kala siang. Matahari bersinar cerah. Masa siang sangat panjang, dan malam bagai melintas lalu sebentar. Rumput-rumput, sayur- mayur dan semak-semak perdu di dataran menghijau. Di sana sini kelompok biri-biri asyik merumput. Angin mati. Teluk yang diramaikan oleh kapal dan perahu motor hilir mudik atau sedang berlabuh tenang dan tenteram. Petang itu, seperti telah saya tulis sebelumnya, tiga kader ASNLF/GAM dari Malaysia mendapat izin dari Malik Mahmud untuk bertemu dengan para pengungsi Aceh yang di luar kontrolnya. Mereka adalah kader MP GAM dari Swedia dan Norwegia. Salah seorang di antaranya adalah Guree Rahman, yang baru lepas dari penjara Malaysia. Dalam sebuah Wawancara, Guree dan teman-temannya menjelaskan bahwa dia ditangkap oleh polisi Malaysia karena dikhianati oleh Malik Mahmud dan Zakaria Saman, kaki tangan Malik Mahmud yang mangkal di Thailand. Zakaria sering ke Swedia menemui Malik Mahmud untuk menyerahkan upeti yang dikuras dari Aceh dan dari pengungsi Aceh di Malaysia.

Saya diajak oleh beberapa teman di Norwegia untuk ikut dalam pertemuan itu. Semula katanya pertemuan antar orang Pasee, baik dari ASNLF maupun dari MP GAM. Ternyata Perdana Menteri ASNLF, Malik Mahmud tidak percaya melepaskan Kadir sendirian untuk bertemu dengan sesama orang Pasee. Maka Taher asal Pidie dan Ramli asal Peureulak ditugaskan oleh Malik untuk mendampingi Kadir. Pertemuan berlangsung seru, tetapi suasana perasaan sebangsa masih ada. Berakhir dengan makan bersama dan berpotret bersama di dalam bilik tamu sebuah flat yang dihuni satu keluarga asal Pasee dan di halaman gedung flat itu. Dalam pertemuan, saya berusaha sebagai pendengar saja. Salah seorang dari MP GAM merekam pertemuan ke dalam kaset videonya. Sedangkan Taher dari gerak-geriknya yang selalu gelisah dan sebentar-sebentar memeriksa tasnya, memberi kesan dia memasang alat perekam mini atas perintah Malik yang terkenal sangat licik.

Akhirnya saya minta izin berbicara. Saya bertanya kepada ketiga orang itu, apakah yang disebut "Reumpok Ban Sigom Dunia" yang telah mengangkat warganegara Singapura, Malik Mahmud sebagai Perdana Menteri itu betul-betul dihadiri oleh utusan yang mencerminkan sebagai mewakili masyarakat Aceh? Masyarakat Aceh terdiri dari pelbagai kaum dan golongan. Secara kaum ada Aceh, Alas, Aneuk Jamee, Gayo, Kleuet, Simeulu, Tamiang. Selain itu ada pendatang yang sudah berintegarasi dengan bangsa Aceh. Secara golongan, bangsa Aceh terdiri dari ureueng meugoe (tani), ureueng meu-utoih (buruh), ureueng meulaot (nelayan), peuniaga (pedagang) besar dan kecil, ureueng dayah (ulama dan santri), pegawai, mahasiswa, pelajar, cendekiawan. Ternyata yang hadir dalam Reumpok itu dihadiri oleh 36 orang, umumnya pengungsi Aceh yang terdiri dari anak-anak muda dan kader-kader ASNLF/GAM yang dengan setia membayar iyuran kepada Malik Mahmud. Kecuali Sofyan Tiba SH yang langsung datang dari Aceh, umumnya mereka tak faham alifbata politik dan taktik yang disiasati Malik Mahmud. Mereka tak paham bahwa salah satu ciri Aceh dewasa ini adalah masih didominasi sifat agraris. Di bidang agraria telah terjadi polarisasi yang parah. Jumlah buruh tani dan tani miskin membengkak. Lahan pertanian semakin terpusat pada tani kaya dan tuan tanah semakin tumbuh. Aceh sudah dimasuki industri moderen dan sudah muncul buruh industri moderen. Tetapi di bidang industri terjadi keolengan, industri ringan yang langsung menghasilkan barang-barang kebutuhan langsung rakyat banyak tidak dibangun. Sehingga Aceh terus bergantung dalam hal ini kepada produk dari luar. Keadaan ini persis seperti yang dilakukan penguasa komunis Eropa Timur yang akhirnya hancur. Beda dengan Tiongkok yang menjalankan politik pembangunan dengan menjadikan pertanian sebagai dasar,
bersamaan itu memajukan industri ringan dan industri berat, sehingga kebutuhan rakyat sehari-hari terpenuhi dan negeri itu dapat maju dengan mantap.

Saya juga menanyakan kepada mereka, apakah Malik Mahmud itu Perdana Menteri Nanggroe Bangsa Aceh atau hanya PM ASNLF. Kalau PM Nanggroe Bangsa Aceh, maka bangsa Acehlah melalui wakil-wakil yang dipilihnya mengangkat seorang perdana menteri. Ramli, asal Peureulak
tinggal di Malaysia, menjawab, "ASNLF itu sebuah company. Teungku Hasan di Tiro pemilik company, maka beliaulah yang mengangkat orang yang dipercayainya untuk memimpin company". Apa maknanya ini? Jawabnya terserah kepada pembaca untuk menafsirkannya.

Apakah yang diseminarkan mereka dari 19 hingga 21 Juli tahun 2002 itu di Stavanger? Politik dan taktik apa yang dibicarakan? Adakah diperiksa hasilpositif dan negatif perjuangan ASNLF sejak 4 Desember 1976 hingga tahun 2001? Mengapa ada hasil positif dan mengapa terjadi hal-hal negatif?
Apa kekurangan dan keunggulannya, apa kesalahan dan kekeliruannya.

Apa yang mesti diperbaiki atau dibetulkan? Apa yang mesti didorong maju? Hal-hal itu tentu ada yang dapat dibuka kepada rakyat, di samping yang mestinya dirahasiakan, agar tidak diketahui musuh. Tetapi yang diumumkan dari hasil seminar itu hanyalah pengangkatan diri Malik Mahmud sebagai Perdana Menteri dan Dr. Zaini Abdullah ganti posisi dari Menteri Kesehatan menjadi Menteri Luar Negeri, walaupun dia tak paham alifbata politik diplomasi. Lalu penggantian nama tentara dari AGAM menjadi TNA (Tentara Nanggroe Aceh). Yang dirahasiakan pengangkatan M. Nur Djuli, ipar Malik Mahmud menjadi orang "penting" kedua ASNLF di bawah Malik Mahmud
dan dialah yang mengisi otak dokter lamban dan kaku itu bila terpaksa tampil dalam sesuatu pertemuan atau untuk memberikan keterangan pers.

Sweden, 13 Agustus 2003.
----------