Stockholm, 29 Februari 2000

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

ABRI SEKARANG BERTENTANGAN DENGAN MAKLUMAT TKR
Ahmad Sudirman
XaarJet Stockholm - SWEDIA.

 

Tanggapan untuk Panglima TNI Laksamana TNI Widodo AS.

MAKLUMAT TENTARA KEAMANAN RAKYAT (TKR) 5 OKTOBER 1945

Tentara Keamanan Rakyat (TKR) lahir pada tanggal 5 Oktober 1945 dengan diiringi oleh bunyi maklumat yang sangat singkat: "Untuk memperkuat perasaan keamanan umum, maka diadakan satu Tentara Keamanan Rakyat. Jakarta, 5 Oktober 1945. Presiden Republik Indonesia. Soekarno".

Dengan bunyi maklumat TKR yang sangat singkat dan sederhana "untuk memperkuat perasaan keamanan umum", Kolonel Soedirman, Panglima Divisi V/Banyumas dipilih menjadi Pimpinan Tertinggi TKR oleh konferensi TKR di Yogyakarta pada tanggal 12 November 1945 sedangkan Oerip Soemohardjo dipilih sebagai Kepala Staf. Sebulan kemudian, pada tanggal 18 Desember 1945 Kolonel Soedirman diangkat sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal adapun Oerip Soemohardjo diangkat sebagai Kepala Staf  TKR dengan pangkat Letnan Jenderal. Tidak lama setelah itu, tanggal 25 Januari 1946 TKR diubah namanya menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia).

Dua bulan kemudian, tanggal 9 April 1946 lahir TRI-AU, disusul pada tanggal 1 Juli 1946 lahir Kepolisian Negara. Sebelas bulan kemudian, tanggal 3 Juni 1947 semua kesatuan yang ada dalam TRI diubah menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia), dimana Jenderal Soedirman ditunjuk sebagai Panglima Besar Angkatan Perang. (Sekretariat Negara RI, 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949, cetakan ke 7 tahun 1986).

21 TAHUN KEMUDIAN MAKLUMAT TKR DIHAPUS OLEH DWIFUNGSI ABRI

Titik awal hilangnya maklumat TKR adalah ketika Seminar Hankam I yang berlangsung dari tanggal 12 sampai dengan tanggal 21 November 1966 yang kemudian hasil rumusan seminar ini disempurnakan pada rapat kerja Hankam bulan Nopember 1967 yang melahirkan bahwa ABRI menganut Wawasan Nusantara. Artinya bahwa wawasan Nusantara ini bukan hanya merupakan wawan Hankamnas saja, tetapi merupakan juga wawasan Nasional yang tidak menonjolkan salah satu kepentingan bidang perjuangan saja, melainkan semua bidang perjuangan, seperti politik, ekonomi, sosial-budaya dan Hankam, dimana semuanya mempunyai hubungan yang erat satu sama lain di dalam perjuangan nasional. Kemudian diperkuat oleh Keputusan Presiden No 79/1969 yang menyatakan bahwa ABRI merupakan inti kekuatan Hankamnas yang sekaligus merupakan kekuatan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari perjuangan Hankamnas. Dan inilah yang melahirkan dwifungsi ABRI.
(Sekretariat Negara RI, 30 Tahun Indonesia Merdeka 1965-1973, cetakan ke 7 tahun 1986).

AKIBAT DWIFUNGSI ABRI BERPENGARUH KEPADA DELAPAN WAJIB ABRI

Apabila ditelaah delapan kewajiban ABRI yang telah dijadikan doktrin-nya, maka doktrin delapan wajib ABRI apabila dilihat dalam tindakan nyata anggota ABRI sehari-harinya, maka jauh dari apa yang telah diikrarkannya.

Kita perhatikan delapan wajib ABRI tersebut:

1. Bersikap ramah tamah terhadap rakyat.
2. Bersikap sopan santun terhadap rakyat.
3. Menjunjung tinggi kehormatan wanita.
4. Menjaga kehormatan diri di muka umum.
5. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaan.
6. Tidak sekali-kali merugikan rakyat.
7. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat.
8. Menjadi contoh dan memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya. ( http://www.mil.id/delapan.htm ).

Sudahkan delapan wajib ABRI ini dilaksanakan anggota ABRI dalam kehidupan nyata sehari-hari?

SUDAHKAH PARA PEMIMPIN ABRI MELAKSANAKAN SEBELAS ASAS KEPEMIMPINAN ABRI-NYA?

Selanjutnya kalau kita telusuri sebelas asas kepemimpinan ABRI, ternyata dalam praktek sehari-harinya para pimpinan ABRI ini telah bergelimang dengan air buih dwifungsi ABRI-nya. Sehingga sebelas asas kepemimpinan ABRI hanyalah merupakan tulisan indah dikertas putih saja yang tidak memberikan sedikitpun pengaruh kepada praktek kehidupan sehari-harinya.

Kita telaah apa yang tercantum dalam sebelas asas kepemimpinan ABRI itu.

1. Taqwa, ialah beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-Nya.
2. Ing Ngarsa Sung Tulada, yaitu memberi suri teladan di hadapan anak buah
3. Ing Madya Mangun Karsa, yaitu ikut bergiat serta menggugah semangat di tengah-tengah anak buah.
4. Tut Wuri Handayani, yaitu mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah.
5. Waspada Purba Wisesa, yaitu selalu waspada mengawasi, serta sanggup dan berani memberi koreksi kepada anak buah.
6. Ambeg Parama arta, yaitu dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7. Prasaja, yaitu tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
8. Satya, yaitu sikap loyal yang timbal balik dari atas terhadap bawahan dan bawahan terhadap atasan dan ke samping.
9. Gemi Nastiti, yaitu kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan.
10. Belaka, yaitu kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya.
11. Legawa, yaitu kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukan kepada generasi berikutnya. ( http://www.mil.id/sebelas.htm ).

KEMBALIKAN FUNGSI ABRI KEPADA MAKLUMAT TKR

"Untuk memperkuat perasaan keamanan umum" itulah bunyi pendek maklumat TKR yang harus menjadi tugas dari ABRI yang terdiri dari TNI/POLRI. Dwifungsi ABRI adalah bumerang bagi ABRI sendiri dan rakyat Negara Pancasila. Karena dwifungsi ABRI-lah delapan wajib ABRI terbengkalai dan dilalaikan. Begitu juga karena dwifungsi ABRI-lah sebelas asas kepemimpinan ABRI hanyalah sebagai simbol dan hiasan tulisan diatas kertas putih saja.

Inilah sedikit tanggapan saya untuk Panglima TNI Laksamana TNI Widodo AS.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se